Awan tak terlihat terang, semuanya terasa gelap, hanya bintang yang mampu menemani sang kegelapan malam. Cahaya lampu juga melengkapi dunia yang gemerlap. Adanya sebuah bangunan megah dengan bergaya Eropa, dipenuhi lampu berwarna terang membentuk kemegahan.
Bangunan itu memiliki pintu utama yang tinggi, bahkan jika ada seorang manusia dengan tinggi dua meter, masih dapat berjalan dengan baik melalui pintu tersebut. Tinggi pintu itu berkisar 3.5 m. Orang-orang terlihat seperti semut, jika melalui pintu itu.
Tempat yang megah tak jauh dari tamu-tamu berkelas tinggi. Mereka semua mengenakan pakaian dengan brand terkenal dari dress, jas, high heels, sepatu, tas, hingga segala jenis benda yang melekat pada penampilan mereka.
Bianca dan Sarah yang tak ingin ketinggalan. Mereka mengenakan dress dengan brand yang terkenal. Bianca dengan dress navy polosnya, menampakkan bentuk tubuhnya serta dadanya yang terlihat membesar. Sedangkan Sarah mengenakan dress panjang berwarna merah maroon, sabuk mutiara dengan kombinasi permata yang memperindah penampilannya.
Kali ini, Bianca sengaja berpenampilan berbeda dibandingkan biasanya. Karena menghadiri perayaan ulang tahun seorang miliarder. Tatapan Bianca beralih pada sosok pria berdiri tegak yang diduga merupakan CEO dari Falco and group.
"Sarah, lihatlah disana!" bisik Bianca yang tak ingin suaranya terdengar.
"Itu adalah CEO falco and group?" tanya Sarah. Bianca menganggukkan kepala.
"Ayo kita kesana!" ajak Bianca. Dia dan Sarah berjalan mendekati CEO itu.
"Tuan Falco!" sapa Bianca seraya menundukkan kepala. Sarah juga bertindak sama seperti Bianca. Falco tak terlalu menggubris mereka. Ia sedang asyik mengobrol dengan seorang pengusaha muda yang tengah naik daun.
Ada perasaan jengkel pada dirinya. Ia merasa tak dihargai. Kekecewaannya terlihat oleh seorang pria yang berdiri di lantai kedua. Pria itu menatapnya dengan serius. "Apa dia cewek polos yang kamu bicarakan waktu itu?" tanya Angel sambil bergelayut manja pada bahu kokohnya. Mereka dapat bermesraan di sana karena jauh dari kerumunan orang-orang.
"Iya. Dia orangnya. Tetapi, apa yang dia lakukan disini?" tanya Axel mengerutkan kening.
"Jika dilihat situasinya, dia tampak mengenal suamiku dengan baik," ucap Angel. Suami Angel merupakan seorang miliuner bernama Falco. Seringkali ia merasa jenuh karena sikap dingin suaminya. Tetapi, terkadang Falco bersikap manja terhadapnya.
"Kamu cemburu?" tanya Axel sambil melihat Angel.
"Aku tidak pernah mencintainya. Tak peduli seberapa banyak wanita yang ada di dekatnya, aku tidak pernah merasakan sakit hati."
"Lalu bagaimana hubungan kalian berdua diatas ranjang?"
"Kami hanya melakukannya seperti pasangan suami istri. Kamu tahu, kalau kami tidak pernah absen untuk melakukan itu, kecuali dia lembur bekerja. Yah, seperti itulah hubungan kami sehari-hari. Terlepas dari itu semua, Falco merupakan pria yang hangat dibalik sikapnya yang dingin."
"Dia sepertinya begitu membosankan. Tidak sepertiku."
"Siapa bilang? Memang, jika dilihat dari wajah, kamu yang lebih tampan daripada dia. Namun, jika dilihat dari sisi yang lain, dia jauh lebih menarik dibandingkan kamu," cibir Angel.
"Dia lebih hebat dari aku diranjang?" Axel menaikkan alisnya tak percaya. Angel menganggukkan kepala. "Aku gak percaya. Aku lebih baik darinya."
"Kamu terlalu agresif dan sulit untuk mengontrol diri. Berbeda dengannya yang selalu mengerti setiap kebutuhan yang kuinginkan."
"Walau begitu, banyak wanita diluar sana yang berlomba-lomba ingin tidur denganku."
"Kamu terlalu percaya diri. Mereka menginginkanmu hanya karena wajahmu yang tampan. Tetapi, kamu sangat buruk ketika diranjang."
"Lalu, kenapa kamu masih mau sama aku, kalau aku seburuk itu?"
"Entahlah. Aku juga bingung sendiri."
"Bilang saja kamu sudah bosan dengan suamimu," ucap Axel sambil menggodanya. Kemudian, ia mencium bibir Angel dengan rakus. Angel membalas ciuman itu. Beberapa menit kemudian, ciuman mereka terlepas.
"Mungkin, karena kita sudah kenal lama," jawab Angel singkat.
"Kamu tidak menyadari kalau aku lah yang terbaik dibandingkan pria lainnya," bisik Axel seraya memeluk Angel dari belakang.
"Siapa bilang? Kamu itu hanya..." Axel membungkam mulut Angel dengan ciumannya. Ciuman mereka berlangsung cukup panas, sehingga menampakkan gairah diantara mereka.
"Xel, ingat, kita gak boleh terlalu dekat begini," ucap Angel mengingatkannya. Dia tidak mau tiba-tiba kenalannya memergoki mereka atau suaminya yang tak sengaja melihatnya bermesraan dengan Axel.
"I know. Calm down, Sayang." Kini Axel berdiri disebelah Angel.
Hubungan mereka memang tak terlepas dari dosa. Sebagai seorang wanita, Angel selalu pemilih untuk tidur dengan pria. Tidak sembarangan ia mencicipi setiap tubuh pria. Di dalam hidupnya, ia hanya tidur dengan empat orang pria. Yang pertama, tentu saja Axel. Bahkan, dia banyak belajar dari pria itu. Yang kedua, dari mantan berondongnya. Berondong itu hanya main-main dengannya. Tak heran, hubungan mereka kandas ditengah jalan. Hanya sekitar 1 tahun mereka menjalin kasih.
Kemudian, yang ketiga adalah suaminya. Pertemuan mereka juga unik. Saat itu, Angel salah masuk ke toilet. Hingga membuat mereka saling melepaskan gairah mereka disana. Dan yang keempat merupakan mantan nya. Jadi, saat Angel berhubungan intim dengan Falco, dia masih status sebagai pacar seseorang.
Mantannya begitu menyayanginya hingga ingin mempersuntingnya. Namun, Angel memilih Falco bukan karena lebih kaya ketimbang mantan kedua nya. Mantan keduanya juga berasal dari latar belakang keluarga terpandang. Angel tidak memilihnya karena nenek pria itu terus mendesak Angel agar terus menjauh dari pria itu.
Akhirnya, Angel berlabuh pada sosok Falco yang baru bertemu dua kali. Kehidupan percintaannya dengan kehidupan percintaan Axel sangat berbeda. Kalau Angel adalah tipe cewek pemilih. Sedangkan Axel tak pernah memilih. Namun, dia selalu mempunyai prinsip dalam hidupnya.
Untuk bermain-main dengan satu wanita, tak lebih dari satu pertemuan dan itu pun langsung berakhir, kecuali perempuan itu membuatnya tertarik. Biasanya, mereka yang membuat Axel tertarik, ada beberapa hal. Mereka kaya, selalu memberikan hadiah iphone, laptop, Apartemen hingga mobil.
Axel hanya sesekali memakai mobil pemberian mereka. Selebihnya, Angel yang sering pakai. Sedangkan Apartemen yang ia dapat ada tiga. Yang satunya pernah menjadi lokasi hubungan gelapnya dengan Angel. Wanita itu juga sering kesana kalau ingin mencari hiburan.
Lalu, Apartemen keduanya menjadi tempat keromantisannya bersama Bianca waktu itu. Dan sekaligus menjadi Apartemen pribadinya. Dia tidak pernah membiarkan cewek manapun kesana, kecuali Angel. Itupun dia jarang ke tempat itu.
Dan yang ketiga, menjadi tempat favoritnya adalah Apartemen yang terletak di pinggir Pantai. Jika pikiran Axel dipenuhi dengan setiap masalah, ia selalu datang ke tempat itu untuk bermain gitar serta menikmati suasana pantai di sekitarnya. Walau tak sebesar dua Apartemen lainnya, tetapi mampu mengubah suasana hatinya yang sedang kacau.
Selain Apartemen, iphone, laptop, hingga mobil yang diterimanya, ia juga menerima uang. Dua syarat itu yang paling mendominasi agar Axel mau menghabiskan waktu bersama mereka. Mereka rela memberikan uang untuk Axel. Namun, uang selalu dia habiskan untuk berfoya-foya.
Selain dua syarat itu, syarat ketiga lebih unik, perempuan yang ia pilih merupakan janda kaya atau gadis SMA yang berasal dari keluarga kaya, namun broken home. Dan semua kontak mereka tersimpan dengan baik pada ponsel iphonenya. Sedangkan, untuk nomor yang Bianca dan Sarah tahu, berada di ponsel satunya.
Kehidupan Axel benar-benar bebas dan tak terkendali. Hidupnya hanya untuk uang dan wanita. Tak peduli seberapa banyak dosa yang ia lakukan, hasratnya selalu mencari kepuasaan. Tak heran, dia dijuluki sebagai 'The King of bed'.
Gerakannya yang agresif serta pesonanya yang tampan, tak sedikit orang tergila-gila padanya. Semakin ia melepaskan hasratnya, gairahnya tak terkendali. Sejauh ini, dia yang mendominasi dibandingkan mereka.
Namun, terkadang dia merasa kosong dan tidak bahagia. Tidak selamanya kebahagiaan itu berujung pada hubungan intim. Karena itu hanyalah kesenangan semata yang mudah bosan sewaktu-waktu. Kecuali, jika ia mendedikasikan hidupnya untuk satu wanita yang berujung di pelaminan.
Axel mendesah. Gairahnya memuncak. Sentuhan Vivian memang tak bisa ia tolak. Axel memperdalam ciumannya. Mereka saling melirik pada film yang mereka tonton, hingga durasi adegan panas pada film itu habis. Mereka saling melepaskan diri. "Kamu sungguh cepat. Aku kira kamu akan kalah dariku," kata Axel. "Aku adalah roh iblis. Sulit bagiku untuk kalah dari pria sepertimu." "Baiklah. Mari kita tunggu adegan selanjutnya. Kali ini, aku akan menang." "Oh ya? Kamu tidak akan menang dariku." Vivian mendekati Axel hingga wajah mereka begitu dekat. Wanita itu tersenyum miring. "Honey, kamu melanggar salah satu aturan." "Aku tidak melanggar apapun." "Tetapi, kamu baru saja menggodaku, Honey." "Aku tidak menggodamu." "Caramu mendekatimu itu seperti menggodaku." Jari telunjuk Axel menyentuh hidung wanita itu lembut. "Kamu saja yang berpikiran aneh. Selama aku tidak menciummu atau menyentuhmu, itu tidak masalah." Vivian melipat kedua tangan. "Kamu lupa ya apa aturan tadi, Honey? Aku mengat
Vivian mengenakan salah satu dress yang baru ia beli di Mall. Dia menatap cermin sambil tersenyum. Axel berdiri di belakang Vivian seraya memeluknya dari belakang. "Kamu cantik, Honey," puji Axel sambil mengusap kepala wanita itu dengan lembut."Ini tubuh Bianca. Bagaimana kamu tahu kalau aku cantik?" tanya Vivian. Senyuman Axel tampak pada bibirnya."Apapun itu, bagiku kamu cantik." Axel mencium rambut wanita itu dari belakang."Aku ingin mencoba dress yang lain.""Kamu beneran gak sabar ya ingin segera berkencan denganku?" godanya, menaikkan salah satu alis."Ya udah, aku pakai dress ini aja.""Duh, istriku ini mulai ngambek ya. Tetapi, sikapmu yang seperti ini bertambah manis. Aku suka," bisiknya dengan nada seksi. Lidah Axel bermain pada telinga itu. Tak lama, ia menyudahinya."Kalau kamu terlambat, kita akan kesulitan ke Bioskop," kata Vivian. Ia menatap malas seraya melipatkan kedua tangan. Axel tersenyum. Selain menggoda Vivian
Vivian mengepalkan tangan. Ia tak mengira bertemu musuh lamanya di rumah itu. Awalnya, Victoria juga tak tahu kalau Vivian berada di tubuh Bianca. Namun, setelah insiden perselingkuhan Axel terkuak, Victoria dapat merasakan gelombang aura yang sangat kuat dari tubuh Bianca.Sejak saat itu ia mulai memperhatikan orang-orang disekitar Vivian secara diam-diam. Dia juga menanamkan sesuatu pada diri Meili saat anak buahnya dikalahkan oleh Vivian. Hal itu yang memicu Meili memilih bunuh diri.Jika dilihat dari karakteristik Meili, ia bukan tipe perempuan yang mengakhiri hidupnya. Victoria berhubungan dengan kematian Meili. Sayang, Vivian tak tahu hal itu. Tetapi, dia agak curiga ketika Meili lebih memilih melompat dari lantai tiga.Namun, kecurigaan itu perlahan memudar, saat melihat Meili bersimbah darah. Setelah semua terjadi, kini Vivian mulai mengerti. Kehadiran Victoria memberinya petunjuk. Yang dia tak bisa prediksikan, roh iblis itu datang lebih cepat ketimbang
Barang belanjaan yang cukup banyak membuat Vivian agak kesulitan membawanya. Ia melihat Suryo yang tertidur pulas di mobil. Suara ketukan kaca mobil mengagetkannya seketika."Eh, Non. Sudah selesai?" tanya Suryo seraya mengusap kedua matanya. Ia masih agak mengantuk."Udah dong. Oh ya, kenapa kamu memanggilku non lagi?""Udah kebiasaan, Non. Nggak enak rasanya kalau diubah begitu.""Kamu menyebutku begitu, telingaku jadi gatel." Vivian mengusap telinga."Saya kan sudah memanggil Non bertahun-tahun. Rasanya tidak sopan jika tidak memanggil seperti itu. Nggak apa-apa kan, Non?" Suryo mengusap kedua matanya lagi."Ya udah terserah kamu.""Barang belanjaan Non kemana? Saya mau taruh di bagasi mobil.""Sudah ku taruh semua baru saja. Sepertinya, kamu masih mengantuk, ya.""U-udah nggak, Non," kata Suryo. Ia tak ingin dianggap sebagai sopir yang tidak kompeten. Dia berusaha agar menahan rasa kantuknya."Pak Suryo, kalau
Keduanya saling bertatapan. Tak berlangsung lama, malaikat maut itu mengeluarkan rantai ikatan. Rantai itu dapat mengikat roh iblis dengan cukup kuat. Namun, Vivian selalu tahu trik ini.Dia berhasil menghindar walau tak menggunakan kekuatannya. Malaikat maut itu terus mengayunkan rantai ikatan ke arah Vivian. Lagi-lagi hal itu sia-sia. Vivian menyeringai.Dia tahu malaikat maut tidak pernah menunjukkan kekesalannya. Terlihat, hanya dua kali serangan gagal, malaikat maut terhenti. Ia menyimpan kembali rantai ikatan itu."Apa kamu nggak bosan ingin menangkapku terus?" Vivian mengerucutkan bibir."Vivian, kamu sudah terlalu lama hidup di dunia manusia. Sudah saatnya, kamu kembali ke gerbang langit.""Gak mau. Aku tahu, kalian p
Sebuah Mall yang berada di daerah perkotaan lebih ramai ketimbang biasanya. Mungkin dikarenakan hari minggu, menjadi kesempatan bagi banyak orang untuk menghabiskan hari liburnya di Mall. Beberapa butik ternama telah dipadati pengunjung. Mereka berbondong-bondong membeli pakaian dengan harga murah. Terjadinya diskon besar-besaran hampir semua butik yang ada di Mall tersebut. Salah satu pengunjung Mall itu memancarkan auranya. Orang-orang berlalu lalang terkesima dengan kecantikan serta bentuk badan yang dimilikinya. Sosok itu adalah Vivian. Walau semua pakaian Bianca serba tertutup, tak menjadi penghalang baginya untuk berpakaian terbuka. Ia menyulap salah satu kemeja Bianca yang berlengan panjang menjadi tanpa lengan. Dia melepas semua lengannya tanpa menyisakan sedikitpun menggunakan pendedel. Lalu, ia menggunakan benang dan juga jarum. Ia meminjam semua peralatan itu pada Ratna. Kemudian, ia menjahit bagian yang kurang rapi. Masih belum cukup puas,