Norma yang ditanya seperti itu, sekali lagi mematung. Sebenarnya Norma ingin mengatakan bahwa Andi tidak perlu minta maaf, karena Andi tidak salah. Namun, perasaan kagum yang dia miliki, membuatnya tak bisa berkata apa-apa, jika berhadapan langsung dengan Andi. Wajah Andi terlihat bingung dengan tingkah laku Norma sekarang ini. Karena yang dia tahu, bahwa gadis ini biasanya sangat anggun dan berwibawa. Namun, kali ini terlihat seperti kebalikannya.
Taufik yang terlalu lama menunggu di luar, kembali masuk ke kelas itu. Dia tercengang melihat Norma memegang tangan Andi.
Namun, semua itu tak berselang lama, karena Taufik ditarik kembali keluar oleh Wahyu.
Wahyu berbisik, "Jangan diganggu!"
"Oke!" jawab Taufik singkat.
Sementara itu, Norma masih saja diam sambil terus memegang tangan Andi.
Andi yang merasa tidak enak dengan teman-temannya, melepaskan tangan Norma yang memegang tangannya.
Kemudian, sekali lagi Andi mengucapkan "Maaf aku harus pergi!" kepada Norma sambil berjalan meninggalkannya.
Norma yang mendengar itu, hanya bisa menjawab "iya!"
Sambil menengadahkan sedikit pandangannya kepada Andi yang telah pergi.
Setelah itu, Andi menghampiri Wahyu dan Taufik yang sudah menunggunya di luar.
"Ayo pulang!" ajak Andi kepada teman-temannya.
Taufik yang penasaran bertanya, "Udah selesai urusan lo sama Norma?"
"Urusan apa?" jawab Andi keheranan.
Taufik menyahut, "itu-"
"Ssstt Normanya lewat!" potong Wahyu memberi tahu mereka.
Norma yang lewat di depan mereka menyapa, "Duluan ya semuanya!"
Sambil matanya melirik sedikit ke arah Andi dan kembali menunduk.
"Iya, silahkan!" jawab mereka bertiga dengan ramah.
Setelah Norma lewat, Taufik tidak meneruskan kata-katanya yang sempat terpotong tadi. Namun, dia langsung mengajak Andi dan Wahyu ke rumahnya. Karena hari ini, Ayah dan ibunya akan pulang dari luar kota. Biasanya, setiap ayahnya pulang, mereka bertiga selalu mendapatkan oleh-oleh.
Namun, kali ini Andi tidak ikut dengannya naik mobil. Karena Andi ingin pulang ke kos dulu sebentar. Dan akan menyusul nanti.
Diperjalanan pulang, Taufik dan Wahyu melihat pak Kastan menuju sebuah toko alat musik. Mereka hanya tersenyum, dan pak Kastan yang melihat mereka tersenyum membalasnya dengan senyuman khas beliau. Setelah itu beliau masuk ke dalam toko itu. Dan mereka melanjutkan perjalanannya.
Lima belas menit kemudian, mereka berdua telah sampai. Terlihat ada sebuah mobil mewah yang terparkir di depannya. Melihat itu Taufik kegirangan berlari masuk ke dalam rumahnya. Didalam rumah, Ayah dan Ibunya telah menunggu.
Ayahnya bertanya, "Mana Andi dan Wahyu?".
"Itu Wahyu!" tunjuk Taufik ke arah Wahyu yang baru saja sampai ke ruang tengah itu.
Walaupun, Wahyu sudah ada di situ, Mata Ayahnya seperti masih mencari sesuatu.
Namun, sebelum Ayahnya bertanya, Taufik memberitahu "Andi masih dijalan, dia enggak ikut kami! Tadi katanya mau ke kos dulu sebentar."
"Ohh.. ya sudah kalau begitu, itu ada oleh-oleh buat kalian!" sahut Ibunya sambil menunjuk tiga buah _body bag_ yang berada di depannya.
Wajah Taufik tampak bersinar melihat oleh-oleh itu.
Kemudian, dia dan Wahyu berterima kasih kepada ayah dan ibunya. Setelah itu, dia bersama wahyu pergi menuju kamarnya.
Dua pulu menit kemudian, Andi sampai ke rumah Taufik. Di mengetuk pintu dan mengucap salam. Bi Ijah pembantu Taufik membukakan pintu dan menyuruh Andi untuk masuk. Di dalam ayah dan ibu Taufik menyambutnya dengan ramah. Setelah itu, Andi meminta izin kepada mereka untuk masuk ke kamar Taufik.
Didalam kamar, Taufik dan Wahyu lagi asik menonton tv. Kemudian, Andi ikut menonton tv bersama mereka. Tak lupa juga, Taufik menyerahkan oleh-oleh yang diberikan orang tuanya tadi kepada Andi. Isi dari oleh-oleh tersebut ternyata dua potong kain Sasirangan khas Bandarmasih. Setelah itu, Andi menyimpan dua potong kain itu kedalam tas yang dia bawa sambil mengucapkan terima kasih.
Kemudian, Andi memulai pembicaraan "Tadi aku di jalan melihat pak Kastan membeli sebuah gitar."
"Oh ya, mungkin beliau mau nostagia masa muda dulu," sahut Wahyu sambil tertawa.
"Bisa jadi!" sahut Andi kembali.
"Atau mungkin beliau mau ngerayu cewek sambil main gitar kaya lo, Ndi!" kata Taufik sembarangan sambil ikut tertawa.
"Hus! Enggak boleh kaya gitu, nanti kwalat lo! Emang lo mau langsung tua kaya beliau?"
Wahyu berkata dengan wajah serius.
Namun, semuanya bunyar karena dia juga tertawa setelah mengucapkan itu.
"Heleh lo, sok bijak!" celetuk Taufik dengan nada kesal.
Pembicaan mereka tiba-tiba terhenti, saat acara di tv memberitakan tentang percobaan pembunuhan yang baru saja terjadi. Saat media tv itu menyorot tempat kejadian, mereka semua terperangah dan saling memandang satu sama lain. Dari keterangan reporter di lapangan korban adalah seorang kakek-kakek pemilik toko alat musik. Korban diiris kedua daun telinganya dan salah satu telinganya sempat ditusuk oleh pelaku. Dan dari keterangan saksi mata, pelaku menggunakan jubah hitam dan bertopeng.
Kemudian, Taufik berkata "Bukan tempat itu merupakan toko alat musik yang didatangi oleh pak Kastan tadi?"
Sambil memandang ke arah Wahyu.
"Iya benar, memang itu tempatnya" jawab Wahyu sambil meneguk air liurnya.
"Aku juga tadi melihat pak Kastan baru keluar dari sana!"
Andi menyahut dengan wajah yang serius.
Dengan wajah yang sedikit takut, Taufik berkata "Jangan-jangan pak Kastan ...."
Wahyu hanya mengelengkan kepalanya."Lo tahan Andi bentar ya!" ucap Wahyu sambil berlari."Lo mau kemana?" tanya Taufik kaget dan penasaran."Udah jagain aja dulu!" teriak Wahyu yang mulai menjauh.Taufik tidak bisa berkata apa-apa lagi dan langsung mengunci Andi agar tidak bisa bergerak lagi.Beberapa kali tangan Andi memukul badan Taufik, tetapi Taufik pantang menyerah dan sama sekali tidak memberikan ruang gerak kepada Andi."Cepetan dong Yu!.." teriak Taufik yang sudah hampir mencapai batasnya.Beberapa saat kemudian Wahyu muncul dengan sebuah ember ditangannya."Lo, lo mau ngapain?" tanya Taufik.Tanpa mendengar kata-kata Taufik dan tanpa ragu-ragu dia langsung membalikkan air di ember itu pada Taufik dan Andi.Taufik hanya pasrah ketika air itu membasahi tubuhnya. Namun, Andi yang tadi dikuncinya kembali sadar."Apa-apaan lo?" teriak Andi dengan nada marah."Lo tuh yang apa-apaan!" balas
Andi masih tidak bisa melepaskan pandangannya dari buku itu. Tatapannya tetap tajam dan penuh pertanyaan. Andi kembali meletakkan cangkir kopinya dan beberapa kali membolak-balik buku itu. Dari setiap lembar buku, wajah Andi selalu berubah tidak menentu. "Dari mana kalian dapet ini?" tanya Andi. Mereka berdua menatap sebelum menjawab. "Lo aja yang jawab Yu!" Lempar Taufik kepada Wahyu. Wahyu menggangguk lalu menjelaskan semuanya. Huuh!....Andi menghembuskan napas lega setelah itu. Ternyata kejadiannya tidak seperti yang dia pikirkan. "Lo kenapa, Ndi?" tanya Taufik yang terlihat penasaran. "Enggak apa-apa," jawab Andi sambil tersenyum. Taufik segera merajut alisnya mendengar jawaban Andi itu. Matanya semakin tajam menatap Andi. Tiba-tiba Taufik bertanya, "Lo serius?""Iya gue serius!" jawab Andi cepat. Wahyu yang melihatnya hanya bisa mengelengkan kepalanya. Dia tahu pasti banyak pemikiran di kepala Andi. Dan analisisnya di setiap masalah pasti mendalam dan kri
Setelah Andi masuk beberapa ratus meter, barulah Andi dapat melihat kejadian yang sebenarnya terjadi di dalam. Ada sebuah garis polisi yang terbentang mengelilingi sebuah tumpukkan sampah. Di dekat garis polisi itu, ada ambulan yang tadi ditemui Andi waktu di jalan. Ambulan itu dijaga ketat oleh pihak kepolisian. Di sekitaranya banyak para wartawan yang mengerumbungi ambulan itu.Para wartawan itu terlihat sangat bersemangat dalam melakukan itu. Karena sejatinya mereka sadar bahwa ini adalah sebuah berita besar. Berita yang bisa membuat rating mereka naik.Dengan semangat seperti itu, ada beberapa orang dari mereka yang berani menerobos ke dalam penjagaan polisi. Para polisi pun bertindak untuk menahan mereka. Para polisi itu juga sadar betul privasi yang dimiliki orang yang di dalam perlindungannya. Hal ini membuat para kepolisian itu sangat tegas tanpa ampun kepada para wartawan yang tidak mematuhi perintah mereka. Terlihat ada seorang wartawan ya
Di perjalanan menuju rumah Wahyu, Andi menemukan beberapa keanehan di jalan. Jalanan yang tampak sunyi seketika dipenuhi oleh lalu lalang mobil yang cukup padat. Dan yang paling lucu, mobil-mobil itu seperti hanya menuju satu arah. Andi bertanya dalam hatinya, "Apa yang sebenarnya terjadi?" Belum sempat dia memikirkan dan menemukan jawaban dari pertanyaannya. Andi dikejutkan dengan sirine dari mobil ambulan yang melaju dengan cepat di belakangnya. Andi segera meminggirkan motornya dari jalan. Kemudian, Ambulan tadi segera lewat di sampingnya. Ambulan itu tidak sendirian, tetapi ada dua buah motor dinas polisi yang mengawal ambulan itu. Andi semakin bingung melihat pemandangan itu. Karena dengan jelas dia melihat bahwa ambulan tadi kosong. Biasanya ambulan yang membunyikan sirine seperti itu membawa pasien atau seseorang yang sangat kritis. "Atau mungkin ambulan itu ingin menjemput seseorang yang sedang kritis? Tet
Andi yang baru sadar segera mengosok-gosok matanya. Kepalanya terasa sedikit pusing karena terkejut tadi. Samar-samar Andi masih bisa mendengar suara kucing yang sedang berkelahi. Namun suara itu terdengar terus menjauh. Dalam hatinya dia berkata, "Berarti memang suara kucing itu tadi yang ngebangunin gue."Andi menundukkan kepalanya ke bawah dan menemukan layar hpnya yang hidup. Andi memperhatikan dengan jelas dan melihat sebuah chat yang masuk ke dalam hpnya. Andi meraih hpnya dan membuka chat itu. Chat itu dari Taufik yang menanyakan dimana posisinya."Gue di kos," balas Andi.Tidak berapa lama Taufik kembali membalas, "Oke! Gue otw ke sana.""Yoi!" balas Andi singkat.Andi kemudian kembali meletakkan hpnya di depannya. Matanya kembali ke komputernya, dia kembali mencari-cari sesuatu di mesin pencarian yang mungkin dapat membantunya. Setelah beberapa kali menscroll, Andi akhirnya menemukan sebuah situs yang sedikit an
Di kamar kosnya, Andi kembali membuka beberapa buku yang di bawanya dari rumahnya kemarin. Andi membaca buku-buku lama itu dan menemukan beberapa hal yang menarik. Namun, sayangnya di buku-buku itu tidak tergambar dengan jelas. Oleh sebab itu, Andi membuka komputernya untuk mencari refensi lainnya yang mungkin dapat membantunya.Sejujurnya Andi masih penasaran dengan kasus dua pembunuhan kemarin. Walaupun keduanya tidak mempunyai keterkaitan seperti yang disampaikan oleh pihak kepolisian, tetapi andi masih belum yakin seratus persen soal itu. Menurutnya polisi terlalu cepat mengambil keputusan mengenai ini, dan akhirnya menjadikan ketajaman mereka sendiri yang berkurang. Seharusnya mereka tidak memberikan stegmen itu kepada masyarakat. Memang, ini dilakukan oleh pihak kepolisian untuk menenangkan masyarakat yang sudah mulai panik dengan kejadian kemarin. Akan tetapi, menurutnya ini akan membuat masyarakat kembali terlena.Andi sendiri