Harimau Cambuk Api memulai pertarungan, ia melompat ke dalam kerumunan Serigala Haus Darah. Hewan Gaib itu mengibaskan ekornya ke arah salah satu Serigala Haus Darah dan mengincar bagian kepalanya. Namun tidak mengenai target, sebab serigala-serigala itu bergerak dengan cepat.
"Auuummm," raung Harimau Cambuk Api. Tampaknya sebuah raungan dapat meningkatkan gairah dan kepercayaan diri Harimau Cambuk Api.
Sementara kawanan Serigala Haus Darah tidak membiarkan Harimau Cambuk Api menyerang mereka dengan leluasa. Memanfaatkan jumlah mereka yang banyak, sepuluh ekor Serigala Haus Darah itu menyerang Harimau Cambuk Api secara bersamaan yang membuatnya harus melompat mundur dari kepungan itu.
"Pertarungan yang luar biasa," ucap Fang pelan sambil terus mengamati pertarungan antara Hewan Gaib itu.
Fang kemudian menyaksikan Harimau Cambuk Api sedang membuka mulutnya lebar-lebar dan sesaat kemudian melepaskan sebuah gumpalan api berwarna merah kebiruan yang melesat dengan cepat ke arah kumpulan Serigala Haus Darah.
Karena mereka terlalu banyak dan sedang berkumpul, tidak semua bisa menghindari serangan itu, membuat dua diantaranya terkena api tersebut.
"Auuunnnggg," dua ekor Serigala Haus Darah yang terkena serangan itu meraung dengan keras yang membuat kawanannya meningkatkan kewaspadaan dan mundur beberapa langkah.
Api yang dikeluarkan Harimau Cambuk Api begitu panas, terlihat dari dua ekor Serigala Haus Darah yang terkena serangan sebelumnya mati terbakar seketika.
"Auuunnnggg," salah satu serigala meraung lebih keras daripada sebelumnya. Harimau Cambuk Api meningkatkan kewaspadaan dan siap menyambut serangan kawanan serigala yang tersisa. Akan tetapi, nyatanya raungan tersebut mengisyaratkan kawanannya yang lain untuk mundur dan meninggalkan lokasi pertarungan.
"Ah, dasar pengecut," dengus pelan Fang sambil menyaksikan kepergian kawanan serigala. Padahal ia berpikir akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari pertarungan ini, tapi kenyataan tidak sesuai pemikirannya.
Fang kemudian mengarahkan pandangannya kembali ke arah Harimau Cambuk Api, tapi ia hanya menemukan tempat itu kosong.
"Kemana hewan itu pergi?" Tanyanya penuh kebingungan.
Akan tetapi, Fang tiba-tiba merasakan sesuatu di belakangnya. Saat ia membalik tubuhnya, Fang terkejut bukan main. Ia mundur beberapa langkah, jantungnya berdetak kencang.
Bukan tanpa alasan, Harimau Cambuk Api yang dicarinya ternyata sudah berada di belakangnya dan menatapnya dengan garang. Bukan hanya itu, Hewan Gaib tersebut mengarahkan nafsu pembunuhnya ke arah Fang dan siap untuk menerkamnya.
"Tunggu… Tunggu dulu," Fang mendorong tangannya mengisyaratkan agar Harimau Cambuk Api tidak mendekatinya.
"Aum," Harimau Cambuk Api meraung pelan, ia seperti mengerti dengan perkataan Fang. Setelah itu, Hewan Gaib tersebut perlahan menutup matanya dan seketika tumbang ke tanah.
Fang yang melihat hal itu kembali terkejut, ia tidak mengerti apa yang terjadi pada Harimau Cambuk Api. Dengan segera bocah itu mendekatinya dan memeriksanya.
Ternyata Harimau Cambuk Api mengalami luka dalam yang cukup serius. Fang menduga, luka itu didapatkan Harimau Cambuk Api sebelum kedatangannya.
Pikiran Fang menjadi dilema, antara menolong Hewan Gaib tersebut atau memanfaatkan kesempatan itu untuk membunuhnya dan mengambil Permata Siluman yang ada di tubuhnya.
Pertengkaran di pikirannya berjalan cukup sengit, tidak kalah sengitnya dengan pertarungan yang disaksikannya sebelumnya.
Otaknya memerintahkan Fang untuk membunuh Harimau Cambuk Api yang sudah terbaring itu, tetapi di sisi lain hatinya memintanya untuk menolongnya.
"Persetan dengan semua ini," dengus Fang geram. Akhirnya ia lebih mengikuti kata hatinya.
Fang mengalirkan tenaga dalamnya yang cukup besar untuk menyembuhkan Harimau Cambuk Api. Usahanya tidak sia-sia, sebab menunjukkan hasil yang positif. Harimau Cambuk Api perlahan mulai kembali membuka matanya. Tanpa Fang sadari, ia melompat kegirangan. Dia begitu senang bisa menolong Harimau Cambuk Api tersebut.
Harimau Cambuk Api memang telah membuka matanya, tapi Hewan Gaib tersebut belum bisa bergerak dengan leluasa. Lukanya belum sepenuhnya pulih walaupun telah dibantu Fang.
"Aum," raung Harimau Cambuk Api dengan pelan.
"Jangan takut, aku tidak akan melukaimu!" Fang menyentuh kepala Hewan Gaib tersebut dan mengelusnya. Harimau Cambuk Api terdiam, ia membiarkan Fang menyentuh kepalanya.
"Hewan yang malang," ujar Fang sambil melihat Harimau Cambuk Api. Fang teringat akan dirinya sendiri yang sering merasakan kesepian karena tidak memiliki teman. Ia masih beruntung memiliki Kakek yang selalu perhatian padanya.
Fang masihlah seorang bocah dan sudah sewajarnya bersikap seperti anak seumurannya.
"Bagaimana kalau kau menjadi temanku?" Tanya Fang di sela-sela ia mengelus kepala Harimau Cambuk Api.
Hewan Gaib itu bangkit dari tempatnya berbaring, ia sudah bisa menggerakkan tubuhnya setelah beristirahat sebentar. Yang selanjutnya dilakukan oleh Harimau Cambuk Api membuat Fang terkejut. Hewan Gaib itu menyemburkan setetes darah dari dalam mulutnya. Darah itu berwarna merah pekat, berbeda dengan darah yang biasa ditemukan.
"Tidak mungkin, ini…" Fang masih dalam keterkejutannya. Ia mengetahui darah tersebut merupakan Intisari Darah.
Intisari Darah merupakan setetes darah khusus yang terdapat pada seekor Hewan Gaib. Darah tersebut merupakan sebuah tanda untuk seorang Pendekar membuat kontrak pertemanan dengan seekor Hewan Gaib.
Kontrak tersebut akan hilang saat Pendekar tersebut meninggal dan Hewan Gaib yang membuat kontrak dengannya akan ikut mati. Sementara sebaliknya, jika Hewan Gaib yang mati, Pendekar yang membuat kontrak itu tidak akan ikut meninggal.
"Segel ini," ujar Fang sambil memegangi bahu kanannya dan melihat kepala Harimau Cambuk Api.
Sebuah segel terbentuk di kepala Harimau Cambuk Api sementara Fang terbentuk di bahu kanannya, itu merupakan tanda dari kontrak mereka. Fang bisa dengan mudah jika ia ingin membunuh Harimau Cambuk Api. Bocah itu cukup memikirkannya saja, maka Harimau Cambuk Api akan mati.
Melihat Harimau Cambuk Api memberikan Intisari Darahnya kepada Fang, menunjukkan bahwa Hewan Gaib itu telah mempercayainya dan memberikan kehidupannya kepada Fang.
"Aku berjanji akan menjaga pertemanan ini dengan segenap kemampuanku," Fang sudah berhasil mengendalikan keterkejutannya. Ia juga menerima Harimau Cambuk Api untuk menjadi temannya.
Fang kemudian pergi ke bawah sebuah pohon bunga persik lalu duduk bersila disana. Ia kemudian memejamkan matanya dan mulai menyerap Intisari Darah Harimau Cambuk Api.
Dari yang ia baca di buku, jika seseorang menyerap Intisari Darah maka ia akan mendapatkan kekuatan yang cukup besar.
"Luar biasa, aku tidak menduga akan sejauh ini," Fang membuka matanya setelah selesai menyerap semua Intisari Darah. Kekuatannya meningkat cukup signifikan.
"Ayo ikut aku kembali, kupikir kita akan menjadi teman yang baik," Fang mengajak Harimau Cambuk Api meninggalkan tempat itu dan kembali ke asalnya.
Awalnya Harimau Cambuk Api menolak, tetapi setelah dibujuk beberapa saat oleh Fang, Hewan Gaib itu menyetujuinya. Keduanya kemudian berjalan ke formasi sihir yang membawa Fang ke tempat itu sebelumnya. Tidak lupa ia mengambil Permata Siluman terlebih dahulu.
"Tenang saja, aku tidak akan membiarkan seseorang pun menyakitimu," Fang menyadari kegelisahan Harimau Cambuk Api. Ia mengetahui bahwa Hewan Gaib tidak ingin bertemu dengan manusia.
"Mulai hari ini, namamu adalah Xiao Laohu," setelah itu keduanya melompat ke formasi sihir dan kembali ke asal Fang
Halo, semuanya! Sweet_Owl di sini!Saya ingin mengabarkan bahwasanya karya kedua dan ketiga (terbaru) telah dirilis dan bisa dibaca melalui web ataupun aplikasi Goodnovel. So, saya harap pembaca sekalian bisa membaca dan mendukung karya tersebut.Judul : Penguasa Seni Racun Penulis : Sweet_OwlPenerbit : GoodnovelJudul : Kembalinya Sang PenguasaPenulis : Sweet_OwlPenerbit : Goodnovel Dengan ini, saya juga meminta masukan serta komentar yang membangun dari pembaca untuk pemacu semangat serta konsistensi saya dalam menulis. Semoga kalian menyukainya dan saya bisa menyuguhkan karya-karya yang menarik untuk menemani hari-hari Anda. Jangan dilewatkan ya, ini menarik lho! HeheheAyo buruan baca, jangan sampai ketinggalan ceritanya. Kalian akan disajikan konflik, intrik yang menarik dari pemeran utama kita (Long Tian), atau (Lei Xiayu) dan karakter lainnya.Akhir kata, terima kasih dan selamat membaca.
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua, adanya catatan dari author kali ini menjadi penutup dari kisah novel Sang Penguasa. Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat-Nya jualah saya bisa mengakhiri cerita ini. Ya, walaupun saya sendiri mengetahui banyak kekurangan, tetapi saya mohon untuk para pembaca memakluminya. Shalawat teriring salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Rasulullah Saw. Karena berkat beliaulah kita bisa hidup di zaman yang penuh kecanggihan seperti saat ini. Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, terima kasih kepada kalian yang telah setia membaca dan mengikuti novel ini dari awal sampai akhir. Saya sangat menghargai dan mengapresiasi dukungan tersebut. Kedua, maaf bisa selama ini saya selaku author masih banyak kekurangan, karena yakinlah tidak ada manusia yang sempurna, yang ada hanya mereka yang se
Setahun telah berlalu setelah peristiwa yang sangat kelam di Kekaisaran Yang.Kabar mengejutkan terdengar, Biksu Tong Tian tidak berhasil bertahan dari racun yang diberikan menteri Han pada pertarungan terakhir mereka. Biksu sepuh itu menutup usianya setelah berusaha tetap bertahan selama enam bulan lebih.Kuil Tanah Suci segera berganti kepemimpinan, dan Biksu Muda Tong Min terpilih menggantikan Biksu Tong Tian untuk menjadi mahaguru di tempat itu karena ia dinilai telah memenuhi persyaratan untuk mendudukinya.Kabar lain juga beredar, Patriark Shen dan Patriark Lu sama-sama mengundurkan dari dari posisi mereka dan akan digantikan oleh anaknya masing-masing.Kemudian diperlihatkan kepada Li Jianchen dan Lan Xuefeng yang telah resmi menjadi sepasang suami istri. Sejak pertempuran itu, Li Guan tidak mempermasalahkan identitas Li Jianchen yang merupakan anak kandung dari Li Ning karena bagaimanapun juga pemuda itu adalah keponakannya. Sebaliknya, Li Guan me
Teknik yang digunakan menteri Han tidak mampu menghalangi laju jurus yang Fang keluarkan. Saat ribuan pedang itu tinggal satu meter lagi darinya, senjata tersebut bergabung menjadi satu dan membentuk pedang raksasa yang menakutkan. Menteri Han sudah membuat pagar pelindung, namun tetap tidak mampu menahannya. Tubuh menteri Han terasa lemas ketika pedang besar menembus badannya. Argh! Menteri Han menjerit kesakitan, ia tidak berdaya. Ini pertama kali bagi dirinya merasakan sakit yang begitu luar biasa. Qi-nya juga telah terkuras habis, membuatnya tidak dapat bertahan lebih lama di udara. Menteri Han memejamkan matanya, penglihatannya mulai buram dan perlahan jatuh dengan bebas. Fang masih kurang puas, meskipun kali ini dia melayang dengan keadaan yang juga terluka, setelah terkena efek dari pertukaran jurus sebelumnya, tetapi ia tetap menyusul arah jatuhnya menteri Han. Pemuda itu kembali melepaskan pukulan, tendangan yang membuat siapapun menerimanya
Pertukaran sepuluh jurus pertama telah selesai, baik menteri Han maupun Yan Liang masih sama-sama kesulitan untuk menemukan celah lawan. Keduanya masih berimbang, menunjukkan bahwa kemampuan menteri Han memang luar biasa.Yan Liang membuat mantra tangan, dalam sekejap bola air mengumpulkan di telapak tangannya. Dari yang semula berukuran kecil, kini telah berubah menjadi ratusan kali lipat lebih besar. Saat Yan Liang melepaskan bola air tersebut, udara berguncang hebat, kekuatan itu menyapu bersih apa saja yang mencoba menghalangi jalannya.Menteri Han segera membuat pagar pelindung, namun bisa dihancurkan oleh bola air tersebut dan pada akhirnya mendarat dengan mulus di tubuh pria sepuh itu.Boom!Ledakan besar terjadi, mengundang orang-orang yang berada di bawah untuk menyaksikannya. Awalnya mereka tidak perduli lagi dengan menteri Han, namun mendengar adanya ledakan membuat mereka mengalihkan perhatian.Pendekar tingkat tinggi seperti Patr
"Ayah … bangun … jangan membuatku takut." Li Jianchen menggoyangkan tubuh ayahnya, namun tetap tidak mampu membuat lelaki itu membuka matanya."Ayah … maafkan aku … aku hanya ingin membuatmu sadar … tetapi tidak sampai sejauh ini." Li Jianchen menambahkan. Air mata mengalir di pipinya, menunjukkan kesedihan yang mendalam. Tatapannya kosong, ia benar-benar merasa bersalah atas hal ini.Perlahan, Li Jianchen merasakan seseorang menyentuh bahunya dan itu adalah Lan Xuefeng. "Lan … tolong bantu aku untuk membuka mata ayah. Aku tahu dia hanya bercanda dan sedang marah kepadaku sebab itulah dia tidak ingin membuka matanya."Lan Xuefeng yang melihat kekasih hatinya itu menjadi histeris, ikut merasakan kesedihannya. Namun, ia tidak dapat berbuat banyak sebab Kaisar Li memang sudah meninggal. Lan Xuefeng menggelengkan kepalanya, dan memberikan Li Jianchen pengertian. "Chen … Yang Mulia sudah tiada. Kau tidak perlu berusaha