Masuk"2 hari lagi bulan purnama. Aku harus mulai mengekstrak mawar-mawar china ini untuk dijadikan minyak wangi," ucap Yue Ji sembari memandangi bunga mawar yang tumbuh subur di halaman kediamannya di sekte iblis Kerajaan Darah.Sebagai seorang master kultivator tingkat tinggi, Yue Ji mendapat perlakuan istimewa atas prestasi yang dia capai untuk sekte iblis Kerajaan Darah. Oleh sebab itu, ia memiliki rumah atau kediaman pribadi yang cukup luas dan dihiasi dengan halaman untuknya menanam mawar china yang dijadikan sebagai senjata mautnya ketika dia bertarung.Yue Ji menanami halaman rumahnya dengan berbagai macam tanaman mawar yang beragam. Namun, yang paling dia rawat dengan sepenuh hati adalah mawar china, karena hanya mawar china yang memiliki efek paling tinggi untuk dijadikan senjata kultivasinya."Yue Ji." Seseorang menyerukan namanya hingga membuat Yue Ji reflek menoleh ke arah sumber suara.Tatkala Yue Ji mendapati sosok yang menyerukan namanya, ia pun mengernyitkan kedua alisnya s
"Dasar pengecut!" hardik Li Jing, sang kakak seperguruan pertama.Mulutnya yang terbungkam rapat sejak tadi, kini langsung menyemburkan kata-kata menohok. Matanya menghunus ke arah Yi Xuan, pembawaannya tenang, tetapi cukup mengintimidasi lawan. Giliran Yi Xuan terbungkam seribu bahasa. Kakak seperguruan pertama telah bicara, dia tidak berani membantah lebih jauh. Wajahnya tertunduk takut, sekaligus merasa bersalah. "Saudara sekalian, ayo kita pergi," himbau Li Jing, membubarkan para murid yang masih berkumpul di aula. Beberapa murid mengikuti Li Jing, sisanya tetap mematung di tempat. Di halaman sekte, para pengikut Li Jing mulai penasaran. Sebenarnya, apa yang ingin dilakukan Li Jing? Apakah benar dia akan menagih nyawa terhadap Yue Ji? Salah seorang murid akhirnya angkat bicara. "Kakak pertama, haruskah kita berdiam seperti ini? Sekte Angin Phoenix tidak bisa ditindas semena-mena!" geramnya. Wajahnya tampak kusut karena dikendalikan emosi. Li Jing tenggelam dalam keheni
Sekte Angin Phoenix, Kota Emas Cahaya. Di dalam sebuah aula diskusi, tampak para murid yang sedang berkumpul membicarakan masalah yang menimpa sekte. Kegaduhan menguasai ruangan, menambah kesan gelap ruangan yang hanya bertemankan cahaya lilin meremang. Wajah mereka ditekuk masam, memancarkan kebencian yang tak pernah padam bagaikan api abadi berkobar tatkala menatap 5 jenazah terbaring dibungkus kain putih sekujur tubuhnya. Mereka tak lain adalah murid Sekte Angin Phoenix yang baru saja dipulangkan ke sekte. "Tidak bisa dibiarkan! semakin hari, wanita iblis itu semakin kurang ajar. Berani sekali mereka membunuh murid-murid sekte kita!" cetus salah seorang pemuda yang tak lain berasal dari sekte Xu Feng. "Benar, kita harus membalaskan dendam saudara-saudara kami!" sambung yang lain. "Jadi, bagaimana dengan keputusan sekte? apa mereka mengizinkan kita pergi melawan Yue Ji?" tanyanya. Kreeek ... Terdengar suara pintu yang didorong dari luar ruangan. Kemudian, muncullah seorang
"Malam ini, aku menerima laporan bahwa Kediaman Hakim Chu sedang dikepung oleh orang asing. Kupikir tikus dari mana, ternyata ...." Ucapannya menggantung disengaja. Tatapan bengisnya langsung melirik Mu Zehuai, menatap remeh seolah menganggap segala yang ada di hadapannya terlalu mudah diinjak di bawah kakinya. "Sudahlah. Jangan bahas itu lagi. Aku tanya, di mana Tuan Hakim Chu? Kalian sudah membunuhnya? Benar, bukan?" Zhang Ruling mengalihkan topik, menuding langsung dengan asumsi sepihak darinya. Senyum semirik menambah keculasan yang terpapar di wajahnya. Dituduh sedemikian rupa, Mu Zehuai tetap memasang sikap tenang bagaikan air mengalir. Mu Zehuai membalas tuduhan itu dengan senyuman tipis. Wajah dan tatapannya tetap datar dan dingin. Badai pun takkan mudah menghoyahkan keteguhan sikapnya. "Aku tidak mengerti apa maksud Jendral Muda. Zhang Ruling, sepertinya kau salah paham. Malam ini, Chu Ling Long secara pribadi mengundang kami untuk bertamu ke rumahnya. Apa ada yang
Matanya menatap nyalang sosok Li Sanggu. Langit malam yang diselimuti kegelapan pun mengalahkan pekatnya kebencian yang berkecamuk di dalam hatinya. "Bocah tengik dari mana ini? Beraninya kau tidak menghormatiku! Bahkan kaisar sekali pun tidak memperlakukanku seperti ini!" Ucapannya tercekat. Dia tidak berniat melanjutkannya lebih jauh.Zhang Ruling sampai tidak segan menyinggung pemimpin agung negeri ini. Namun bagi Li Sanggu, semua itu tidak cukup memprovokasinya. Tanpa gentar Li Sanggu membalas, "Tentu saja. Apa kau pikir aku takut? Sekali pun Kaisar kalian berdiri di hadapanku ... Lantas kenapa?" balas Li Sanggu dengan suara stabil, tidak takut jika ucapanya yang lancang tersebar dan terdengar hingga sampai ke telinga kaisar. "Lancang!" Zhang Ruling menuding dengan suara lantang menggelegar, setara kilat menyambar di tengah hujan.Li Sanggu mencondongkan kepalanya ke samping. Sengaja memasang ekspresi cengo. "Kenapa? Apa kau merasa tidak percaya diri ... sampai-sampai harus me
Untuk saat ini, belum ada cara untuk menyadarkan mereka. Akan tetapi, Mu Zehuai yakin Li Sanggu pasti memiliki caranya. Dia ingin memercayai seseorang sekali lagi. Dia harap Li Sanggu tidak akan mengkhianati kepercayaannya. "Jangan pikirkan itu dulu. Sekarang yang terpenting adalah keluar dari tempat sial ini dan kembali ke sekte," himbau Mu Zehuai. Setelah Li Sanggu berhasil menyadarkan para tahanan yang pingsan, Mu Zehuai segera memasukkan dua rekannya ke dalam kantung persenjataan."Semuanya, ayo kita keluar dari sini," himbau Li Sanggu. Menatap lekat para tahanan yang telah kehilangan cahaya harapan, berharap mereka memiliki semangat untuk tetap bertahan hidup.*** Halaman Kediaman Chu Ling Long "Itu mereka!" "Lancang!""Pembunuh rendahan beraninya menginjakkan kaki ke rumah seorang pejabat bersih! Negara ini benar-benar sudah kehilangan aturan!" "Hari ini berani datang ke rumah seorang Hakim, besok-besok mungkin akan berani datang ke istana Kaisar!" "Nyali kalian sunggu







