Levon yang sudah sampai di ruangan supervisor cleaning service, ia langsung menghubungi Elanga. Berharap mengetahui rencanya musuhnya nanti malam.
“Tuan Elanga,” sapa Levon ketika teleponnya sudah di angkat.
“Ada apa kau menelponku?” tanya Elanga di seberang sana.
“Apa Tuan sudah gila? Kenapa Tuan datang menemui Tuan Leo? Apa Tuan sangat yakin kalau Tuan Leo belum tahu identitas Tuan?” tanya Levon berpura-pura mengingatkan. Ia heran Elanga sangat berani menemui Tuan Leo.
“Untuk memenangkan pertandingan, aku harus dekat dengan musuhku. Aku sudah merencanakan matang-matang.”
“Baiklah. Kalau boleh tahu apa yang Tuan rencanakan di pesta nanti malam. Beri tahu saya ... biar saya bisa membantu.” Levon memancing Elanga agar menceritakan semua rencananya.
Namun, Elanga cukup cerdas.
“Banyak kejutan di pesta nanti malam, anak muda. Kau harus datang menyaksikannya. Kau pasti keba
Pesta sedang berlangsung. Hingga saat ini Levon masih belum menemukan kecurigaan sama sekali, kecuali seseorang itu yang pergi ke ruangan dalam restoran. Namun, Levon tak bisa berbuat banyak. Meskipun Elanga ada di restoran, tapi ia yakin musuhnya sudah menyuruh orang lain untuk mengawasinya melalui kamera pengintai. Di titik ini, tiba-tiba ponsel jack berbunyi, “Ya, ada apa?” tanya Jack dengan datar dan dingin. “Apa?!” pekik Jack kembali. Suaranya bahkan membuat para tamu undangan menoleh padanya. Entah apa yang dikatakan seseorang di seberang telepon sehingga jack terlihat sangat panik. Levon yang ada di sampingnya menangkap kepanikan yang ada pada diri Jack. Ia yakin di luar sana pasti ada masalah yang sudah diciptkan oleh Elanga. Ia sejujurnya juga khawatir musuhnya itu mencelakai orang tak bersalah di luar sana. Jadi ini alasan Elanga mengundangku kesini? Dia ingin mengalihkan perhatianku agar bisa menjalankan kejahatannya di luar sana, b
Levon sudah sampai di rumah besar, tempat penyanderaan itu. Di sana sudah ada polisi dan beberapa orang kepercayaannya yang mengepung tempat itu. “Jika kalian berani melangkah satu saja, maka kami akan menghabisi seluruh orang yang kami sandera!” Seseorang berkata dari dalam melalui pengeras suara. Ini penyebabnya polisi dan anak buah Levon tidak berani mendekat. Namun, Levon tak mau tinggal diam. Ia harus menyelamatkan orang yang disandera oleh anak buah Elanga. “Berapa orang yang disandera?” tanya Levon pada anak buah yang ada di sampingnya. Tentu ia bertanya dengan memposisikan sebagai orang kepercayaan Tuan Leo. Bagaimana pun juga kamera kecil masih ada di saku bajunya, pasti sekarang Elanga sedang mengawasinya. “Kami kurang tahu. Mereka menyandera seluruh orang yang tinggal di rumah ini,” jawabnya tanpa menoleh. Ia sudah tahu bahwa Sang Tuan sedang menyamar. “Saya akan cari cara untuk menyelamatkan korban penyandraan.” “Semua pint
Setelah mengantar keluarga Levon, Jack dan teman-temannya langsung pergi ke tempat penyanderaan itu. Namun, di tengah perjalanan ada pejalan kaki tiba-tiba terjatuh. Jack yang melihatnya memghentikan mobilnya dan turun menghampiri orang yang berumur sekitar lima puluh tahunan. “Anda tidak apa-apa?” tanya Jack sambil membantu orang itu berdiri. “Saya tidak apa-apa, anak muda.” orang itu tampaknya belum menyadari kalau orang yang membantunya adalah Tuan Leo alias Jack yang menyamar. “Mengapa anda sendirian berjalan kaki di malam hari? Dimana rumah anda? Saya akan mengantarnya pulang.” “Saya sebenarnya ...” Orang itu berhenti sejenak dan baru menyadari bahwa pria bertopeng di hadapannya adalah Tuan Leo. “Bukankah Tuan adalah Tuan Leo?” “Ya. Saya Leo,” jawab Jack, dan seketika orang itu membungkuk pertanda memberi hormat. “Maafkan saya, Tuan Leo. Saya tidak tahu bahwa Tuan adalah Tuan Leo.” “Dimana rumah anda? Anak bu
Semua orang yang ada di dalam tertawa menggelegar menyaksikan keberhasilan mereka melumpuhkan Tuan Leo. “Saya sudah tidak sabar memutilasinya,” ucap salah satunya di tengah tawa. Semua orang pun merespon dengan sikap bak seorang psikopat yang menatap mangsa. “Saya rasa Tuan Elanga berlebihan. Tuan Leo tidak sehebat yang saya kira.” Orang yang ditolong Jack itu keheranan lebih ke arah meremehkan kekuatan dari Tuan Leo. Bahkan pemilik perusahaan LEO Group itu dengan mudah dikelabuhi. “Buka topengnya! Saya ingin tahu wajah dari orang nomor satu di dunia ini.” Orang itu menyuruh teman-temannya sambil menatap buas pada Tuan Leo yang masih mengenakan pakaian bertopeng. Tanpa menunggu lama, dua orang menghampiri Tuan Leo yang tergeletak di bawah dan melepas topengnya secara kasar. Kini terlihat jelas wajah Tuan Leo sudah tidak tertutupi topeng. Seketika itu pula, semua orang tertawa puas disertai dengan tatapan bak binatang buas. Namun, mereka tidak me
Di lingkungan rumah penyekapan Jack, Levon memperhatikan setiap sudut yang ada di sana. Ia yakin tempat ini sudah dipersiapkan untuk menjebak dirinya. Ia juga melihat semua orang kepercayaannya diikat dan dijaga ketat musuh-musuhnya. Semua orang suruhan Elanga menyambut kedatangan Levon. Mereka sudah tahu bahwa mantan suami Rose itu sudah mengkhianati Tuan Leo. “Selamat malam, Levon. Apakah kau datang sendiri? Kemana anak buah Tuan Leo yang lainnya? Mengapa mereka tidak datang menyelamatkan Tuannya?” tanya salah satunya penasaran dan curiga. Hingga saat ini tidak ada tanda-tanda kemunculan orang-orang kepercayaan Tuan Leo di luar sana datang. “Mungkin ini siasat mereka,” jawab Levon berhenti sejenak seolah-olah memikirkan sesuatu. “atau jangan-jangan mereka sudah tahu kalau aku mengkhianati Tuan Leo? Jadi mereka mengirimku sendirian untuk menyelamatkan Tuan Leo?” Levon bersandiwara untuk mengelabuhi musuh-musuhnya agar mereka tidak curiga sediki
Elanga membuka pintu ruangan secara perlahan-lahan. Levon yang berdiri di belakangnya tampak biasa-biasa saja meskipun dalam hatinya mempunyai firasat buruk mengenai keselamatan Jack. Krek! Pintu semakin terbuka lebar, Levon berusaha tetap tersenyum meskipun keringat dingin mulai muncul di wajah tampannya. “Inilah kejutan besar untukmu,” ucap Elanga sambil tersenyum jahat bersamaan dengan pintu yang sudah terbuka dengan sempurna dan diperlihatkan keadaan Jack. Sangat memprihatinkan! Levon menangis dalam hati melihat Jack yang terikat di kursi listrik. Hatinya semakin menjerit ketika remot kontrol kursi listrik itu ditekan untuk menyadarkan Jack yang masih pingsan. Sungguh sangat kejam! “Akkhhh ...” Jack tersadar dari pingsan dan menjerit sekuat tenaga. Tubuhnya terguncang hebat disengat aliran listrik, untung saja remot kontrol itu segera dimatikan setelah mendapatkan aba-aba dari Elanga. Semua orang tertawa iblis menyaksikan penyiksaa
“Tuan, tunggu!” Levon berteriak untuk menghentikan Elanga.Elanga dan semua anak buahnya menoleh ke arah Levon.“Ada apa? Mengapa kau menghentikanku?” tanya Elanga penuh selidik pada Levon yang kini tepat berada di hadapannya.“Biarkan saya saja yang menekan tombol remot itu,” pinta Levon sambil menunjuk remot kontrol yang dipegang Elanga. Di detik berikutnya supervisor cleaning service itu menatap ke arah Jack dengan tatapan penuh amarah dan dendam. “Sejujurnya saya sudah lama ingin membunuh Tuan Leo. Saya ingin membalas kematian Rose dan mertuaku. Itulah sebabnya saya mau bergabung dengan Tuan Elanga.”“Pengkhianat!” Jack merespon dengan cepat agar semua musuh-musuhnya percaya bahwa semua ini bukan sandiwara belaka.Sementara itu, Elanga sangat senang melihat dan mendengar ucapan Levon yang menggebu-gebu dan dipenuhi amarah.“Itu yang aku harapkan darimu. Dan ini memang tuga
Levon dan Jack berhasil membunuh semua musuh-musuhnya dan hanya menyisakan Elanga seorang diri.Keadaan berubah 180 derajat dengan secepat kilat. Yang tadinya Elanga begitu semringah dan bersikap bak seorang pemenang, kini wajahnya tampak sangat pucat. Bahkan ia seperti orang yang mati dalam keadaan berdiri saat melihat darah menyembur ke berbagai arah.“Huffttt ....” Levon meniup moncong pistolnya sambil menatap puas pada mayat yang bergelimpangan di lantai. “Iblis memang harus dimusnahkan.”Levon dan Jack memutar badan dengan cepat saat mendengar suara langkah kaki berjalan ke arah pintu.“Mau kemana, Raja iblis?” tanya Jack mengulas senyuman miring, tapi justru Elanga semakin mempercepat langkahnya meraih pintu.Saat Elanga hampir berhasil membuka pintu, sebuah peluru terlebih dahulu menyapa tangan kanannya.“Arggghhhh ....” Elanga menjerit keras, memegangi tangan kanannya yang tertana