Sang Penguasa Dunia Silat

Sang Penguasa Dunia Silat

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-11-24
Oleh:  QUEEN NIS CABaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
6Bab
7Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Awalnya Mu Zehuai adalah murid paling berbakat di sebuah Sekte Bulan Misterius. Hingga suatu ketika, terjadi sebuah tragedi yang melenyapkan Sekte Bulan Misterius dalam semalam. Dalam tragedi itu, Mu Zehuai berhasil selamat. Akan tetapi, muncul sebuah fitnah yang menuduh dirinya adalah dalang yang memusnahkan sektenya sendiri. Karena tuduhan itu, Mu Zehuai pun diburu oleh serikat sekte dunia persilatan. Dalam pelajariannya, Mu Zehuai tanpa sengaja menemukan sebuah kitab kuno yang menuliskan ajaran sesat dan dapat meningkatkan basis kultivasi dalam sekejap. Bagaimana kisah selanjutnya? Akankah Mu Zehuai mampu membersihkan namanya, ataukah dia lebih memilih untuk menjadi yang terkuat di dunia persilatan?

Lihat lebih banyak

Bab 1

1. Fitnah dan Pengkhianatan

"Di sana!"

"Kejar!"

Seorang remaja laki-laki berpakaian compang-camping berlari tergopoh-gopoh. Dia mengerahkan segenap jiwa dan raga, demi menghindari kejaran para pendekar yang siap merenggut nyawanya kapan saja.

Mentari hampir terbenam. Semburat cahaya jingga bersinar di ufuk barat, sedangkan pemuda itu terus menerjang hamparan rumput ilalang yang tajam.

Tubuhnya basah kuyup bagai sedang mandi keringat. Deru napasnya tak beraturan disertai peluh yang kian bercucuran membasahi pelipis dan sekujur tubuhnya.

"Tangkap dan bunuh dia!"

"Jangan biarkan dia sampai lolos!"

Sekitar puluhan orang mengejar di belakang, mereka adalah murid dari berbagai sekte aliran lurus yang memiliki tingkat bela diri terendah.

Andaikan dihadapkan oleh seorang ahli, pemuda itu pasti sudah lama mati mengenaskan.

Hosh ...

Hosh ...

Hosh ...

Tenaga dalamnya terkuras habis. Energi sejatinya terluka parah, sedangkan kekuatan fisiknya mulai melemah. Tubuhnya dipenuhi memar, luka dan noda darah sisa pertarungan sengitnya melawan para murid sekte itu.

Keputusasaan mulai menggerogoti harapannya. Dia ingin selamat. Dia tidak boleh mati. Dia ingin tetap bertahan hidup. Namun, mengapa takdir seolah enggan berpihak kepadanya?

Nyawanya digadai-gadai. Bagi siapa pun yang berhasil membunuhnya, maka akan diberi imbalan yang cukup untuk membangun sebuah sekte berukuran setara istana.

"Selama 15 tahun hidup, hari ini aku baru tahu kalau ternyata nyawaku seberharga itu. Sebenarnya demi apa? Kenapa? Siapa dalang di balik semua ini?"

Dia bertanya-tanya dalam hati, berharap sebuah keajaiban memberinya secercah jawaban.

Tidak, jika mungkin di dunia ini ada yang namanya keajaiban, dia lebih berharap keajaiban itu dapat menyelamatkan dirinya dari kejaran orang-orang dari dunia persilatan.

Pria remaja itu bernama Mu Zehuai— seorang murid paling berbakat di Sekte Bulan Misterius.

Namanya pernah melambung tinggi hingga mendatangkan para penantang yang hendak berduel demi memperebutkan posisi bergengsi yang dimilikinya. Namun, reputasi yang dia bangun selama ini lenyap hanya dalam semalam.

Mu Zehuai dicap sebagai pengkhianat dan ancaman bagi dunia persilatan.

Lukisan wajahnya dipajang sepanjang jalan dan memungkinkan siapa pun untuk mengenalinya.

Duak!

"Arrgghhh!" Mu Zehuai mengerang kesakitan.

Tinju si tangan besi mendarat keras menghantam dada Mu Zehuai hingga tubuhnya terhempas jauh sekitar 10 meter ke belakang.

Di tengah pengejaran, tiba-tiba hadir seseorang yang berhasil mencegatnya seraya memberikan pukulan fatal.

"Och!" Mu Zehuai memuntahkan darah jantungnya yang terluka.

"Mu Zehuai, hari ini kau pasti mati!" ujar Tang Huang— murid Balai Baja Hitam yang berhasil memberi pukulan fatal kepada Mu Zehuai.

"Juih!" Mu Zehuai meludah, sama sekali tidak gentar oleh perkataan Tang Huang. "Konyol! Tang Huang, tidak kusangka ternyata kau juga tergiur dengan harta."

Langkah kaki Tang Huang perlahan mengikis jarak, menghampiri Mu Zehuai yang terkapar lemah di hamparan rerumputan.

Setelah berdiri dekat dengannya, Tang Huang menginjakkan kakinya di atas dada Mu Zehuai seraya menekannya dengan kuat.

"Kau salah. Aku tidak peduli seberapa banyak hadiah memenggal kepalamu itu. Tapi ... membunuh pengkhianat sepertimu adalah suatu kehormatan bagiku dan Balai Baja Hitam!" cetus Tang Huang. Semua yang dia katakan terdengar tulus tanpa kepalsuan. Sungguh kejujuran yang menyakitkan.

Mu Zehuai merasa sesak di dada, tetapi sesak yang saat ini dia rasakan tidak sebanding dengan rasa sakit hati tatkala diinjak oleh sahabatnya sendiri. Ternyata manusia sepertinya tidak layak diberikan ketulusan.

Tatapan Mu Zehuai menghunus tajam, auranya menggelap. "Bagus, Tang Huang! Sekarang kau tampak seperti manusia paling berprinsip yang tega mengesampingkan hubungan persahabatan demi sebuah prestasi gemilang," sindir Mu Zehuai.

"Omong Kosong! Kau saja yang terlalu bodoh. Apa kau pikir, selama ini aku mau berteman dengan si pencari perhatian sepertimu? Mengingat kita pernah berteman saja sudah membuatku jijik!" sarkas Tang Huang.

Kalimat yang dia ucapkan terdengar sangat menyayat hati. Jika yang mengatakannya adalah orang asing, hati Mu Zehuai tidak akan tergerus sedikit pun. Akan tetapi, dia adalah Tang Huang, seorang sahabat yang pernah sangat dia hargai di dunia ini.

"Hahaha!" Gelak tawa meledak. Mendengar pernyataan Tang Huang yang menggelitik sungguh membuatnya merasa konyol. "Ternyata seperti itu. Baiklah, aku mengerti. Kalau kau memang merasa jijik, muntahkan saja. Siapa tahu kau memang sedang hamil," ejeknya.

"Kau!" Tang Huang menggeram.

Siapakah yang tidak marah jika pria normal diejek sedang hamil? Tentu saja, amarahnya pasti akan bergejolak luar biasa.

Tang Huang yang telah dikendalikan emosi akhirnya melayangkan tinjunya, bersiap untuk memberi pukulan perpisahan terakhir kepada Mu Zehuai yang pernah menjadi sahabat karibnya.

Namun di detik-detik terakhir, tiba-tiba sebuah panah melesat ke arahnya.

Cring!

Tang Huang reflek menepis panah itu menggunakan tangan besinya.

"Berikan dia padaku!" cetus seorang pemuda yang memegang sebuah busur berwarna emas dengan ukiran naga.

Pemuda itu datang membawa sekelompok prajurit dari pemerintahan yang mengikuti di belakangnya. Yang jelas, alasan dia mencegah Tang Huang membunuh Mu Zehuai bukanlah alasan dramatis semacam hendak menyelamatkannya.

"Busur naga emas? Kau ... Zhang Ruling, putra Adipati Zhang Lin," tebak Tang Huang.

Zhang Ruling menurunkan busurnya lantas menjawab, "Benar. Itu aku. Karena kau sudah tahu siapa aku, jadi tinggalkan anak itu. Dia harus kubawa ke Ibu Kota," cetusnya.

"Kenapa?" tanya Tang Huang.

Zhang Ruling mengulas senyum semirik. "Urusan pemerintahan bukanlah hal yang perlu dicampuri oleh orang rendahan dari dunia persilatan seperti kalian," balasnya dengan sikap arogan.

Mata tajam Tang Huang menyipit. Tangannya terkepal karena merasa tersinggung dilabeli rendahan.

"Baiklah. Kalau begitu, mohon Tuan Zhang memberi pencerahan. Jika Anda berhasil mengalahkan orang dunia persilatan rendahan sepertiku, maka Anda boleh membawanya pergi. Tapi jika Anda gagal, maka izinkan Balai Baja Hitam untuk turut andil dalam urusan pemerintahan. Bagaimana?" Tang Huang memberinya sebuah tantangan. Dia ingin bertaruh.

Suasana menegang. Mereke saling melempar tatapan sengit penuh siasat licik.

"Atas dasar apa orang rendahan sepertimu melakukan tawar-menawar kepadaku?" balas Zhang Ruling meremehkan.

Tang Huang menghela napas. "Kalau begitu, Tuan muda Zhang ... maaf menyinggung!" Siap menantang Zhang Ruling.

"Sial! Semuanya, bunuh dia!"

Para prajurit maju menyerang. "Bunuh!" Suaranya bergemuruh bagaikan petir yang menggelegar.

Demi berebut dengan Zhang Ruling, Tang Huang pada akhirnya terpaksa memeranginya, meski sebenarnya dia paham bahwa melukai orang dari pemerintahan adalah sebuah kejahatan serius yang bisa memenggal 9 generasi keluarganya.

'Baguslah. Ini adalah kesempatan emas untukku,' batin Mu Zehuai.

Mu Zehuai berencana memanfaatkan kecauan ini sebagai kesempatan untuknya melarikan diri. Tatkala dua sosok penting itu tengah bertarung mati-matian, Mu Zehuai yang sejak tadi pura-pura pingsan segera bangkit dan melarikan diri.

"Sial! Jangan harap bisa lari!"

Whoosh ....

Jleb!

Anak panah melesat secepat angin, lalu menancap di bahu kiri Mu Zehuai. Kekuatan tangan si pemanah sangatlah kuat, hingga anak panah itu berhasil menembus keluar dan melubangi bahu Mu Zehuai.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
QUEEN NIS CA
Selamat membaca! Jangan lupa tinggalkan komentar dan ulasan ya...️
2025-11-24 20:29:03
0
6 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status