Edna mengambil handuk dari koper dan menawarkan membantu Arthur membersihkan noda di bajunya. "Biarkan saya membantu Anda, Tuan," ujarnya.
Arthur mengangguk, memberikan izin.
"Saya membawakan baju ganti untuk Anda," usulnya. "Akan lebih baik jika Tuan menggantinya dengan ini, karena baju Anda basah. Tak akan nyaman untuk Anda."
Dia mencoba mengeringkan basah di baju Arthur, tetapi itu tampaknya tak banyak membantu. "Seseorang sekaya Anda harus terlihat sempurna dalam keadaan apapun," tambahnya.
Edna kemudian mengambil kemeja putih dan jas hitam dan meletakkannya di samping Arthur.
"Apa kau keberatan kalau kulepas bajuku di sini?" tanyanya, melirik Edna sebentar.
Edna menggelengkan kepalanya dengan cepat dan tersenyum manis pada Arthur. "Saya tidak keberatan, Tuan. Apalagi Anda dulu juga telanjang di depan saya saat mandi air panas di restoran," katanya.
"Benarkah itu?" Arthur memikirkan kembali situasinya. "Bukannya aku melepas baju saat kau keluar, dan berada di kolam ketika kau datang dan menawarkan menggosok punggungku?" Dia bertanya.
"Itu... Hmmm..." Edna mengalihkan pandangannya, pipinya memerah. "Saya tersandung ke kamar Anda saat Anda membuka baju dan, merasa malu, saya buru-buru pergi. Saya minta maaf, Tuan. Saya harap saya tidak membuat Anda marah."
Kenyataannya, Edna hanya melihat sekilas Arthur dari belakang, yang merupakan kejadian luar biasa baginya karena dia jarang berinteraksi dengan pria.
Mengangkat pandangannya lagi, Edna melihat Arthur tersenyum padanya.
Edna menundukkan kepala, dan saat dia melihat ke belakang, Arthur telah melepas baju, memperlihatkan fisiknya yang kencang. Dia terkejut dengan otot-ototnya yang terlihat jelas, yang membuatnya terlihat lebih bugar daripada saat dia pertama kali melihatnya.
Edna menelan ludah kala dia tak bisa tidak mengagumi keindahannya. Mencoba tak mempermalukan diri, ia mengalihkan pandangan dan berkata, "Saya tak keberatan jika Anda ingin melihat saya dalam situasi yang sama, untuk membayar kesalahan saya, Tuan."
"Tak perlu," Arthur meyakinkan Edna, dengan lembut menepuk pundaknya sambil memakai bajunya lagi. "Ingat, aku membayarmu untuk menjadi asistenku, jadi aku tak akan pernah mengharapkanmu melakukan sesuatu yang tak pantas atau eksploitatif."
Arthur menatap matanya, yang lembut dan tanpa cela. Kulitnya yang halus, wajahnya yang cantik, dan sikapnya yang baik memancarkan kecantikan. Selain kecantikan fisiknya, ucapannya yang ramah, suaranya yang menawan, dan perhatiannya terhadap orang lain membuatnya semakin menarik.
Edna mengangguk pelan, detak jantungnya berpacu saat bertemu tatap dengan Arthur. Ia merasa hatinya meleleh untuk pertama kali dan rela menyerahkan apapun untuknya.
"Aku sangat menghargai tekadmu yang melindungi diri dari laki-laki, dan kemampuanmu melakukan yang terbaik. Kau telah meraih kepercayaanku dalam waktu sesingkat itu. Aku cuma ingin kau tahu bahwa kuharap kau tak berubah. Seseorang yang dikagumi banyak orang tetapi tetap rendah hati dan terhormat," kata Arthur pelan.
Edna bisa merasakan ketulusan Arthur; pria itu justru pilih menghormatinya bahkan saat diberi kesempatan agar memanfaatkannya.
"Tuan Gardner," kata Edna, ketulusannya terlihat saat dia menyatakan penghargaan untuknya,
"Terima kasih atas semua pujian dan kepercayaan yang telah Anda tunjukkan pada saya. Saya kehilangan kata-kata untuk menggambarkan betapa sempurnanya Anda menurut saya. Semoga Anda sehat dan beruntung, dan saya berjanji untuk melakukan yang terbaik agar tidak mengecewakan Anda sedikit pun."
Kekaguman pada Arthur jelas dalam suaranya. "Aku sangat mengagumimu."
[Ketertarikan Edna padamu telah mencapai 75%.]
[Pada titik ini, dia cenderung memberi Anda apa pun yang dia miliki tanpa ragu-ragu.]
[Komentar Sistem: Anda telah menjadi penarik perhatian wanita yang cukup jago ya - bagaimana Anda mempelajari teknik seperti itu jika Anda telah menjadi perjaka sepanjang hidup Anda?]
"Apa-apaan, Sistem!" Arthur mengutuk sistem di dalam kepalanya.
Sistem tersebut bahkan memberikan pembaruan penting saat persentase minat orang yang terhubung dengan Arthur meningkat, yang membuatnya merasa sedikit lebih nyaman. Dia sekarang bisa lebih memahami ketika seseorang benar-benar tertarik padanya, terutama setelah pengalaman dengan Linda; dia tiba-tiba memilih Marco meskipun dia sudah bertunangan dengan Arthur.
“Anda terlihat sangat terhormat dan menarik! Apa Anda punya pasangan, Tuan Gardner?” tanya Edna, agak malu-malu. Dia tertarik padanya, namun berusaha sebaik mungkin tetap menghormati dan tidak terlalu maju. Lagi pula, dia tahu seseorang yang berprestasi dan setampan Arthur tidak akan kekurangan pengagum. Wanita itu tak bisa tidak bertanya-tanya betapa beruntungnya ia telah memenangkan hatinya.
Arthur merenung sejenak, "Seorang pasangan?" Dia menyadari bahwa menurut sistem, pasangan yang dia miliki saat ini adalah Edna, orang yang mengajukan pertanyaan itu. Namun, tampaknya ini hanya didasarkan pada ketertarikan gadis itu padanya dan bukan hubungan resmi.
"Aku punya beberapa pengalaman yang tak menguntungkan dengan wanita. Aku pernah tunangan dengan seseorang atas kemauan kedua orang tua kami. Tapi setelah orang tua kami meninggal, dia mengakhiri pertunangan dan malah memilih bersama sepupuku sendiri, yang setahuku sok playboy."
Arthur mengangguk dan melanjutkan. "Aku sadar betul membentuk ikatan kepercayaan yang kuat dan kepentingan bersama sangat penting untuk hubungan apa pun. Aku akan melakukan berbagai upaya untuk membangun hubungan yang kuat yang benar-benar bisa kupercayai."
Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, taksi berhenti di depan sebuah toko mobil yang cukup besar di kota. Arthur turun, dan dari jauh, dia mengenali dua sosok yang dikenalnya-- Marco dan Linda.
Dia terkejut telah menemukan mereka di tempat ini.
Dengan lembut, Arthur melangkah maju, dan Edna membuntutinya dengan anggun. "Ikuti aku," kata Arthur.
"Sayang, kamu berjanji akan membelikanku mobil termewah di tempat ini, kan?" Linda memeluk Marco erat saat mereka berjalan menuju pintu masuk tampak seperti pasangan yang sempurna.
"Tentu saja sayangku. Kau tahu, kekayaanku tidak terbatas! Aku bahkan bisa membeli seluruh toko mobil untukmu!" Marco menjawab dengan bangga, memeluk Linda erat-erat. Dari kejauhan, Arthur dan Edna melihat Marco meremas bokong Linda dengan gemas.
Toko mobil itu adalah pameran mobil Bugatti, tempat orang-orang terkaya di kota berkumpul untuk memanjakan hasrat mereka dengan uang. Edna mengetahui toko mobil tersebut menawarkan model edisi terbatas, Bugatti EF100 — dengan hanya 10 unit yang dibuat secara global. Edna perlahan mengangguk saat dia mengikuti Arthur ke pintu masuk. Ia merenungkan hiburan mewah seorang pria kaya. Dia tampaknya membeli bisnis bernilai miliaran dolar dengan mudah, dan sekarang, dia mau beli mobil lagi, tak peduli berapa banyak mobil yang sudah dimiliki. Pintu kaca besar gedung megah itu terbuka, dan Arthur serta Edna lekas melangkah masuk. Seorang pria berjas hitam, yang tampak berusia empat puluhan, menyapa mereka. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Dia bertanya. James, manajer penjualan tempat tersebut, mencoba mengenali sosok pria di hadapannya, mengamati penampilannya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia merasa curiga terhadap pria itu karena dia telah bekerja di sana cukup lama untuk mengetahu
"Sayang, aku sangat mencintai mobil ini. Warna birunya indah sekali - aku sangat menginginkannya!" Linda dengan penuh kasih menggenggam lengan Marco, cinta mereka satu sama lain terlihat begitu sempurna. "Tuan," penjual itu memulai, "mobil ini sangat langka. Hanya sepuluh yang dibuat di seluruh dunia, dan ini satu-satunya di kota ini. Siapa pun yang memilikinya pasti akan merasa sangat istimewa. Jika Anda membelinya untuk pasangan Anda, dia akan sangat menyukainya." "Tentu saja aku akan membeli mobil ini," kata Marco sambil memelototi penjual yang berdiri di dekatnya. "Sekarang, kau bisa pergi. Aku akan memanggilmu jika butuh sesuatu." Dia menendang kaki penjual itu dengan cepat, membuat pria itu membungkuk dan buru-buru mundur. "Buang-buang waktu saja," gumam Marco. "Aku tak suka kalau sedang beli mobil dan orang lain cuma berkeliaran di sekitarku!" "Sayang, kamu tahu," Marco memulai dengan lembut, "mobil ini kurang cocok untukmu. Warnanya jauh lebih cocok untuk laki-laki. Bagai
"Hai, kamu..." sapa Marco sambil berjalan menuju Edna.Wanita itu sedikit mundur saat Marco semakin dekat. "Ini pertama kalinya aku bertemu dengan wanita memesona sepertimu - boleh aku menanyakan namamu?""Nama saya Edna, Pak," jawab Edna, cengkeramannya di lengan Arthur semakin erat, "dan pria ini pacar saya. Kami saling mencintai, dan dia berencana membelikan saya mobil termewah di sini.""Apa kamu sungguh berpikir aku akan mempercayai omong kosong ini?" kata Marco tegas sambil melirik Arthur. "Apa aku terlihat tak mengenal siapa pria ini? Dia hanyalah sampah yang baru saja kutendang ke tepi jalan.""Marco..." Linda bergegas ke Marco dan dengan lembut menariknya kembali. "Kamu tidak bisa menggoda wanita lain saat aku di sini.""Linda..." Marco menoleh ke Linda, "Aku sedang memberi pelajaran pada sampah ini, dan apa kamu ingin sampah mengatakan omong kosong di depan kita? Kamu tahu? Dia terlalu bodoh bermain-main di depan kita dan berharap kita mempercayainya."Marco berputar untuk m
Arthur keluar dari toko mobil, dan mobil baru Edna yang mengkilap siap dibawa pergi. Sayangnya, mobil Arthur tidak akan dikirim ke rumahnya sampai nanti."Mobil yang Anda beli, Tuan Gardner, adalah model eksklusif - hanya lima yang diproduksi di seluruh dunia. Selain itu, mereka mengatakan hanya ada satu dari mobil ini yang berada di negara ini! Anda benar-benar memiliki mobil sport unik dan mewah yang Anda mau," komentar Edna.Arthur tersenyum kecil menanggapi kata-kata Edna. Dia punya masalah; dia belum pernah menyetir mobil sebelumnya, dan dia harus mencari cara menyelesaikannya dengan cepat, karena Marco menantangnya untuk balapan mobil minggu berikutnya."Dan..." lanjut Edna. "Tuan Gardner, karena hanya ada satu mobil sekarang, dan saya tak keberatan menyetir, tetapi saya akan merasa terhormat jika Anda mau mengambil posisi pengemudi. Selain itu, Anda membelikan mobil yang begitu mewah untuk saya dan saya tidak keberatan Anda mencobanya terlebih dahulu. Selain itu juga, saya tida
Claudina Rigal, seorang wanita yang cantik berusia dua puluh tahun. Kulitnya seperti salju yang baru turun dari langit dan rambutnya adalah surai putih yang berkilauan yang bergelombang sampai ke bahu. Matanya yang bersinar cerah seperti langit musim panas yang cerah dan senyumannya bisa mencerahkan hari siapapun dengan cahayanya, seperti seberkas sinar matahari.Claudina adalah seorang penyanyi yang luar biasa berbakat. Bakat alaminya begitu menakjubkan sehingga tanpa pelatihan formal pun, ia mampu menarik perhatian banyak orang. Dalam waktu yang singkat, ia menjadi sensasi dalam semalam; suaranya yang indah mengalun di udara, seperti angin yang memikat semua orang yang mendengarnya.Orang-orang terpesona dengan kecantikan Claudina, sering menyebutnya sebagai "Putri Salju". Suaranya memukau, seperti nyanyian siren, membuai telinga pendengarnya. Lagu-lagunya yang penuh emosi, membawa nada yang menggambarkan kesedihan dan kegembiraan. Ia menyanyikan tentang cinta dan kehilangan, harapa
Claudina dengan percaya diri melangkah menuju atas panggung, tempat lusinan pria berjas mewah duduk. Mereka memandang padanya saat dia berdiri dan dengan tenang melihat semua orang di depannya.Claudina tersenyum, kecantikannya menyinari ruangan dan membuat beberapa orang tanpa sadar berdiri, menunjukkan rasa antusias mereka."Selamat datang, semuanya," katanya dengan suara lembut. Suara itu membelai telinga setiap tamu dan membuat mereka terpesona. "Malam ini kami akan mengadakan acara amal." Dia menambahkan.Claudina berjalan ke samping, menunjukkan layar besar yang ada di belakangnya. Di dalamnya, terdapat video anak yatim piatu yang benar-benar membutuhkan bantuan agar rumah mereka tidak dihancurkan untuk keuntungan bisnis."Banyak orang yang kurang beruntung daripada yang lain," ucapnya. "Anak-anak ini, yang telah kehilangan keluarga dan masih menyimpan mimpi di hati mereka, membutuhkan bantuan kita."Claudina melihat ruangan, berharap tindakannya akan memberikan hasil yang diing
"Satu miliar dolar untuk sesuatu yang pada dasarnya tak berharga? Apa yang dia dapatkan dari modal sebesar itu? Lagu yang didedikasikan untuknya? Itu konyol, bahkan jika dia menjual lagu itu, aku yakin dia tak akan mendapatkan bahkan sebagian kecil dari uang itu kembali." "Ya, aku setuju, lagu Claudina sangat luar biasa, tapi satu miliar dolar? Bodoh!"Semua mata tertuju pada Arthur yang duduk di sudut ruangan, mempertanyakan identitas pria itu."Siapa dia?" Aston melirik Harry."Mana kutahu, Tuan Aston? Aku juga tak terlalu peduli padanya. Sungguh sia-sia buat barang tak berguna seperti itu. Biarkan dia mengambil yang ini, dan kita akan memfokuskan uang kita pada barang pamungkas." Harry menjawab dengan merendahkan.Aston merasa harga dirinya telah ternoda. Seseorang telah menghinanya dengan memamerkan kekayaan mereka. Dia tidak bisa mentolerir ini, tak peduli siapa orang itu."Omong kosong apa, dia sengaja menghinaku dengan menawarkan satu miliar dolar cuma buat sebuah lagu?" pikir
"Tidak, aku tidak pernah menyetujui hal ini, Tuan Leo," kata Claudina berusaha menyatakan ketidakpuasannya. Namun, dia tidak berdaya saat empat pria kekar mengelilinginya."Biarkan aku pergi!" serunya, wajahnya pucat ketakutan. "Aku tak akan pernah menyetujui ini; aku tak pernah bermaksud menjual diri. Kau tak boleh melakukan ini padaku, kali ini kau benar-benar memaksaku melakukan hal yang tak kuinginkan," tambahnya sambil menggelengkan kepala tak percaya.Tapi Leo tampak bangga dan bersemangat untuk apa yang akan dia dapatkan dari pelelangan ini. Lagi pula, jika seseorang bersedia menghabiskan satu miliar dolar buat barang tak berguna, berapa banyak yang bakal dikeluarkan demi menikmati tubuh Claudina?Leo terbiasa berurusan dengan wanita seperti Claudina yang berpura-pura menghargai kesucian mereka saat memasuki dunia hiburan. Namun, dia sangat menyadari itu semua adalah palsu; semua gadis yang dia kenal pada akhirnya menyerah pada uang. Tidak ada apa pun di dunia ini yang sanggup