Keputusasaan terlihat jelas di wajah setiap orang. Semua harapan seolah telah hilang dari mereka. Ketika waktu yang telah ditentukan oleh Mr. Zee segera berakhir, mereka mulai takut akan kemungkinan terburuk."Bos, aku yakin kamu akan datang tepat waktu," gumam Sylvia dengan kekhawatiran, suaranya bergetar saat dia berbicara.Gemuruh suara helikopter terdengar dari suatu tempat di atas. Orang-orang bertukar pandang, tidak ada yang benar-benar percaya dengan apa yang mereka dengar sampai suara helikopter semakin keras."Apa itu? Apakah mereka datang dengan anggota lebih banyak?" seseorang berspekulasi, suaranya dipenuhi kegelisahan.“Apakah itu masih belum cukup? Kita bahkan tidak bisa melakukan apapun sekarang." orang lain menimpali dengan hampa.Semua mata tertuju pada helikopter yang melayang di atas mereka dengan perasaan tidak menyenangkan, bertanya-tanya apa yang akan menjadi nasib mereka selanjutnya.Mr. Zee dipenuhi dengan kegembiraan. Sudut bibirnya melengkung membentuk cibira
Arthur bersiap menghadapi kemungkinan terburuk ketika Sylvia meneleponnya. Pikirannya segera mulai berpacu, merencanakan rencana perlawanan terhadap musuh yang ada di hadapan mereka saat ini. "Celine," Arthur memanggil Celine melalui ponselnya, berkata dengan nada mendesak. "Aku butuh bantuanmu sekarang." "Bos," jawab Celine hati-hati. “Apakah ini berkaitan dengan berita di televisi?”“Ya, Sylvia ada di sana. Dia baru saja menelepon dan mengatakan ada sesuatu yang aneh yang sedang terjadi. Aku ingin mengetahui sejauh mana kemungkinan terburuk yang akan terjadi." Arthur menjelaskan sebelum berhenti untuk mengambil napas dalam-dalam.“Kalau begitu, aku akan mengirimkan beberapa kamera drone ke lokasi itu agar kamu bisa memantau situasi di sana, bos,” kata Celine tanpa ragu.“Baiklah,” jawab Arthur dengan tekad dalam suaranya. Dia tahu bahwa hanya masalah waktu saja sebelum segalanya menjadi lebih buruk, jadi dia harus bertindak secepat mungkin jika ingin menjaga mereka semua tetap ama
Mr. Zee, sosok misterius yang memakai jubah hitam, berdiri tegap di tengah lapangan seolah tak terkalahkan. Kehadirannya menimbulkan suasana yang menakutkan bagi semua orang, dan semua mata tertuju padanya saat pertanyaan berputar di dalam diri setiap orang: "Siapa pria ini?"Tiba-tiba, sebuah helikopter muncul dari langit dan melayang di atas stadion. salah satu penumpangnya berteriak kepada semua yang hadir, “Selamat siang, pemirsa! Bisakah kalian melihat apa yang terjadi di bawah sana? Semua orang berlarian dalam kekacauan, mencoba melarikan diri dari pria misterius itu dan para pengikutnya, tapi semua jalan keluar telah dikunci dengan ketat.”Jelas sekali bahwa dia adalah seorang reporter dari salah satu stasiun televisi yang menyiarkan acara tersebut secara langsung.Reporter tersebut melanjutkan laporannya dengan suasana kegembiraan yang semakin meningkat, “Seperti yang kalian lihat di sini, ada lusinan pria yang mengenakan pakaian serba hitam dan topeng menyeramkan yang terseba
Lima helikopter turun dari langit dan melayang di atas lapangan, membuat semua pemain panik.Walaupun bingung, satu kata bergema di benak mereka semua: "Lari!"Mereka berpencar dan berlari mati-matian dari area lapangan untuk menjauh.Pelatih meneriakkan perintahnya. "Cepat masuk!"Dia mendesak semua anggota tim sepak bola untuk bergerak lebih cepat demi keamanan mereka.Salah satu pemain berhenti, berbalik untuk melihat helikopter yang mengancam yang melayang di atas pertandingan mereka. Dia berjalan mendekati pelatih yang sedang mengeluarkan perintah dan berteriak padanya."Apa yang sedang terjadi?" Teriaknya, berusaha untuk didengar di tengah suara mesin helikopter yang semakin lama semakin keras.Pelatih membalas tatapannya dengan tatapan penuh tekad. Dengan suara yang tenang namun tegas, dia menjawab dengan kuat, "entahlah. Yang jelas aku ingin kamu selamat!"Dia kemudian dengan cepat mengeluarkan peluitnya dan meniupnya beberapa kali, sambil melambaikan tangannya ke depan untuk
Hari ini adalah hari yang dinantikan oleh seluruh warga Southlake City; kota mereka akan menjadi tuan rumah salah satu klub sepak bola paling sukses di negara ini. Tidak ada yang lebih bersemangat daripada Sylvia, yang bergegas ke Golden Chamber Hotel seperti angin puyuh. Dia menyelesaikan persiapannya untuk pertandingan besar dengan semangat membara, mengemas makanan ringan dan mengumpulkan berbagai macam pernak-pernik lainnya."Aku tidak menyangka kamu akan selesai dengan tugasmu dengan begitu cepat," komentar Arthur dari tempat duduknya di sofa. "Kamu berubah dari orang yang tidak tertarik beristirahat menjadi menganggap sepak bola seolah itu adalah hidupmu!" Ucapannya membuat Sylvia sedikit tersipu; dia belum sempat mengungkapkan cintanya pada permainan itu kepadanya sebelumnya."Ya, Bos," jawabnya sambil memutar-mutar sehelai rambut di jarinya. “Ayahku selalu mengajakku menonton sepak bola bersama sejak aku masih kecil, jadi aku tidak mau ketinggalan saat mereka bertanding.”Eksp
Arthur terjebak dalam aktivitas kantor yang menarik. Hiruk pikuk di tempat kerja membuatnya melupakan waktu yang terus berlalu. Dia pun bahkan tidak menyadari bahwa hari telah bergeser ke malam. Sylvia yang telah bekerja keras selama ini membuat Arthur cemas, lalu ia memaksanya untuk berlibur dari stres pekerjaannya.Ia telah duduk di kursi kerjanya sejak pagi, fokus pada layar laptop di hadapannya. Tanpa disadari, ia lupa waktu. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara ketukan di pintu, "Ya." jawabnya dengan suara tenang.Edna masuk ke ruangan dengan setelan eksekutif berwarna putih dan rok selutut berwarna krem. Rambut pirangnya yang tebal dikait rapi ke belakang menjadi sanggul. Dengan perlahan, ia berjalan mendekati Arthur dan meletakkan tangannya dengan lembut di atas mejanya."Halo, Bos. Bukankah sekarang sudah masuk waktu istirahat siang?" kata Edna dengan hati-hati. "Aku rasa Anda perlu istirahat sekarang." Dia melanjutkan dengan antusias, "Aku akan meminta koki di kantor untuk meny