Share

Sesuatu di TPA

Author: Andi_At98
last update Last Updated: 2021-11-05 15:47:25

Di perjalanan menuju rumah Wahyu, Andi menemukan beberapa keanehan di jalan. Jalanan yang tampak sunyi seketika dipenuhi oleh lalu lalang mobil yang cukup padat. Dan yang paling lucu, mobil-mobil itu seperti hanya menuju satu arah.

Andi bertanya dalam hatinya, "Apa yang sebenarnya terjadi?"

Belum sempat dia memikirkan dan menemukan jawaban dari pertanyaannya. Andi dikejutkan dengan sirine dari mobil ambulan yang melaju dengan cepat di belakangnya.

Andi segera meminggirkan motornya dari jalan. Kemudian, Ambulan tadi segera lewat di sampingnya. Ambulan itu tidak sendirian, tetapi ada dua buah motor dinas polisi yang mengawal ambulan itu.

Andi semakin bingung melihat pemandangan itu. Karena dengan jelas dia melihat bahwa ambulan tadi kosong. Biasanya ambulan yang membunyikan sirine seperti itu membawa pasien atau seseorang yang sangat kritis.

"Atau mungkin ambulan itu ingin menjemput seseorang yang sedang kritis? Tetapi sangat jarang ada yang sampai dikawal polisi seperti itu!" pikir Andi dalam hatinya.

"Mungkin pasien itu orang penting!" katanya lagi dalam hati sambil menenangkan diri.

Andi sudah dekat dengan rumah Wahyu, tetapi jalan juga semakin padat. Andi sedikit berdiri dari motornya untuk melihat sesuatu yang ada di depan. Andi terkejut setelah melihat penyekatan yang dilakukan oleh beberapa petugas kepolisian di sana.

"Pantas saja kendaraan dari arah yang berlawanan dengannya terlihat tidak ada, ternyata itu semua karena ini!" kata Andi dalam hatinya.

Andi yang semakin dekat juga melihat banyak mobil-mobil media yang terparkir di dekat jalan menuju TPA itu. Di sana juga ada beberapa mobil pribadi yang sepertjnya sengaja stop untuk menonton sesuatu. Andi sungguh belum tahu apa yang mereka tonton.

Andi mengalihkan pandangannya ke depan. Dan melihat jalan menuju ke sana ternyata juga dijaga ketat oleh pihak kepolisian. Banyak orang ingin masuk ke sana, tetapi harus putar balik karena tidak diizinkan oleh petugas yang berjaga.

Andi awalnya sedikit ragu ketika dia ingin menuju ke sana. Dia merasa dirinya tidak akan mampu melewati penjagaan itu. Akan tetapi, karena janjinya kepada Wahyu dan rasa penasarannya yang semakin besar, dia akhirnya memberani diri mendekati petugas yang berjaga itu.

Andi perlahan membawa motornya menuju ke sana. Andi berhenti tepat di depan seorang petugas yang berjaga di sana.

"Permisi! Boleh saya masuk, Pak?" tanya Andi dengan hormat.

"Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk!" ucap petugas itu dengan tegas dan wibawanya.

"Saya mau ke rumah teman saya Pak di dalam." Andi memberitahu tujuannya kepada petugas itu.

Petugas itu memperhatikan Andi dengan kata-katanya tadi. Namun, petugas itu sepertinya tetap tidak percaya. Petugas itu tetap tidak memberikannya izin untuk masuk.

Huuh!.... Andi menghela napas mendapati dirinya di tolak untuk masuk. Andi segera meminggirkan motornya dan dia langsung menelpon Wahyu yang ada di dalam. Dia menyuruhnya menjemputnya di tempat penjagaan. Karena dia tidak diberikan izin untuk masuk.

"Iya gue otw ke sana!" jawab Wahyu.

"Mau kemana lo?" tanya Taufik.

"Mau ngejemput Andi, dia ketahan di jalan masuk!" Wahyu memberitahu Taufik.

Taufik tampak kaget mendengar itu. Dia tidak menyangka secepat itu berita ini menyebar. Dan sampai ada penjagaan dari pihak kepolisian segala di sana.

"Ternyata ini adalah sebuah kasus besar!" katanya dalam hati.

Taufik kemudian kembali menatap Wahyu.

"Gue ikut!" kata Taufik singkat.

Taufik ingin melihat sendiri bagaimana kondisinya di luar. Apakah memang sudah seramai itu?

"Ayo!" jawab Wahyu sambil menaiki motor bututnya.

Taufik segera ikut naik ke atas motor itu dan mereka berdua segera meluncur.

Andi yang telah cukup lama menunggu merasa lega setelah teman-temannya telah datang menemuinya. Terlihat Wahyu dengan motor bututnya sedang membonceng Taufik dibelakangnya. Wahyu segera berhenti di depan petugas penjaga.

Wahyu berbicara dengan petugas di sana, "Permisi Pak!"

"Iya! Ada yang bisa saya bantu?" tanya petugas itu dengan wibawa.

"Saya mau ngejemput teman saya Pak! Kami mau mengerjakan tugas kuliah di rumah saya," ucap Wahyu dengan sopan sambil menujuk Andi.

Andi mengangguk dengan sopan. Petugas itu tidak langsung percaya, dia memandang ke arah Wahyu cukup lama. Dan kemudian kembali memandang ke arah Andi.

Setelah itu dia kembali menggelengkan kepalanya.

"Kamu orang sini?" tanya petugas itu seperti tidak percaya.

"Iya Pak!" jawab Wahyu singkat.

Namun, petugas itu sepertinya belum juga memberikan izin Andi untuk masuk.

Andi memberi kode kepada Wahyu untuk menujukkan KTPnya. Wahyu mengangguk dan mengambil KTPnya dari dalam dompet.

"Ini Pak KTP saya!" Wahyu menyerahkannya kepada petugas itu.

Barulah setelah Wahyu menujukkan KTPnya kepada petugas itu, petugas itu percaya dan memberikan Andi izin untuk masuk.

Sebelum pergi mengambil motornya, Andi terlebih dahulu mengucapkan terima kasih kepada petugas itu. Petugas itu membalas dengan anggukkan kepalanya. Setelah itu Andi kembali menaiki motornya dan segera mengikuti Wahyu dari belakang. Portal dadakan itu juga kemudian diangkat untuknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Pemburu Bayangan   Kembali ke Kampus

    Wahyu hanya mengelengkan kepalanya."Lo tahan Andi bentar ya!" ucap Wahyu sambil berlari."Lo mau kemana?" tanya Taufik kaget dan penasaran."Udah jagain aja dulu!" teriak Wahyu yang mulai menjauh.Taufik tidak bisa berkata apa-apa lagi dan langsung mengunci Andi agar tidak bisa bergerak lagi.Beberapa kali tangan Andi memukul badan Taufik, tetapi Taufik pantang menyerah dan sama sekali tidak memberikan ruang gerak kepada Andi."Cepetan dong Yu!.." teriak Taufik yang sudah hampir mencapai batasnya.Beberapa saat kemudian Wahyu muncul dengan sebuah ember ditangannya."Lo, lo mau ngapain?" tanya Taufik.Tanpa mendengar kata-kata Taufik dan tanpa ragu-ragu dia langsung membalikkan air di ember itu pada Taufik dan Andi.Taufik hanya pasrah ketika air itu membasahi tubuhnya. Namun, Andi yang tadi dikuncinya kembali sadar."Apa-apaan lo?" teriak Andi dengan nada marah."Lo tuh yang apa-apaan!" balas

  • Sang Pemburu Bayangan   Ganjil

    Andi masih tidak bisa melepaskan pandangannya dari buku itu. Tatapannya tetap tajam dan penuh pertanyaan. Andi kembali meletakkan cangkir kopinya dan beberapa kali membolak-balik buku itu. Dari setiap lembar buku, wajah Andi selalu berubah tidak menentu. "Dari mana kalian dapet ini?" tanya Andi. Mereka berdua menatap sebelum menjawab. "Lo aja yang jawab Yu!" Lempar Taufik kepada Wahyu. Wahyu menggangguk lalu menjelaskan semuanya. Huuh!....Andi menghembuskan napas lega setelah itu. Ternyata kejadiannya tidak seperti yang dia pikirkan. "Lo kenapa, Ndi?" tanya Taufik yang terlihat penasaran. "Enggak apa-apa," jawab Andi sambil tersenyum. Taufik segera merajut alisnya mendengar jawaban Andi itu. Matanya semakin tajam menatap Andi. Tiba-tiba Taufik bertanya, "Lo serius?""Iya gue serius!" jawab Andi cepat. Wahyu yang melihatnya hanya bisa mengelengkan kepalanya. Dia tahu pasti banyak pemikiran di kepala Andi. Dan analisisnya di setiap masalah pasti mendalam dan kri

  • Sang Pemburu Bayangan   Sebuah Penemuan

    Setelah Andi masuk beberapa ratus meter, barulah Andi dapat melihat kejadian yang sebenarnya terjadi di dalam. Ada sebuah garis polisi yang terbentang mengelilingi sebuah tumpukkan sampah. Di dekat garis polisi itu, ada ambulan yang tadi ditemui Andi waktu di jalan. Ambulan itu dijaga ketat oleh pihak kepolisian. Di sekitaranya banyak para wartawan yang mengerumbungi ambulan itu.Para wartawan itu terlihat sangat bersemangat dalam melakukan itu. Karena sejatinya mereka sadar bahwa ini adalah sebuah berita besar. Berita yang bisa membuat rating mereka naik.Dengan semangat seperti itu, ada beberapa orang dari mereka yang berani menerobos ke dalam penjagaan polisi. Para polisi pun bertindak untuk menahan mereka. Para polisi itu juga sadar betul privasi yang dimiliki orang yang di dalam perlindungannya. Hal ini membuat para kepolisian itu sangat tegas tanpa ampun kepada para wartawan yang tidak mematuhi perintah mereka. Terlihat ada seorang wartawan ya

  • Sang Pemburu Bayangan   Sesuatu di TPA

    Di perjalanan menuju rumah Wahyu, Andi menemukan beberapa keanehan di jalan. Jalanan yang tampak sunyi seketika dipenuhi oleh lalu lalang mobil yang cukup padat. Dan yang paling lucu, mobil-mobil itu seperti hanya menuju satu arah. Andi bertanya dalam hatinya, "Apa yang sebenarnya terjadi?" Belum sempat dia memikirkan dan menemukan jawaban dari pertanyaannya. Andi dikejutkan dengan sirine dari mobil ambulan yang melaju dengan cepat di belakangnya. Andi segera meminggirkan motornya dari jalan. Kemudian, Ambulan tadi segera lewat di sampingnya. Ambulan itu tidak sendirian, tetapi ada dua buah motor dinas polisi yang mengawal ambulan itu. Andi semakin bingung melihat pemandangan itu. Karena dengan jelas dia melihat bahwa ambulan tadi kosong. Biasanya ambulan yang membunyikan sirine seperti itu membawa pasien atau seseorang yang sangat kritis. "Atau mungkin ambulan itu ingin menjemput seseorang yang sedang kritis? Tet

  • Sang Pemburu Bayangan   Sebuah Artikel

    Andi yang baru sadar segera mengosok-gosok matanya. Kepalanya terasa sedikit pusing karena terkejut tadi. Samar-samar Andi masih bisa mendengar suara kucing yang sedang berkelahi. Namun suara itu terdengar terus menjauh. Dalam hatinya dia berkata, "Berarti memang suara kucing itu tadi yang ngebangunin gue."Andi menundukkan kepalanya ke bawah dan menemukan layar hpnya yang hidup. Andi memperhatikan dengan jelas dan melihat sebuah chat yang masuk ke dalam hpnya. Andi meraih hpnya dan membuka chat itu. Chat itu dari Taufik yang menanyakan dimana posisinya."Gue di kos," balas Andi.Tidak berapa lama Taufik kembali membalas, "Oke! Gue otw ke sana.""Yoi!" balas Andi singkat.Andi kemudian kembali meletakkan hpnya di depannya. Matanya kembali ke komputernya, dia kembali mencari-cari sesuatu di mesin pencarian yang mungkin dapat membantunya. Setelah beberapa kali menscroll, Andi akhirnya menemukan sebuah situs yang sedikit an

  • Sang Pemburu Bayangan   Mimpi

    Di kamar kosnya, Andi kembali membuka beberapa buku yang di bawanya dari rumahnya kemarin. Andi membaca buku-buku lama itu dan menemukan beberapa hal yang menarik. Namun, sayangnya di buku-buku itu tidak tergambar dengan jelas. Oleh sebab itu, Andi membuka komputernya untuk mencari refensi lainnya yang mungkin dapat membantunya.Sejujurnya Andi masih penasaran dengan kasus dua pembunuhan kemarin. Walaupun keduanya tidak mempunyai keterkaitan seperti yang disampaikan oleh pihak kepolisian, tetapi andi masih belum yakin seratus persen soal itu. Menurutnya polisi terlalu cepat mengambil keputusan mengenai ini, dan akhirnya menjadikan ketajaman mereka sendiri yang berkurang. Seharusnya mereka tidak memberikan stegmen itu kepada masyarakat. Memang, ini dilakukan oleh pihak kepolisian untuk menenangkan masyarakat yang sudah mulai panik dengan kejadian kemarin. Akan tetapi, menurutnya ini akan membuat masyarakat kembali terlena.Andi sendiri

  • Sang Pemburu Bayangan   Menggoda Norma

    Waktu berjalan begitu cepat. Tidak terasa sudah sebulan berlalu sejak hari itu. Dalam sebulan ini tidak terjadi apapun di kota itu. Pembunuh misterius yang telah mengegerkan beberapa waktu yang lalu seperti menghilang begitu saja. Darah yang ditumpahkannya mungkin sudah kering, tetapi misteri dibalik semuanya masih bergentayangan. Menghantui pikiran-pikiran mereka yang mempunyai masa lalu dengan dirinya. Pagi itu seperti biasa Andi berangkat ke kampusnya. Si Jack sudah menunggu di bawah. Andi menememui si Jack dan segera menghidupkannya. Lima menit kemudian dia sudah sampai di kampusnya. Dan seperti biasa dia terlebih dahulu menemui pak Kastan untuk memberi beliau makanan yang memang sengaja Andi siapkan. "Terima kasih Mas, semoga sukses!" Begitulah doa pak Kastan untuk Andi. Setelah masuk kelas Andi belajar seperti biasanya. Pembelajaran hari ini terasa membosankan bagi Andi. Tidak ada bahasan materi yang menarik perhatiannya. P

  • Sang Pemburu Bayangan   Baper

    Setelah selesai, Andi secara tidak sengaja menanyakan bagaimana perasaan Norma saat ini. Norma yang mendengar itu seketika kembali mematung. Pipinya merah dan matanya tak bisa berkedip. Karena dia menyangka bahwa Andi sedang menanyakan perasaannya selama ini.Andi yang melihat itu kaget, "Nor! Nor! Kamu enggak apa-apa?" tanya Andi sedikit panik."Kamu enggak senang ya, aku ajak ke sini?" sambung Andi sambil menepuk bahu Norma.Dengan replek Norma menjawab, "Iya, aku suka sama kamu!"Andi terkejut sekaligus kaget mendengar jawaban dari Norma tadi.Andi terdiam sebentar memikirkan jawaban Norma tadi. Norma yang sekarang telah sadar meminta Andi untuk melupakan kata-katanya tadi.Dengan sengaja Andi bertanya, "Memangnya kenapa harus dilupain? Tadi kamu jujurkan?" Andi menggoda Norma."Sudah lupain!" Norma memelas."Kok, dilupain?" balas Andi sambil tertawa."Malu, ah!" Norma memalingkan wajahnya."Engga

  • Sang Pemburu Bayangan   Jalan bareng

    Selama di motor, Norma hanya diam membisu. Pipinya memerah dan tambak jelas senyum malu-malu di wajahnya. Untuk mencairkan suasana Andi mengajak Norma untuk mengobrol."Pegangan Nor, Nanti jatoh lo," tegur Andi sambil tersenyum.Tanpa menjawab, Norma langsung melingkarkan tangannya ke pinggang Andi."Kekencangan, Nor!" canda Andi kepada Norma yang terlihat gugup.Norma terlihat kagok dan segera melepaskan tanggannya dari pinggang Andi."Bercanda, Nor!" ucap Andi sambil tertawa."Pegang aja enggak papa, Kok!" sambung Andi.Norma sedikit bingung, tetapi tangan Andi segera memegang tangan Norma dan membimbing Norma untuk melingkarkan tangannya kembali. Tanpa perlawanan, Norma mengikuti bimbingan Andi itu.Mereka berdua terus melaju dengan motornya. Tak sengaja, dari jauh Andi melihat sebuah pameran mingguan yang masih buka. Andi berinisiatif untuk mengajak Norma mampir sebentar ke sana."Nor, kita mampir ke pa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status