MasukPagi-pagi sekali keesokan harinya, Brett Palmer tidak masuk kantor. Ia langsung mengemudi menuju Rumah Sakit Red River.Pertemuan dengan Direktur Waylen James berlangsung mulus.Begitu tahu Brett Palmer berasal dari departemen penjualan Sterling Medical, sikap Waylen James awalnya cukup ramah. Namun setelah Brett Palmer menjelaskan maksud kedatangannya, senyum di wajah Waylen James lenyap seketika."Di mana Marcus? Bukankah dia yang menangani saya kemarin? Kenapa hari ini, tanpa pemberitahuan apa pun, dia diganti?"Brett Palmer meletakkan kontrak yang terkena tinta di atas meja. "Anak muda itu terlalu ceroboh. Bayangkan, dokumen sepenting kontrak ini bisa dirusaknya. Saya sudah menegurnya keras, dan hari ini saya datang secara pribadi untuk meminta maaf. Mulai sekarang, saya sendiri yang akan bertanggung jawab penuh atas pesanan ini. Saya jamin tidak akan ada kesalahan lagi."Waylen James menatap kontrak baru yang mencantumkan nama Brett Palmer sebagai penanggung jawab. "Jadi maksud A
Di dalam kantor, Brett Palmer sedang asyik menggoda perempuan lewat ponselnya. Melihat Marcus masuk, ia bertanya dingin, "Ada apa?"Marcus Reed meletakkan kontrak di atas meja. "Saya menutup satu pesanan. Belum distempel perusahaan, perlu diproses.""Kamu menutup pesanan?"Mata Brett Palmer membelalak sejenak, lalu ia segera menyadari reaksinya terlalu berlebihan. Ia berdeham untuk menutupi keterkejutannya dan mengambil kontrak itu.Brett Palmer terkejut. Rumah Sakit Red River bukan klien yang mudah. Bagaimana mungkin anak ini tiba-tiba mendapat keberuntungan seperti ini?Belakangan ini rumah sakit itu memang sedang melakukan ekspansi besar-besaran dan kebutuhannya banyak. Dalam pikirannya, mungkin Marcus hanya mendapatkan sisa-sisa kecil. Namun saat Brett Palmer membuka halaman nominal, tangannya mendadak membeku."Brak!"Ia berdiri mendadak hingga kursinya terjungkal ke belakang."Delapan belas juta?!"Brett Palmer cepat-cepat membalik halaman demi halaman. Harga sesuai harga tender
Leo sekilas melihat daftar itu dan nyaris tak bisa menahan kegembiraannya. Ini benar-benar pesanan besar!Dengan bantuan Leo, mereka mulai menandai perangkat yang bisa disediakan oleh Sterling Medical, termasuk satu set alat MRI bernilai tinggi. Total nilainya mencapai delapan belas juta.Waylen James meneliti kembali daftar tersebut, lalu tersenyum. "Kami memang sangat membutuhkan peralatan ini dalam waktu dekat. Apakah kalian membawa kontraknya?"Leo tertegun. Belum apa-apa tapi sudah bicara kontrak? "Kami bawa," jawabnya cepat.Waylen James mengangguk ringan. "Kalau begitu, kita tandatangani sekarang."Leo merasa seperti sedang bermimpi. Belum genap setengah jam, dan mereka sudah langsung menandatangani kontrak?Tidak ada tawar-menawar harga. Mereka menggunakan harga tender apa adanya, yang sudah tergolong luar biasa.Namun yang paling tidak masuk akal adalah - untuk pesanan sebesar ini, Waylen James sama sekali tidak menyinggung soal komisi atau imbalan apa pun. Dia langsung berk
"Kalau dia menolak seperti tadi, lalu bagaimana?" tanya Marcus.Leo berpikir sejenak. "Kita coba tempat lain dulu, lalu nanti sore kita tunggu dia pulang kerja dan ajak lagi. Kalau masih gagal, berarti pesanan dari Rumah Sakit Red River memang bukan rezeki kita.""Baik," jawab Marcus singkat.Sementara itu, di kantor direktur rumah sakit, Roland Boyd sedang minum teh bersama Derek Lawson.Di dalam hati, Roland Boyd merasa heran. Presiden Lawson sebenarnya sudah hendak pergi, tetapi tiba-tiba kembali dan meminta sekretarisnya menyelidiki dua pemuda tadi secara diam-diam, tanpa mengganggu atau menanyai mereka.Apakah Presiden Lawson mengenal dua orang itu? Saat ia masih berpikir, sekretaris masuk dan membisikkan beberapa kalimat ke telinga Derek Lawson. Ekspresi Derek Lawson berubah aneh. Divisi penjualan Sterling Medical? Marcus Reed… seorang salesman? Dengan kemampuan medis setingkat itu, bahkan bisa disimpulkan bahwa dia adalah seorang Kultivator, tapi dia malah justru bekerja seba
Keesokan harinya, Marcus datang ke kantor dengan santai seperti biasanya.Menjelang tengah hari, Leo kembali dengan wajah berseri-seri.Marcus menggodanya, "Kelihatannya kamu lagi senang. Dapat klien ya?"Leo menyeka keringat di dahinya dan menjawab gembira, "Iya! Memang bukan kontrak besar, tapi sudah cukup untuk lolos dalam penilaian bulan ini.""Selamat," kata Marcus sambil tersenyum.Leo meneguk air, lalu duduk dan merendahkan suara. "Bro Marcus, sore ini kamu ada waktu ngak? Aku akan ajak kamu untuk bertemu beberapa manajer pembelian. Setelah itu, nanti kamu bisa melanjutkan sendiri, jadi kamu nggak perlu terlalu repot."Marcus langsung mengangguk. "Tentu. Sekalian nanti kita makan siang, aku yang traktir. Kamu bisa sekalian sharing soal dunia penjualan.""Deal!"Setelah Leo menyelesaikan tindak lanjut kontraknya, mereka berdua keluar kantor bersama.Dari kejauhan, Nathan Clark melihat adegan itu, lalu berbalik masuk ke ruang ketua tim."Brother Palmer, Marcus Reed pergi bersama
"Kalau aku bilang keberatan?" jawab Marcus.Victoria langsung memasang wajah galak. "Nggak boleh!"Marcus menghela napas sambil tersenyum, lalu berjalan ke arah kompor dan mulai merebus air.Victoria memandang punggung Marcus dengan tatapan lembut.Meski tidak terjadi apa-apa semalam, hubungan mereka jelas telah melampaui batas pertemanan. Lebih dari teman, namun belum sepenuhnya kekasih - tepatnya Teman Tapi Mesra.Marcus tidak melakukan apa pun semalam. Alih-alih kecewa, justru kekaguman Victoria padanya semakin dalam padanya.'Marcus adalah pria sejati.'Meski Victoria belum bisa memastikan perasaan Marcus padanya, namun Victoria menyukai keadaan mereka sekarang. Rasanya seperti awal mula jatuh cinta, polos, canggung, dan mengingatkannya pada cinta pertama yang selama ini belum pernah di rasakannya.Pemandangan itu tidak luput dari mata Adrian, yang duduk menyendiri di agak jauh. Ia menundukkan kepala, menggertakkan gigi, berusaha menutupi kilatan niat jahat yang tak terkendali di







