Setibanya di barak, para prajurit itu langsung membawa ketiga pria itu ke hadapan Anggadita. "Maaf, Panglima. Kami menangkap ketiga orang ini karena mereka sudah melakukan kekacauan di desa ini," ucap sang Prajurit melaporkan prihal penangkapan ketiga pria itu.
"Kami mohon maaf, Panglima," timpal salah seorang dari ketiga pria pengacau itu meminta ampunan kepada Anggadita."Aku maafkan, tapi kalian tetap harus diadili karena kesalahan kalian!" jawab Anggadita dengan tegasnya. "Kalian masukan mereka ke penjara!" sambung Anggadita memerintahkan kepada para prajuritnya."Baik, Panglima." Para prajurit tersebut langsung menggiring ketiga pelaku kejahatan itu, untuk segera dimasukan ke salah satu ruangan khusus yang ada di barak tersebut, yang menjadi ruangan untuk penjara bagi para pelanggar hukum sebelum mereka dibawa ke penjara utama yang ada di kerajaan untuk di adili.Kabar berdirinya kerajaan Sanggabuana, ternyata belum banyak didengar oleh para pimpinan kerajaaKi Rona sebagai kuwu di desa tersebut, langsung memerintahkan para penduduknya untuk mengungsi sementara waktu agar terhindar dari dampak perang yang akan terjadi di dusun tersebut.“Aku khawatir para prajurit Sanggabuana mengalami kesulitan mengendalikan para prajurit kerajaan Kuta Tandingan," ucap Ki Rona mengarah kepada beberapa warga yang sedang berbincang dengannya.“Biarlah untuk sementara waktu aku akan mengungsikan keluargaku di Utara, karena menurutku di sana lebih aman. Atau pergi ke Kita Tandingan saja!” ucap salah satu penduduk bersiap untuk segera mengambil langkah tepat jika perang itu benar terjadi."Menurutku lebih baik pergi ke Kuta Tandingan saja. Di sana lebih aman!" saran Ki Rona."Kuta Tandingan?" timpal seorang pria senja merasa kaget mendengar rekannya menyebut Kuta Tandingan. "Itu kan kerajaan yang hendak menyerang pasukan Panglima Anggadita yang ada di sini?" sambungnya mengerutkan kening.Pria senja itu belum menge
Malam harinya Soarna dan Sargeni langsung melakukan perjalanan hendak menyampaikan pesan kepada Anggadita untuk melakukan strategi yang tepat dalam menghadapi serangan dari para prajurit kerajaan Kuta Tandingan.Dalam perjalanan tersebut, tanpa disengaja Soarna dan Sargeni bertemu dengan dua orang pendekar. Mereka merupakan penduduk asli desa tersebut yang malam itu serangan berada di jalanan."Ada dua orang pria di depan sana, sepertinya mereka baru saja meminum tuak," ucap Sargeni mengarah kepada Soarna yang menunggangi kuda bersebelahan dengan kuda yang ia tunggangi.Dua pria tersebut berdiri tegak menghadang jalan yang hendak dilewati oleh Soarna dan Sargeni. "Hentikan!' ucap salah satu dari kedua pendekar itu dengan gagahnya menghadang dua kuda yang ditunggangi oleh Soarna dan Sargeni."Mau cari mati ini orang," desis Sargeni bergegas turun dari kudanya dengan cara meloncat dan mendarat tepat di hadapan kedua pendekar itu."Bertarunglah dengan kami jika ingin mel
Keesokan harinya, penyerbuan dari para prajurit kerajaan Kuta Tandingan pun terjadi, peperangan berkecamuk di pinggir hutan yang menjadi batas wilayah daerah kekuasaan kerajaan Kuta Tandingan dan kerajaan Kuta Waluya yang diduduki oleh pasukan dari kerajaan Sanggabuana.Perkelahian antar prajurit kedua kerajaan pun tak dapat terhindari, mereka saling mengeluarkan senjata masing-masing dan menyerang satu sama lain demi kejayaan kerajaan mereka. Sargeni dan Soarna pun kemudian pergi ke bagian depan barak yang masih dihangatkan oleh perkelahian yang sengit. Api yang dinyalakan oleh para prajurit Sanggabuana terus disulutkan ke meriam-meriam yang berjajar rapi di halaman terdepan barak tersebut, guna menghadang para prajurit musuh agar tidak dapat menerobos barisan terdepan para prajurit kerajaan Sanggabuana.Anggadita memberi banyak petunjuk kepada Sargeni dan Soarna. “Mereka butuh senjata, kalian berikan mereka anak panah dan busurnya!" teriak Anggadita dengan memegang sebilah p
Setibanya di istana, Panglima Anggadita dan ketujuh prajurit pengawalnya langsung disambut hangat oleh para petinggi istana dan mereka teramat senang mendengar berita baik dari Panglima Anggadita atas kemenangan prajuritnya dalam melakukan perlawanan terhadap para prajurit kerajaan Kuta Tandingan. "Mereka dapat pengalaman yang berarti dalam pertempuran tersebut dan akan menjadikan mereka lebih terasah kemampuan beladiri mereka." Ki Bayu Seta tersenyum bahagia atas kemenangan prajurit kerajaan Sanggabuana yang merupakan para pendekar didikannya selama berada di Padepokan Kumbang Hitam."Berarti langkah kita semakin dekat saja, untuk segera menguasai wilayah-wilayah kerajaan Kuta Waluya. Dan rencana kita untuk menghancurkan kerajaan Kuta Tandingan alangkah baiknya kita tunda dulu!" kata Prabu Erlangga. "Kita fokus membebaskan kerajaan Kuta Waluya dari cengkraman penguasa jahat itu, setelah itu baru kita jalankan misi kedua yakni menghancurkan kerajaan Kuta Tanding
Malam itu, Prabu Erlangga tampak gelisah dan gundah seperti ada firasat yang kurang baik terhadap istana. Ketika Prabu Erlangga sedang termenung dalam kegundahan, terdengar suara lirih tanpa wujud, "Prabu harus menghadang makhluk itu, agar tidak masuk ke istana!" ucap suara gaib tersebut menggema dalam gendang telinga sang Raja. "Aku tidak mampu menahannya, hanya Prabu saja yang dapat mengalahkan kesaktian makhluk itu!" sambungnya."Kamu siapa?" teriak sang Raja bangkit dan membuka jendela kamarnya.Namun tak satu orang pun ia dapati di balik jendela kamarnya, kemudian ia langsung menutup kembali jendela tersebut. Ada suara keras kembali memintanya untuk segera keluar dari keraton, "Keluarlah, Prabu. Kami butuh bantuanmu!"Prabu Erlangga terperanjat dan ia pun langsung bangkit melepas jubah kebesarannya, dan saat itu ia langsung berpakaian layaknya seorang pendekar langsung keluar dari keraton. Keempat prajurit yang sedang berjaga di depan keraton tampak kaget melihat
Bayu Seta mulai memberikan masukkan kepada sang raja terkait kekuatan para prajurit kerajaan Sanggabuana, yang dulunya merupakan lara pendekar dari Padepokan Kumbang Hitam yang dipimpin oleh dirinya."Demikianlah, maka satu demi satu lawan-lawan kita akan segera dilumpuhkan. Ujung tanduk mereka telah hilang dan prajurit kita mampu menguasai dengan mudah wilayah kekuasaan musuh," Bayu Seta berkata penuh kelembutan di hadapan sang Prabu dan para petinggi istana.Anggadita dan ketujuh prajuritnya tidak dapat mengingkari lagi kenyataan yang terjadi di medan perang. Apalagi Ki Bayu Seta yang menganggap selama ini pasukan kerajaan Kuta Waluya dan pasukan kerajaan Kuta Tandingan hanya merupakan musuh biasa yang dapat ditandingi dan ditebak peta kekuatan mereka.Kini mereka harus mengalami sendiri, betapa beratnya bertempur melawan para prajurit kerajaan Sanggabuana yang mereka anggap remeh. Selain prajurit-prajurit yang sakti, ternyata mereka bukan hanya sekadar
Setibanya di istana, dua orang prajurit tersebut langsung melaporkan tentang pertarungan mereka dengan para penyusup yang diduga kuat merupakan para prajurit kerajaan Kuta Waluya."Maafkan kami, Gusti Prabu. Ada penyusup ke wilayah kita, tapi kami tidak mampu menghadangnya dan beberapa prajurit pun tewas olehnya dan hanya kamu berdua yang dapat menyelamatkan diri," ujar salah seorang prajurit tersebut."Apa kalian tahu. Siapakah mereka, yang sudah berani lancang masuk ke wilayah kerajaan ini?" tanya Prabu Rawinta bernada tinggi.Berkata salah seorang prajurit itu, menjawab pertanyaan dari sang Raja, "Mereka adalah para prajurit kerajaan Kuta Waluya, Gusti Prabu.""KURANG AJAR." Mendengar laporan tersebut, Prabu Rawinta tampak geram dan langsung memanggil Rendakuti untuk segera melakukan penyerangan terhadap kerajaan Kuta Waluya."Rendakuti!" teriak Prabu Rawinta.Rendakuti langsung melangkah kemudian sedikit membungkukkan badan di hadapan sang Raj
Tiga hari berikutnya, Prabu Erlangga dan Senopati Randu Aji sedang dalam perjalanan hendak melakukan kunjungan ke barak para prajurit yang dipimpin oleh Anggadita."Ki, Aki!" teriak seorang warga berlari ke arah Ki Rona yang saat itu sedang berada di beranda kediamannya."Ada apa, Junta?" tanya Ki Rona memandang wajah Junta yang merupakan seorang pemuda yang kesehariannya bekerja di barak sebagai juru masak."Sore ini, Prabu Erlangga akan tiba di desa ini, menurut keterangan dari para prajurit yang ada di barak rombongan sang Prabu sudah berada di perjalanan," kata Junta menjawab pertanyaan dari Ki Rona."Baiklah, aku akan segera ke sana dan segera beritahu penduduk untuk menyambut kedatangan sang Raja!""Baiklah, Ki," pungkas Junta langsung bangkit dan berlalu dari hadapan Ki Rona yang merupakan orang nomor satu di desa tersebut.Beberapa saat kemudian, rombongan dari istana sudah tiba di barak tersebut. Kehadiran sang Raja sangat disambut hangat