Home / Fantasi / Sang Penakluk Kiamat / Survival di Mulai

Share

Survival di Mulai

Author: BlackRoby
last update Last Updated: 2022-07-22 10:31:56

“Tuan Edelhard, ini pertama kalinya aku melihat seseorang murung karena dia akan di promosikan, tidakkah kau berpikir seberapa ingin orang lain mendapatkan posisi itu?”

“Saya..., saya hanya merasa gugup. Seharusnya saya memperlihatkan wajah gembira saya sebagai rasa syukur. Hahah, maafkan saya, Bos.”

Sebentar lagi, beberapa menit sebelum tuduhan palsu Bianca dilayangkan ke arahku. Dia tidak terlihat gugup sama sekali, sial! Si jalang ini nampaknya sudah sangat terbiasa dengan melakukan trik kotor.

Di kehidupanku sebelumnya dia menunjukkan obat perangsang pada Nona Clara, ya! Saat ini yang berada dalam saku si jalang ini adalah obat itu.

Dia akan bilang mendapatkannya dariku, dia menuduhku akan meniduri dirinya dan juga Nona Clara di dalam kantor saat kami mendapatkan panggilan promosi.

“Kalian berdua tidak perlu merasa tegang,” kata Nona Clara.

Ding! Lift berhenti kemudian pintu terbuka, dan ketika aku memandang sesuatu di hadapanku..., akan ada bajingan lain yang akan menguatkan alibi yang si jalang Bianca, tentu saja orang itu adalah pacarnya.

Romulo Hendrickson, orang ini sangat licik, setelah kiamat terjadi aku melihatnya sebagai orang yang memiliki keberuntungan yang cukup baik.

“Lihat bagaimana bajingan itu menyeringai, kelicikannya tidak jauh berbeda dari seekor rubah tua.”

Dia mampu bertahan selama dua tahun, tapi itu bisa dia lakukan dengan mengorbankan nyawa rekan-rekannya. Orang yang di perdaya olehnya secara bodoh mati untuk melindungi si Romulo bangsat satu ini.

Untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa, aku akan mengakhiri hidup si bajingan ini. Bersiaplah Romulo, aku akan mengukir sebuah peluru bertuliskan namamu dalam dua bulan lagi.

Dan kepalamu..., akan menjadi sarangnya.

“Hendrickson? Ada apa petugas keamanan menunggu kita disini?” Tatap heran Nona Clara.

Pertanyaan Nona Clara adalah sinyal untuk si jalang Bianca memulai dramanya. Sedetik sebelum akhirnya si jalang itu akan bersandiwara.

“Tuan Hendrickson, anda disini..., syukurlah!” lagaknya berlarian ke arah teman seranjangnya itu, dengan air mata yang dia buat-buat Bianca mencoba meyakinkan Nona Clara.

Di kehidupanku yang lalu aku berdiri menatap heran kelakuannya yang tiba-tiba, tapi saat ini..., aku hanya melihat itu dengan wajah datar. Sudah tidak mengejutkan lagi.

Aku bahkan mengernyitkan bibirku, tersenyum karena menganggap itu lucu.

“Sial..., aku benar-benar tidak tahan dengan dua bajingan ini.”

“Apa yang terjadi, kenapa tiba-tiba Nona Esther bersikap seperti itu?”

Entahlah Nona, saat itu aku tidak memberitahumu apa yang dia lakukan, dan itu juga tidak akan berlaku saat ini. Sebaiknya kau lihat saja.

“Nona Esther, aku menerima laporan darimu,” ucap Romulo menunjukkan wajahnya yang tegas sebagai seorang Penjaga Keamanan.

Ya ampun, baik Bianca atau Romulo sama-sama memanggil menggunakan nama marga mereka, bukankah mereka sudah sering bermalam bersama? Ingin bertingkah tidak akrab? Ampun dah, mereka melakonkan peranannya dengan baik.

“Apa semuanya baik-baik saja, Nona Esther?”

“Masih, semuanya masih baik-baik saja,” sahut Bianca yang berpura-pura panik.

“Tapi apa aku harus menunggu sampai hal itu terjadi?!” imbuhnya.

“Tuan Edelhard? Apa kau dengar apa yang mereka bicarakan? Kenapa Nona Esther terlihat begitu panik?” tanya Clara.

“Aku tidak mengerti tentang apa yang membuatnya panik, tapi kita akan segera tau,” jawabku.

Saatnya kau melihatku dengan tatapan sinis itu Romulo!

“Nona Direktur, sebaiknya anda menjauh dari orang mesum itu,” Rumulo benar-benar melakukannya. Sama seperti di kehidupan yang sebelumnya, dia akan menuding dengan suaranya yang tinggi.

“Orang mesum?” mata Nona Clara membola melirik ke arahku.

“Pria itu membawa sebuah obat perangsang di dalam sakunya, dia hendak menyerang anda Nyonya direktur!” tegas Romulo. Nona Clara masih tercengang mendengar pernyataan itu.

“Nona Esther, tunjukkan apa yang kau temukan kepadaku.”

“Ini!” balasnya menunjukkan sebuah botol kecil yang berisi obat perangsang.

“Aku mendengar dia membeli dua botol kecil obat, dia sering merayuku dan ingin menggunakannya kepadaku. Aku takut karena selalu mendengar ancaman darinya, jadi aku bungkam selama ini.”

Air mata mulai menggaris pipinya, semua usaha Bianca lakukan demi sandiwara yang bagus dan meyakinkan.

“Huu..., aku benar-benar ketakutan ketika dia mulai mengancamku. Tapi karena Tuan Hendrickson bersedia membantuku aku berani angkat bicara disini.”

Si jalang itu kemudian menoleh dengan jari tertunjuk lurus ke arahku, “Jangan tertipu oleh penampilannya yang tampak seperti lelaki polos, itu hanya topeng yang menyembunyikan kebejatannya.”

Polos? Pfft! Jadi aku terlihat seperti itu di mata kalian? Benar juga, sebelum mengalami kemalangan itu selama lima tahun, aku hanyalah seorang pemuda polos. Tapi sekarang, bejat saja tidak cukup untuk mendeskripsikan orang yang telah lama kehilangan kemanusiaannya.

Kau pikir selama dunia sedang kiamat aku hanya berkeliaran membunuh zombie? Bahkan manusia yang tidak layak sepertimu banyak yang mati di tanganku.

Hadeh hadeh, sadarlah Vin, tidak boleh menunjukkan niat membunuh di tempat ini. Tetap pada karaktermu yang terlihat polos.

“Edelhard? Apa yang di katakan oleh Nona Esther itu benar?” tanya Nona Clara.

Dia menatapku dengan mata yang penuh akan keraguan. Belum sempat aku menghilangkan keraguannya, kesempatan untuk menjelaskan di ambil oleh si Jalang Bianca.

“Itu benar Nona Direktur! Dia pasti menyembunyikan botol yang sama di salah satu sakunya.”

Tidak, apa yang di katakan Bianca itu tidak benar.

“Aku akan pergi untuk memeriksa,” ujar Rumulo, Katua Penjaga Keamanan itu mulai melangkah mendekatiku dengan senyum liciknya.

Tentu dia tidak akan menemukan benda yang dia maksud di sakuku, karena benda yang sama.., ada di tangannya.

“Jangan berusaha kabur dari pemeriksaan. Jika dirimu jujur, kau tidak perlu takut..., Tuan Edelhard.”

Bajingan itu akan bilang menemukannya di salah satu sakuku, begitulah caraku jatuh dalam kemunafikan yang di rencanakan oleh dua ular derik yang licik ini.

“Edelhard, apa kau memang mempunyai niat seperti itu? Tolong katakan bahwa itu tidak benar.”

Clara, kau mengatakan itu karena kau tidak percaya dengan apa yang mereka tuduhkan kepadaku, aku tau.

“Jangan diam saja, katakan sesuatu!”

Tapi, setelah mereka menunjukkan kebohongan itu, kau berpaling dari mempercayaiku seketika, dan itu menyakiti perasaanku.

“Kenapa kau malah tersenyum seperti itu? Kesalahpahaman tidak akan lurus hanya dengan sebuah senyuman.”

“Nona Direktur benar, Tuan Edelhard. Yang kami butuhkan adalah penjelasan,” celetuk Rumulo yang masih dengan senyum liciknya.

Tak peduli apakah mulutku harus berbusa untuk menjelaskannya padamu saat itu. Kepercayaanmu padaku tidak dapat aku raih.

Kau pikir seberapa putus asanya diriku saat itu? Aku..., sudah tidak ingin merasakan hal seperti itu lagi di kehidupan ini. Maka..., dari sini semuanya akan berbeda.

“Itu benar, aku memang menyembunyikan obat perangsang di dalam sakuku,” aku mengatakannya sambil menyeringai.

Sialan..., aku tidak berharap wajahku akan tampak seperti seorang penjahat.

Nona Clara terhenyak dengan kedua matanya yang terbuka lebar, sedangkan pria yang berusaha menjebakku terperanjat mendengar pengakuan tadi. Ya, bukankah ini tidak berjalan sesuai dengan rencanamu, Rumulo?

Rumulo yang bertubuh tinggi tegap menatap heran ke arahku, dulu nyaliku ciyut ketika dia menatapku seperti itu. Tapi kali ini tidak sama sekali.

“Tidak perlu memeriksanya, karena persis seperti yang di katakan oleh Bianca, aku menyimpan benda serupa di saku celanaku,” sembari menepuk bagian saku di dekat pinggang aku mengatakannya.

Kenapa malah melongo? Bukankah ini yang kalian inginkan. Bianca? Romulo? Kalian seolah mengatakan ada apa dengan bajingan ini dalam hati kalian, kan?

“Edelhard, aku tidak percaya kau melakukan hal seperti itu. Kenapa?”

“Ahahah! Bagaimana anda bisa begitu kejam, bos? Tidakkah anda bisa memikirkan sendiri alasannya?” ujarku sambil mendekat ke arah Nona Clara.

Nona Bos berjalan mundur dengan tangannya yang tampak gemetar. Aku sebenarnya tidak tega melakukan ini. Tapi aku akan meladeni kedua bajingan itu untuk bersandiwara.

“Penampilan anda yang begitu menawan selama ini menyiksaku. Anda pikir seberapa banyak malam yang saya lalui dengan berfantasi tentang anda? Saya hanya menunggu kesempatan untuk melepaskan rasa penasaran saya.”

Plasss!!! Bunyi tamparan keras itu membuat telingaku berdenging.

“Bagaimana kau berpikir sehina itu setelah aku cukup mempercayaimu?”

“Mulai hari ini aku tidak ingin melihatmu di perusahaan ini. Kau di pecat, Vin Edelhard!!” imbuh Nona Clara, tangannya terkepal walau terlihat bergoyang. Dengan nada bicara yang gemetaran itu, aku paham.., dia terguncang.

Dia cukup percaya padaku, dan itu membuatku bahagia. Meskipun aku merusak kepercayaan itu sekarang, itu akan baik-baik saja.

“Jangan berani menunjukkan wajahmu lagi di depanku.”

Dalam kehidupan ini aku akan berusaha mendapatkan kembali kepercayaan darimu, karena dalam kehidupan ini, kau tidak harus mati lebih dulu.

“Kenapa kau masih berdiri disini?! Enyah dari pandanganku sekarang juga!” tegas Nona Clara kepaku. Aku tertunduk di hadapannya, membungkuk menunjukkan perasaan bersalahku.

“Terimakasih untuk yang telah anda lakukan selama ini, dan maafkan saya.”

Tenanglah Clara, aku pastikan kita akan bertemu lagi, kali ini aku akan menjemputmu. Aku tidak akan terlambat.

Clara sama sekali tidak meresponku, tapi aku masih bisa melihat sedikit reaksi dari tangannya yang terkepal. Setelah membungkuk aku menoleh pada pasangan ular derik yang menjebakku.

Aku tersenyum pada mereka, ku harap mereka menyadari pesan tersirat dari wajahku. Aku ingin bilang pada mereka.

Kalian tunggu saja harinya, bajingan!

Suara langkahku semakin menjauhi mereka, anggaplah hari ini sebagai hari terakhir kalian melihat punggung kecilku. Tapi dalam waktu dua bulan, punggung kecil ini akan berbeda, karena takdir dunia..., akan dipikul oleh punggung ini.

***

Haa..., saat ini aku berada di luar kantor tempatku bekerja, karena langsung mengarah pada jalan raya, tebak suara apa yang sedang aku dengarkan sekarang.

‘Wooom!’

Benar, mobil yang berlalu lalang, dalam waktu dua bulan suara seperti ini tidak akan sering lagi ku dengar. Setelah cukup lama rasanya jadi nostalgia.

Klungg! Sebuah pesan masuk ke ponsel pintarku, pesan yang menunjukkan bahwa sejumlah saldo masuk ke tabunganku.

“Dasar Clara, jadi kau tidak berniat membiarkanku pergi tanpa pesangon? Walau aku sudah begitu keterlaluan padamu, kau masih punya belas kasih.”

“Padahal kau terlihat seperti seorang bos berhati dingin. Dengan sikapmu yang kadang tidak terduga ini, jangan salahkan aku jika aku semakin mencintaimu.”

Dalam waktu dua bulan ini uang masih menjadi sesuatu yang penting, tapi setelah bencana itu terjadi, uang tidak lagi ada harganya. Sebaiknya aku langsung menghabiskannya untuk sesuatu yang ku butuhkan saat terjadi Zombie Apocalypse.

Dari sekarang, survivalku akan di mulai!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Penakluk Kiamat   Menghindari bantuan

    Tengah malam telah terlewati, kabar dari luar yang kami tunggu akhirnya tiba. Melalui radio darurat di tangan Andrew kami berdua berusaha menimbang situasi.‘Semua unit yang berada di luar sana, pihak pemerintah telah membuat keputusan untuk menanggulangi bencana darurat yang kini telah masuk ke level bahaya tertinggi. Bagi semua yang telah bertahan dengan baik di luar sana, cobalah bertahan sebentar lagi.’‘Kami telah mengerahkan unit penanggulangan terbaik untuk membantu kalian keluar dari semua keputusasaan ini, bagi kalian yang mendapatkan pesan darurat ini... Kumpulkan penyintas selamat sebanyak mungkin.’‘Pergilah menuju jembatan yang menghubungkan Brighton dengan Rollinston, kami menunggu di sana. Demi memutuskan mata rantai virus yang menyerang Brighton, kami akan meledakkan setiap jembatan yang menghubungkan kota tersebut.’‘Sebelum jam lima dini hari capailah tempat itu! Demikian pesan Darurat ini kami sampaikan.’‘Zzzzzttt’Andrew yang menyimak pemberitahuan tadi dengan ser

  • Sang Penakluk Kiamat   Pergerakan

    Gawulf mencoba yang terbaik untuk menyamai kecepatan permainan pisauku, kami bertarung seperti dua orang pendekar pedang yang beradu secara intens, bunyi bising pisau yang saling bergesekan membuat orang cemas.Tapi bagiku, suara ini membangkitkan semangat untuk menang. Jika bukan Asmodeus, aku tidak tau apakah akan ada orang lain yang mampu bersaing seperti ini.“Aku bisa beradaptasi dengan permainanmu, meskipun aku mengakui kalau dirimu baik dalam hal ini, tapi sebarapa lama kau mampu bertahan?” tanya Gawulf di sela pertarungan kami.“Aku akan bertahan tak peduli apapun itu, tapi..., kau tidak akan mampu terus beradaptasi.”Aku meningkatkan kecepatan serangan Perlahan-lahan, melihat bagaimana Gawulf mampu terus beradaptasi. Perlahan aku melihat wajahnya mulai meringis, tapi bajingan itu tetap gigih mengikuti pergerakanku.“Kau masih bisa terus meningkatkan kecepatanmu? Pria tampan..., apa pekerjaanmu sebelumnya?”“Apa perlu melakukan percakapan ini? Sebaiknya kau tidak perlu banyak

  • Sang Penakluk Kiamat   Masuk dalam perhitungan

    “Andrew..., aku tidak bisa mengatakan apapun padamu mengenai orang ini. Tapi, karena kita sudah sejauh ini, mari habisi mereka bersama-sama.”Andrew melemaskan tangannya, sembari tersenyum pria itu meringankan ketegangan yang dia rasakan dengan meregangkan lehernya.“Karena para bajingan ini kehilangan banyak jumlah mereka, tentu saja sekarang kelompok ini tidak jadi masalah lagi,” ujar Andrew.Sebaiknya mereka memang benar tidak akan jadi masalah lagi, kalau tidak... Di masa depan mungkin tidak banyak orang yang mampu berselisih dengan mereka, terutama dia yang di kenal sebagai Asmodeus.“Aku mengakui kemampuanmu, Pria Tegap. Caramu bergerak melawan anak buahku sangat jelas, tentunya kau orang yang sangat berpengalaman. Seorang militer? Tidak buruk,” kata Gawulf memicingkan mata.Dia menerka latar belakang Andrew dengan tepat, walaupun mengetahui mengenai hal itu, Gawulf tidak tampak gentar sedikitpun, seperti yang di harapkan dari orang yang akan menjadi penguasa masa depan.Aku har

  • Sang Penakluk Kiamat   Asmodeus

    Tinggal enam yang tersisa, termasuk Hogan dan juga Gawulf. Tapi dengan pertunjukan yang di persembahkan oleh Andrew, orang-orang ini jelas tidak akan maju dengan sembrono.“Tidak! Aku masih tidak mau mati!”Aku tidak mengira Hogan akan begitu ketakutan, dia pergi begitu saja meninggalkan kelompoknya. “Bajingan itu sangat mengharagai hidupnya.”“Siapapun yang memilih lari setelah ini, aku akan memberikan kalian kematian yang sangat buruk, tentunya itu bukan kematian yang begitu mudah.”Ucapan Gawulf membuat anak buahnya yang tadinya berniat mengikuti Hogan jadi mengurungkan niatnya. Setelah menelan ludah mereka memilih menguatkan tekad untuk melawan kami kembali.Tapi melihat Andrew yang berada pada mode serius, ku rasa tidak akan mudah bagi mereka. Situasinya maju kena mundur juga kena.“Karena aku tidak ingin mati, maka matilah untukku!” seru salah satu anak buah Gawulf sambil berlari menghampiri Andrew.Dengan balok kayu pada genggamannya, orang itu berpikir mampu mengalahkan Andre

  • Sang Penakluk Kiamat   Andrew melawan Fennix

    Sejak awal aku tidak berniat melepaskan mereka, tak peduli seberapa besar kami membuat kelompok Gawulf ini tersinggung, aku akan memastikan mereka mati pada akhirnya.“Pria tegap, jangan berpikir kalau aku tidak pernah memberimu peringatan. Akan aku berikan kau kesempatan untuk memikirkannya kembali.”“Bajingan tengik...,” umpat Andrew dengan tangan terkepal.Jika Andrew dan Gawulf berakhir dalam sebuah pertarungan, aku pikir Andrew yang merupakan anggota pasukan khusus bisa menangani bajingan ini. Tapi entah bagaimana..., aku merasa kalau Gawulf bukanlah orang biasa.“Andrew, apa ini saatnya untuk berlaku impulsif?”“Vin, mereka memiliki niat buruk pada kita. Kenapa kita harus takut pada mereka?!”“Tidak bisakah kita setidaknya melakukan negosiasi?” kataku sambil berjalan ke arah Andrew untuk menepuk bahunya.Ketika begitu dekat aku membisikkan sesuatu pada pria itu, “Jangan menunjukkan pistolmu pada mereka, itu adalah truf kita.”“Aku mengerti!” jawab Andrew.“Yo..., temanmu memberi

  • Sang Penakluk Kiamat   Gawulf

    Tercium bau darah manusia dari gudang yang di gunakan oleh Hogan dan Fennix sebagai markas mereka, hanya ada satu yang bisa ku pikirkan.Hogan dan Fennix mengiming-imingi para penyintas lain sebagaimana mereka menggiring kami ke gudang ini. Para penyintas itu pasti mengikuti Hogan dan Fennix dengan putus asa, berharap keluar dari kandang harimau, mereka malah masuk sarang buaya.“Vin..., mereka adalah sekelompok penjahat dan jumlah kita berdua jelas tidak di untungkan dalam situasi ini. Haruskah kita kabur?” bisik Andrew kepadaku.“Andrew..., apa kau berpikir mereka akan membiarkan kita melakukan itu?”“Tentu saja tidak.”“Lalu kenapa kita harus kabur?”“Vin..., aku adalah seorang tentara, menghadapi beberapa bajingan bukan masalah sama sekali untukku, tapi bagaimana denganmu?” tanya Andrew.“Tak perlu kau khawatirkan, situasi ini masih bisa ku kendalikan. Jika kau bisa melindungi Erina untukku, itu akan bagus.”“Haha, lucu sekali Vin. Kau seolah ingin mengatakan kalau dirimu bisa men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status