"Ayam parmigiana. Kamu mau Ral?" Tawar Valerie ketika melihat Raleigh menuju dapur sambil mengancingkan kancing ujung lengan kemejanya. "Boleh. Tolong kancingkan ini Vale." Valerie sedikit gugup saat mengancingkan kedua kancing lengan kemeja Raleigh. Ditambah wajah Raleigh tampak segar dan tampan pagi ini membuatnya sedikit gemetar saat mengancingkannya. "Hem... Aromanya saja sanggup membuat air liurku menetes." "Duduk lah akan kusiapkan untukmu Ral." "Terima kasih cantik." Valerie terkekeh dengan gombalan Raleigh di pagi hari. Pipinya terasa sedikit hangat karena pujian receh itu. Menu ayam parmigiana dan kari sosis manis dilengkapi teh hangat di pagi hari menjadi sarapan paling memanjakan lidah Raleigh. "Kalau seperti ini mungkin aku akan membujukmu agar setiap hari tinggal disini saja." Ucap Raleigh setelah menandaskan sarapannya. Valerie terkekeh sambil memasukkan sisa ayam parmigiana dan kari sosis manis ke dalam food storage bersusun. "Diego pasti marah karena memi
Seperti pagi kemarin, Valerie dengan cekatan menyiapkan sarapan untuk sesi rumah, termasuk untuk Raleigh dan Celia yang belum turun. Semalam mereka berdua saling berpelukan lalu berciuman mesra di dalam dapur. Setelah wastafel kering, Valerie terduduk sambil menatap pinggiran meja makan dapur. Ingatannya kembali memutar kenangan yang tidak pernah diminta. -flashback- "Kamu sedang apa sayang?" Raleigh memeluk Celia dari belakang saat istrinya tengah di dapur. "Menghangatkan ayam parmigiana buatan Valerie. Kamu sudah makan Ral?" Raleigh menggeleng. "Nanti saja. Aku sedang ingin memelukmu." Celia tahu jika Raleigh bergairah karena bukti keperkasaannya terasa keras di pantatnya. Namun sayang sekali, Celia tidak merasakan apapun untuk membalas rangsangan suaminya. Menopause dini benar-benar telah mematikan gairahnya untuk bercinta dan menjadikannya seperti nenek muda. Jadi lah Celia hanya bisa berpura-pura menikmati sentuhan Raleigh yang sebenarnya terasa hambar untuknya. Sedan
Sudah dua minggu sejak Celia memutuskan menganggunkan rumahnya bersama Raleigh ke sebuah bank. Dan lebih gilanya lagi, Celia bersekongkol dengan orang bank untuk meloloskan hutang itu tanpa harus repot-repot meminta persetujuan Raleigh. Apakah Valerie tidak tahu?Tentu saja dia tahu sekali. Celia menceritakan segalanya karena Valerie yang memaksa. Rasa sayangnya pada Raleigh yang makin hari makin besar membuatnya tidak tega jika suatu saat nanti Raleigh hancur seorang diri. "Sini Ral, biar aku bantu." Tawar Valerie ketika Raleigh tidak bisa mengancingkan ujung lengan kemeja kerjanya."Terima kasih." Ucapnya dengan senyum manis. "Aku sudah siapkan sarapan spesial untukmu."Valerie tidak canggung lagi untuk menunjukkan perhatiannya pada Raleigh selama tidak ada Celia. Toh sahabatnya itu pasti masih bergelung di bawah selimut atau sibuk berbelanja online tanpa sepengetahuan Raleigh.Valerie menggandeng tangan Raleigh ke meja dapur yang telah tersaji menu lezat yang terpampang."Savour
"Kamu punya ide apa Vale?" Tanya Raleigh sembari menikmati pijatan dari tangan Valerie.Nyatanya berduaan bersama Raleigh sungguh sangat spesial dan membahagiakan. Valerie tidak peduli dengan setan yang menggodanya untuk lebih dalam lagi menggoda Raleigh agar segera masuk dalam rayuannya."Mencari wanita pendonor sel telur secara diam-diam mungkin.""Sejak kapan kamu tidak sejalan lagi dengan pemikiran Celia?" Pertanyaan Raleigh bukan tanpa alasan. Pasalnya ia tahu sekali jika Valerie adalah sahabat istrinya. Dia kerap mendukung segala keputusan Celia meski kebanyakan keputusan itu memberatkan Raleigh.Valerie sedikit gelagapan namun segera membuatnya seperti biasa saja. "Ehm...aku pikir Celia mulai semena-mena dengan hubungan kalian. Mungkin dulu aku terkesan mendukung dia tapi melihat kebaikanmu aku memiliki pendapat lain."Raleigh terkekeh lalu menggenggam tangan Valerie yang masih memijat kepalanya. Kemudian mengarahkannya agar memijat pundaknya."Kamu baru menyadarinya Vale? Ter
Di dalam kamar, Valerie menangis dalam diam. Ia menyesal telah mengatakan perasaannya pada Raleigh. "Celia, maafkan aku." Racaunya.Tanpa ada Celia di hadapannya, Valerie berucap maaf berharap sahabatnya itu memaafkan perbuatannya karena menggoda suaminya. "Aku juga tidak mau begini Cel. Tapi aku sendiri tidak tahu mengapa tiba-tiba mencintai Raleigh. Andai aku bisa mencegahnya."Penyesalan selalu datang di akhir namun bukan berarti itu buruk. Karena dari kesalahan itu lah Valerie belajar satu hal besar bahwa apapun kondisinya, mencintai suami wanita lain adalah hal yang tidak terpuji. "Ya Tuhan, tolong hilangkan perasaan ini. Tolong bantu aku keluar dari rasa tidak benar ini."Valerie menyugar rambutnya lalu menyeka air mata yang tidak seharusnya leleh membasahi pipi. Menangisi suami orang adalah kekeliruan bodoh yang harus segera ia tinggalkan."Pergi?" Tanyanya pada diri sendiri.Untuk apa Valerie tetap berada di rumah Celia dan Raleigh kalau itu makin menjebak perasaannya sendi
Valerie mengaktifkan kembali ponselnya sejak semalam dimatikan karena Celia terus menghubungi. Ia tidak tahu apa yang diinginkan Celia, tapi yang pasti ia tidak mau terlibat lagi dalam masalah rumah tangga sahabatnya itu. Pertama, ia memilih bungkam karena Raleigh tanpa sadar hampir mencumbunya. Kedua, ia menyembunyikan fakta bahwa Raleigh kerap bermalam di rumahnya. Dan ketiga, tentang hutang piutang yang diambil Celia dengan menganggunkan rumahnya sebagai jaminan tanpa sepengetahuan Raleigh dan keluarga besar. Celia : Val, kamu dimana? Kenapa tidak membalas pesanku sejak semalam. Aku membutuhkan bantuanmu!!! Celia : Val, balas pesanku!! Celia : Valerie!!!! Kamu seperti perempuan mati karena tidak bisa dihubungi!! Dan banyak lagi pesan dari Celia yang baru Valerie baca di pagi ini. Ia mengambil duduk di kursi dapur lalu membalasnya dengan berat hati. Valerie : Aku bersama Diego jadi aku tidak tahu ada pesan darimu. Ada apa Cel? Valerie terpaksa berbohong pada Celia tentan
Raleigh bingung dengan perasaannya. Satu sisi ia ingin datang meminta maaf pada Valerie namun ia tidak memiliki nyali untuk mengatakannya. Tapi jika ia tidak meminta maaf lalu pada siapa ia akan mengatakan kegundahan hatinya jika Celia kembali melukai hatinya. "Datang lah untuk meminta maaf pak." Saran Gerard. "Tapi aku malu Ger." "Jangan menimbun masalah, atau itu akan menjadi bom waktu." "Aku tidak tega menyakiti hatinya kembali." "Katakan padanya jika kalian hanya bisa berteman, tidak lebih dari itu. Siapa tahu seiring berjalannya waktu ia akhirnya sadar jika perasaannya pada anda salah. Dan mau membuka hati untuk lelaki lain yang lebih pantas untuk dicintai." Saran Gerard tidak salah namun mengapa Raleigh merasa tidak rela jika perhatian Valerie tercurah untuk lelaki lain. Ia seakan-akan kehilangan sesuatu yang menentramkan hatinya selama ini. "Entah lah Ger." "Atau jangan-jangan Pak Raleigh sudah merasakan sesuatu yang berbeda pada Valerie?" "Itu tidak mungkin Ger. Aku
Pergulatan antara Raleigh dan James akhirnya berhenti setelah mendapat sorotan dari senter tetangga dan panggilan nama keduanya. "Apa yang kalian lakukan dengan berkelahi seperti ini di halaman rumahku?!!" Tanya Valerie dengan ekspresi bingung. James dan Raleigh melepaskan cengkeraman kerah kemeja masing-masing lalu saling membuang muka. Membersihkan baju dari debu jalanan yang menempel dan merapikan rambut yang acak-acakan. Sedikit luka di pelipis Raleigh dan sedikit lebam di pipi James. Beruntung mereka baru terlibat perkelahian, entah jika tidak ada yang melerai mungkin sudah babak belur. "Apa mereka tamumu Valerie?" Tanya tetangga Valerie."A....a...." Valerie tergagap lalu menatap keduanya. "A...iya paman John. Maaf mengacaukan istirahat kalian.""Sebaiknya mereka bersikap lebih dewasa jika ingin menyelesaikan masalah. Bukan saling berkelahi seperti anak remaja." "S...saya akan menasehati kedua sepupu saya ini paman John." Kilah Valerie agar tidak ada yang mengenali keduanya