Di saat jam istirahat, Fletcher dan Eric pergi ke ruangan CEO menemui Pulisic untuk meminta izin tidak masuk kerja. Mereka berdiri di hadapan Pulisic yang duduk di sofa dengan menyilangkan kaki.
“Ada apa kalian kesini?” tanya Pulisic datar.
“Jadi begini, Tuan. Saya meminta izin tidak masuk kerja selama empat hari kedepan. Alasan saya meminta izin kerena setiap setahun sekali keluarga besar mengadakan ritual keagamaan di rumah nenek saya. Dan kami memegang tradisi itu secara turun temurun. Kami harus menghadiri tradisi itu. Masalah pekerjaan, Tuan tenang saja. Saya akan tetap mengerjakan tugas dan tanggung jawab di sana.” jelas Fletcher berusaha meyakinkan Pulisic.
“Sedangkan saya, juga meminta izin tidak masuk kerja selama empat hari. Saya harus menjalani pengontrolan penyakit jantung yang saya derita. Dan masalah pekerjaan, Saya tetap mengerjakan di rumah,” sambung Eric menjelaskan tujuannya datang ke Pulisic.
Sebenarnya Pulisic ingin tertawa karena
Di ruangannya, Fletcher menggebarak meja dan menghambur kasar berkas-berkas di atas meja dengan penuh amarah pada Levon,“Shit! siapa dirimu sebenarnya, Sampah? Berani-beraninya kamu merebut Rose dariku.” “Aku akan membuat perhitungan padamu. Aku akan pergi ke Woodstock untuk mencari tahu asal-usulmu. Aku akan cari tahu masalalumu. Aku akan cari tahu kelemahanmu.” Fletcher semakin emosi dan tak bisa mengontrol dirinya. Ia menendang-nendang benda yang ada di sekitarnya. Saat jam istirahat berakhir, Levon meminta Pulisic memutar ulang cctv tersembunyi yang berada di ruangan Fletcher. Mereka berdua tertawa keras melihat kemarahan Fletcher. “Lihatlah Pulisic! Aku bahkan tidak perlu merencanakan sesuatu untuk memberikan pelajaran pada Fletcher. Rose secara tidak langsung telah membantuku.” *** Keesokan hari, jam 12 siang Fletcher dan Eric sudah berada di desa Woodstock. Levon sudah menempatkan beberapa anak buah di beberapa titik menjadi warga di de
“Iya.” Mendengar ucapan Azmir, Fletcher dan Eric memalingkan wajah ke arah lain dan tersenyum dengan bibir rapat. “Berati Levon pernah dipenjara?” Eric menatap Azmir kembali dan bertanya lebih dalam mengenai Levon. “Tidak!” jawab Azmir melebarkan senyuman pada mereka. “Tidak?” Fletcher sedikit menyeringai, ia menemukan celah untuk menghabisi Levon. “Levon tidak dipenjara karena sebelum bertarung, mereka sepakat menandatangani surat perjanjian yang disaksikan oleh kedua belah pihak. Barang siapa yang terbunuh, keluarganya tidak akan melaporkan kepada polisi.” “Dimanakah keluarganya sekarang? Maksudnya, apakah mereka mempunyai dendam pada keluarga ini?” tanya Eric dengan kalimat yang terkesan rapi dan berhati-hati agar Azmir tidak tersinggung untuk menceritakan semua hal terkait ini. “Mereka berada di desa ini,” jawab Azmir tersenyum dan terlihat santai dengan pertanyaan itu. Fletcher dan Eric semakin semringah. Mereka mempunyai
“Iya dia Anthony. Aku memanggilnya untuk membantuku menjawab pertanyaan dari kalian. Tanyakan saja padanya yang berhubungan dengan pertarungan Levon yang menewaskan adiknya,” ungkap Azmir pada Fletcher dan Eric. Lalu, ia meneguk air.“Iya nak, jangan canggung bertanya padanya. Setelah kematian adiknya, kita justru semakin akrab,” imbuh Emma melebarkan senyuman.Anthony adalah Levon yang sedang menyamar. Make over sempurna, Fletcher dan Eric tidak mengenal dirinya.Mendengar penjelasan Emma, Fletcher dan Eric tersenyum. Mereka mengerti, mengapa Anthony sangat akrab dengan orang tua Levon.“Sungguh, saya sedikit terkejut. Bagaimana kalian bisa begitu akrab setelah pertarungan itu?” tanya Eric sambil tertawa agar tidak terkesan sedang memancing keluarga mereka.“Apakah kalian benar-benar ingin tahu?” tanya Levon menatap mereka.“Ya ... Kami sangat penasaran. Jika tidak keberatan, kami ingin
Fletcher dan Eric semakin ketakutan. Mereka tidak sanggup berkata apa-apa, tetapi tiba-tiba Fletcher mengambil sebuah piring di atas meja. Ia berdiri dan medaratkan dengan keras tepat di kepala Eric hingga pinsan, “Dia yang akan menetap disini dan menjadi makanan kalian.” Azmir, Emma, Anthony alias Levon tersenyum miring terhadap Fletcher yang mengorbankan Eric untuk keselamatan dirinya sendiri. “Aku sudah memberikan temanku pada kalian. Jadi izinkan saya untuk pergi.” Fletcher menggerakkan kaki untuk melangkah ke luar, tetapi Levon menahannya. “Jangan terburu-buru, David ... duduklah,” kata Levon ramah, tetapi pistol yang dipegangnya mengarah pada Fletcher. Fletcher menurut, ia duduk kembali dengan gematar, “Apa lagi yang kalian minta dariku? Aku sudah memberikan temanku pada kalian.” “Aku ingin bertanya sebelum kau pergi. Mengapa kau mengkhianati dan mengorbankan seorang teman untuk keselamatanmu sendiri?”tanya Levon tersenyum sambil menunju
“Ya jelas tahu, aku kepala desa. Dan kau adalah warga asli Woodstock,” ucap kepala desa tertawa. “Mengapa kau tampak seperti badut?”Levon hanya bisa tertawa, kepala desa yang ditemui tiga tahun yang lalu masih tetap sama, suka bercanda.Bersamaan dengan itu, Emma dan Azmir keluar dari dalam. Kepala desa pun juga menyapanya. “Ah rupanya kalian juga ada disini, sudah lama tidak bertemu. Semenjak kalian membeli rumah ini tiga tahun yang lalu, kalian langsung menghilang.”“Iya kami rindu desa Woodstock. Jadi kami kesini,” balas Azmir sambil menjabat tangan kepala desa.“Benar itu, Tuan,” imbuh Emma berdiri di samping Azmir.“Tetapi waktu kami datang kesini, ada dua penjahat yang mencoba merampok rumah kami. Itulah sebabnya aku cepat merubah diriku seperti ini,” kilah Levon sambil menunjuk dirinya yang merubah menjadi Anthony. “Keahlian make over dengan cepat ini, aku pelajar
“Siapa? Kau ingin tahu siapa pengkhianat itu?” tanya Levon dengan senyuman miring. “Ya, Tuan. Siapa pengkhianat itu?” Pulisic tidak melepaskan pandangan dari Sang Tuan. Ia tidak sabar ingin mendengar Sang Pengkhianat yang sebenarnya. “Kau tak 'kan percaya jika aku menyebut namanya,” jawab Levon menyunggingkan senyuman. Levon semakin membuat Pulisic penasaran. Ia tak bergerak dari hadapan Tuannya dengan tatapan serius. Ia memperhatikan gerakan mulut dari Sang Tuan untuk mendengar kalimat apa lagi yang akan keluar. “Semua orang mengenalnya sebagai orang yang sangat baik. Dia ramah dan tidak sombong. Dia murah senyum dan berteman dengan siapapun juga tanpa memandang statusnya. Dia selalu membantu orang yang sedang dalam kesulitan. Dia adalah ....” Levon tidak langsung meneruskan kalimatnya, membuat Pulisic semakin membulatkan mata dan tak berkedip. Ia sudah memasang telinga lebar-lebar untuk mendengar nama Sang Pengkhianat. Sementara itu, L
“Dia anak dari Tuan Zentavious Robert Frankie, pemilik perusahaan industri kimia di Washington,” jawab Levon sambil menyapu pandangan ke sekitar ruangan ball room. “Anak Tuan Frankie? Pemilik perusahaan industri kimia? Aku baru tahu, karena nama orang tua di berkas biodatanya hanya tertulis Zentavious,” respon Pulisic. “Tapi Tuan Frankie adalah orang yang sangat baik dan dermawan? Jika dia tahu anaknya mempunyai sifat yang buruk, pasti dia sangat kecewa.” Pulisic menggeleng-gelengkan kepala. “Justru Frankie akan tertawa melihat anaknya berhasil menghancurkan perusahaan LEO Group.” Levon tersenyum kecut. “Apa? Apa maksud, Tuan?” tanya Pulisic melebarkan mata. “Frankie sendiri yang mengirim Rose ke perusahaan LEO Group untuk menghancurkan perusahaan ini,” jawab Levon sambil melangkah dan kembali mendaratkan pantatnya di kursi duduk. “Benarkah itu Tuan?” Pulisic masih belum percaya karena Frankie dikenal sebagai orang yang sangat baik di Amerika.
Levon menjeda-jeda kalimatnya, sehingga terkesan bertanya banyak hal.“Aku lupa memberitahumu, Papaku nanti malam akan ke sini untuk menemuimu. Jadi aku akan menjemputmu nanti malam untuk bertemu Papaku di rumah,” ucap Rose sambil memegang dahinya sebentar dan mendekati Levon.“Untuk menemuiku?” tanya Levon penasaran.“Aku sudah meminta izin padanya untuk menikah denganmu. Jadi ... jadi dia ingin bertemu dengan calon menantunya,” jawab Rose sambil bergelantungan manja di lengan Levon.“Apakah kamu sudah bercerita tentang kehidupanku? Pekerjaanku?” Levon memasang wajah sedikit takut.“Sudah ... aku sudah banyak bercerita tentang dirimu,” jawab Rose menadahkan kepala dengan ekspresi sedikit menggoda dan menakuti Levon.“Apa reaksinya? Apakah dia memarahimu karena sudah mencintai seorang cleaning service?”“Tidak ... dan jika dia memarahiku, pasti aku akan mela