Empat tahun telah berlalu, kini Fang menginjak usia sepuluh tahun. Perubahan besar terjadi padanya, terutama untuk tubuhnya yang kini sudah lebih besar dan tinggi daripada sebelumnya.
Saat ini Fang sedang duduk di bebatuan besar di bawah air terjun, ia sedang bermeditasi untuk berlatih pernapasan dan menambah tenaga dalamnya. Fang sendirian, Sang Kakek tidak terlihat di sana sebab ia mulai membiarkan Fang berlatih sendiri sejak setahun yang lalu.
Fang membuka matanya saat ia mendengar sebuah raungan keras yang mengganggu telinganya. Ia menoleh ke sekitarnya, tetapi tidak menemukan keberadaan sosok yang meraung itu. Anehnya lagi, raungan tersebut tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi.
"Suara apa itu tadi?" Fang tidak berdiam diri, dia begitu penasaran dengan suara tersebut. Ia memutuskan untuk menghentikan latihannya dan memeriksa beberapa lokasi di dekat tempat itu.
Setelah beberapa waktu, ia tidak menemukan apapun yang mencurigakan atau pun sosok yang menjadi penyebab raungan keras sebelumnya. Akan tetapi, saat ia ingin meninggalkan salah satu lokasi yang tidak jauh dari tempat itu, Fang kembali mendengar raungan tersebut. Kali ini lebih besar daripada sebelumnya.
Rasa penasaran kembali merasuk ke dalam tubuhnya. Fang kembali mencari asal raungan tersebut, akan tetapi lagi-lagi ia tidak menemukannya.
Saat ia berniat menyerah untuk mencari asal suara itu, raungan tersebut kembali terdengar di telinganya.
"Hei, siapa kau? Apa maumu?" Teriak Fang dengan kesal. Ia berniat meninggalkan lokasi itu, tetapi sebelum ia melakukannya. Fang melihat sebuah lubang hitam yang melayang di udara.
Bocah itu mendekati lubang tersebut, ia begitu terkejut setelah memeriksanya lebih jauh, "Mungkinkah ini sebuah formasi sihir?" Tanyanya dalam hati yang penuh kebingungan.
Fang memeriksanya sekali lagi untuk memastikan, "Benar, ini adalah sebuah formasi sihir," ujarnya dengan pasti.
Ia mengetahui informasi tentang formasi sihir dari sebuah buku yang dibacanya. Memang, dari kecil Fang sering membaca buku-buku yang diberikan Kakek kepadanya. Sebab itulah, wawasannya sangatlah luas.
Raungan yang sebelumnya berhenti dan tidak terdengar lagi, kini kembali dan lebih keras daripada raungan-raungan sebelumnya dan itu berasal dari dalam formasi sihir tersebut.
Seketika, pikiran Fang bergejolak sebab ia ditempatkan pada dua pilihan. Kembali ke rumah dan memberitahukan tentang hal ini kepada sang Kakek atau memeriksa isi formasi sihir itu sendirian. Sebab yang ia ketahui, formasi sihir adalah sebuah pintu untuk menuju dunia lain. Berbahaya atau tidaknya, tergantung tempat mana yang ditemukan.
"Sebaiknya aku kembali dan memberitahukannya kepada Kakek," Fang sudah mengambil keputusannya. Akan tetapi sebelum ia membalikkan tubuhnya, suara raungan itu seperti tidak mengizinkannya untuk pergi.
Karena rasa penasarannya sudah memuncak, akhirnya Fang memutuskan untuk tidak kembali ke rumah dan memeriksanya sendiri.
"Persetan dengan semua itu. Sebesar apapun bahaya yang nantinya ku temui, akan ku hadapi dengan segenap kemampuanku," Fang meyakinkan dirinya untuk masuk ke dalam formasi sihir tersebut.
Tanpa berpikir panjang lagi, Fang melompat ke dalam formasi sihir. Seketika suasana baru dan asing ditemuinya. Fang seperti melayang di sebuah terowongan yang sangat gelap. Ia baru menemukan cahaya setelah beberapa waktu di dalam terowongan itu dan ternyata cahaya itu adalah ujung dari terowongan.
Fang terjatuh dari ketinggian sekitar sepuluh meter, karena tidak siap akhirnya luka menghiasi tubuhnya.
"Tempat apa ini? Dimana aku?" Tanyanya penuh kebingungan. Akan tetapi itu tidak berlangsung lama, sebab suara raungan sebelumnya kembali terdengar lagi dan lebih keras.
Satu hal yang Fang sadari, ternyata informasi yang dibacanya di dalam buku memang benar. Formasi sihir akan membawa seseorang ke dunia lain. Fang sudah sembilan puluh persen menjelajahi tempat-tempat di sekitar rumah mereka tinggali, tetapi tempat ini sangat baru dan asing baginya. Sebab itulah ia menambah keyakinannya pada buku yang dibacanya.
Fang tidak ingin menghabiskan waktunya di tempat itu, sebab ia belum mengetahui apakah tempat ini berbahaya atau tidak. Ia segera berdiri dan mulai mencari asal suara raungan itu.
Setelah berjalan beberapa waktu dan mengunjungi beberapa lokasi, akhirnya suara raungan itu terdengar semakin jelas di telinganya.
"Aku menemukannya," tariak girang Fang di dalam hatinya.
Ternyata, suara raungan itu berasal dari seekor harimau yang sedang bertarung melawan sepuluh kawanan serigala.
Yang menarik perhatian Fang adalah, harimau tersebut tidak terlihat seperti harimau biasanya. Selain perawakannya yang lebih besar, harimau itu memiliki sepasang tanduk di kepalanya. Perbedaan lainnya terletak pada ekornya, harimau di hadapan Fang itu memiliki gumpalan seperti bola di ujung ekornya dan tertancap sesuatu seperti duri-duri tajam. Dan yang paling mengganggu pikiran Fang adalah, harimau tersebut dapat mengeluarkan api dari tubuh dan dalam mulutnya serta memiliki aura pembunuh. Walaupun nafsu pembunuh itu bukan ditujukan untuknya, tetapi Fang masih merasakan dampaknya.
"Hewan Gaib, tidak salah lagi!" Setelah mengamati beberapa bagian tubuh harimau tersebut, Fang mengambil kesimpulan bahwa itu adalah Hewan Gaib.
Hewan Gaib sendiri merupakan hewan yang sudah berusia lebih dari seratus tahun. Selain itu, ia memiliki kecerdasan dan daya pikir seperti manusia. Yang paling menjadi ciri khas dari Hewan Gaib adalah, mereka memiliki kekuatan seperti yang ditunjukkan harimau itu.
Fang kemudian mengingat salah satu buku yang ia baca, jika tebakannya benar maka harimau di hadapannya itu dikenal dengan Harimau Cambuk Api. Salah satu Hewan Gaib yang sudah sangat jarang ditemui dan langka. Selain itu, Harimau Cambuk Api juga merupakan salah satu Hewan Gaib yang kuat. Hal itu bisa dilihat saat ini, meskipun ia sendirian melawan kawanan Serigala Haus Darah. Akan tetapi, Harimau Cambuk Api tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun.
"Benar-benar mendominasi," Fang membatin.
Pada dasarnya, Hewan Gaib suka bersembunyi dari manusia. Hal itu disebabkan para pendekar sering memburu dan membunuh Hewan Gaib untuk mengambil sesuatu di tubuh mereka yang dikenal dengan Permata Siluman.
Bukan tanpa alasan, Permata Siluman sendiri mampu membantu pendekar untuk meningkatkan kekuatan mereka dalam waktu yang singkat. Selain itu, tubuhnya juga berkhasiat untuk meningkatkan ketahanan tubuh manusia dan kulitnya bisa dijadikan pakaian yang dapat melindungi tubuh sampai tahap tertentu. Sebab itulah, Hewan Gaib sangat dicari.
"Harta berharga," teriak Fang dalam hatinya. Ia sangat senang bisa menemukan Hewan Gaib seperti sekarang ini. Apalagi, ia tidak hanya menemukan satu, melainkan sebelas Hewan Gaib. Sebab sepuluh kawanan serigala itu juga merupakan Hewan Gaib yang dikenal dengan Serigala Haus Darah.
Sebuah ide terlintas dipikiran Fang. Ia memutuskan untuk mengamati pertarungan antara Hewan Gaib itu dan menunggu waktu yang tepat untuk melancarkan aksinya.
Fang bisa melihat baik Harimau Cambuk Api maupun kawanan Serigala Haus Darah sudah bersiap untuk saling menyerang satu sama lain. Harimau Cambuk Api membuka mulutnya dan menunjukkan giginya yang tajam, sementara kawanan Serigala Haus Darah memamerkan kukunya yang siap menerkam.
"Auuummm,"
Auuunnnggg,"
Saling balas raungan terjadi, kedua belah pihak seperti memberi peringatan kepada lawan untuk bersiap menerima serangan. Akhirnya, satu lawan sepuluh kembali berlanjut.
Halo, semuanya! Sweet_Owl di sini!Saya ingin mengabarkan bahwasanya karya kedua dan ketiga (terbaru) telah dirilis dan bisa dibaca melalui web ataupun aplikasi Goodnovel. So, saya harap pembaca sekalian bisa membaca dan mendukung karya tersebut.Judul : Penguasa Seni Racun Penulis : Sweet_OwlPenerbit : GoodnovelJudul : Kembalinya Sang PenguasaPenulis : Sweet_OwlPenerbit : Goodnovel Dengan ini, saya juga meminta masukan serta komentar yang membangun dari pembaca untuk pemacu semangat serta konsistensi saya dalam menulis. Semoga kalian menyukainya dan saya bisa menyuguhkan karya-karya yang menarik untuk menemani hari-hari Anda. Jangan dilewatkan ya, ini menarik lho! HeheheAyo buruan baca, jangan sampai ketinggalan ceritanya. Kalian akan disajikan konflik, intrik yang menarik dari pemeran utama kita (Long Tian), atau (Lei Xiayu) dan karakter lainnya.Akhir kata, terima kasih dan selamat membaca.
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, adanya catatan dari author kali ini menjadi penutup dari kisah novel Sang Penguasa. Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya jualah saya bisa mengakhiri cerita ini. Ya, walaupun saya sendiri mengetahui banyak kekurangan, tetapi saya mohon untuk para pembaca memakluminya. Shalawat teriring salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Rasulullah Saw. Karena berkat beliaulah kita bisa hidup di zaman yang penuh kecanggihan seperti saat ini. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, terima kasih kepada kalian yang telah setia membaca dan mengikuti novel ini dari awal sampai akhir. Saya sangat menghargai dan mengapresiasi dukungan tersebut. Kedua, maaf bisa selama ini saya selaku author masih banyak kekurangan, karena yakinlah tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanya mereka yang se
Setahun telah berlalu setelah peristiwa yang sangat kelam di Kekaisaran Yang.Kabar mengejutkan terdengar, Biksu Tong Tian tidak berhasil bertahan dari racun yang diberikan menteri Han pada pertarungan terakhir mereka. Biksu sepuh itu menutup usianya setelah berusaha tetap bertahan selama enam bulan lebih.Kuil Tanah Suci segera berganti kepemimpinan, dan Biksu Muda Tong Min terpilih menggantikan Biksu Tong Tian untuk menjadi mahaguru di tempat itu karena ia dinilai telah memenuhi persyaratan untuk mendudukinya.Kabar lain juga beredar, Patriark Shen dan Patriark Lu sama-sama mengundurkan dari dari posisi mereka dan akan digantikan oleh anaknya masing-masing.Kemudian diperlihatkan kepada Li Jianchen dan Lan Xuefeng yang telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sejak pertempuran itu, Li Guan tidak mempermasalahkan identitas Li Jianchen yang merupakan anak kandung dari Li Ning karena bagaimanapun juga pemuda itu adalah keponakannya. Sebaliknya, Li Guan me
Teknik yang digunakan menteri Han tidak mampu menghalangi laju jurus yang Fang keluarkan. Saat ribuan pedang itu tinggal satu meter lagi darinya, senjata tersebut bergabung menjadi satu dan membentuk pedang raksasa yang menakutkan. Menteri Han sudah membuat pagar pelindung, namun tetap tidak mampu menahannya. Tubuh menteri Han terasa lemas ketika pedang besar menembus badannya. Argh! Menteri Han menjerit kesakitan, ia tidak berdaya. Ini pertama kali bagi dirinya merasakan sakit yang begitu luar biasa. Qi-nya juga telah terkuras habis, membuatnya tidak dapat bertahan lebih lama di udara. Menteri Han memejamkan matanya, penglihatannya mulai buram dan perlahan jatuh dengan bebas. Fang masih kurang puas, meskipun kali ini dia melayang dengan keadaan yang juga terluka, setelah terkena efek dari pertukaran jurus sebelumnya, tetapi ia tetap menyusul arah jatuhnya menteri Han. Pemuda itu kembali melepaskan pukulan, tendangan yang membuat siapapun menerimanya
Pertukaran sepuluh jurus pertama telah selesai, baik menteri Han maupun Yan Liang masih sama-sama kesulitan untuk menemukan celah lawan. Keduanya masih berimbang, menunjukkan bahwa kemampuan menteri Han memang luar biasa.Yan Liang membuat mantra tangan, dalam sekejap bola air mengumpulkan di telapak tangannya. Dari yang semula berukuran kecil, kini telah berubah menjadi ratusan kali lipat lebih besar. Saat Yan Liang melepaskan bola air tersebut, udara berguncang hebat, kekuatan itu menyapu bersih apa saja yang mencoba menghalangi jalannya.Menteri Han segera membuat pagar pelindung, namun bisa dihancurkan oleh bola air tersebut dan pada akhirnya mendarat dengan mulus di tubuh pria sepuh itu.Boom!Ledakan besar terjadi, mengundang orang-orang yang berada di bawah untuk menyaksikannya. Awalnya mereka tidak perduli lagi dengan menteri Han, namun mendengar adanya ledakan membuat mereka mengalihkan perhatian.Pendekar tingkat tinggi seperti Patr
"Ayah … bangun … jangan membuatku takut." Li Jianchen menggoyangkan tubuh ayahnya, namun tetap tidak mampu membuat lelaki itu membuka matanya."Ayah … maafkan aku … aku hanya ingin membuatmu sadar … tetapi tidak sampai sejauh ini." Li Jianchen menambahkan. Air mata mengalir di pipinya, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Tatapannya kosong, ia benar-benar merasa bersalah atas hal ini.Perlahan, Li Jianchen merasakan seseorang menyentuh bahunya dan itu adalah Lan Xuefeng. "Lan … tolong bantu aku untuk membuka mata ayah. Aku tahu dia hanya bercanda dan sedang marah kepadaku sebab itulah dia tidak ingin membuka matanya."Lan Xuefeng yang melihat kekasih hatinya itu menjadi histeris, ikut merasakan kesedihannya. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak sebab Kaisar Li memang sudah meninggal. Lan Xuefeng menggelengkan kepalanya, dan memberikan Li Jianchen pengertian. "Chen … Yang Mulia sudah tiada. Kau tidak perlu berusaha