Home / Horor / Sang Penjelajah Malam / TRAGEDI SEMALAM

Share

TRAGEDI SEMALAM

Author: Miss Dee
last update Last Updated: 2023-03-02 08:54:37

Bab 3: Tragedi Malam Ini

Dikarenakan Putra merasa kecapekan, alhasil perjalanan ini dihentikan. Dia hampir saja pingsan, tapi Kang Arya dan yang lainnya langsung membawa Putra untuk istirahat di bawah pohon. Kebetulan cuaca sedang gerimis, Putra terlihat begitu lelah. Mereka memberikan Putra air mineral, sekarang masalahnya adalah air mineral yang mereka habis tidak ada persediaan.

Mereka membiarkan Putra memulihkan tenaga lewat air dan bekal roti yang mereka bawa. Tak lupa Kang Arya menyuruh Putra untuk banyak-banyak istighfar, karena di sini bukan hanya ada mereka saja. Tapi ada juga makhluk tak kasat mata yang mungkin terganggu dengan kehadiran mereka di sini.

“Bagaimana keadaan dirimu?” tanya Kang Arya.

“Sudah sedikit lebih baik dari sebelumnya,” balas Putra.

“Lain kali jika tidak kuat kau bilang saja. Jangan memaksakan diri, untung saja kita lihat ke belakang. Kalau enggak kau bisa tertinggal jauh di sini,” omel Ryan.

“Iya deh, maaf. Lagian aku pikir tenaga ku akan kembali lagi, tapi ternyata enggak. Mau baca istighfar aja susahnya minta ampun. Makanya aku langsung jatuh, kayak ada yang pegang kaki aku,” sahut Putra.

“Kau benar sudah baikan?” tanya Deny.

“Benar, kita bisa lanjut saja perjalanan ini. Oh iya, kira-kira kita kuat sampai mana ya?” tanya Putra.

“Kita coba saja, mana mungkin kita tahu jika kita tidak mencobanya,” sahut Rendy.

Setelah istirahat sekitar 15 menit, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Melihat keadaan Putra yang baik-baik saja membuat mereka lega, entah apa yang terjadi jika Putra kenapa-napa. Tenaga Putra juga sudah pilih sepenuhnya, Kang Arya tak lupa mengingatkan mereka untuk terus dzikir apapun yang terjadi.

Lama berjalan sayup-sayup terdengan suara dari seorang nenek-nenek seperti sedang menawarkan dagangannya.

Mereka saling pandang satu sama lain, memberikan kode bahwa mereka sama-sama mendengar hal yang sama. Jadi ini bukak salah satu dari mereka saja yang mendengarnya.

“Buah, buah, buahnya dek, buah.” Ryan salah satu peserta Challenge melihat bayangan nenek

Dengan memanggul bakul keranjang di punggungnya. Persis seperti orang jualan pada umumnya.

Teringat dengan saran Kang Arya sebelumnya, yang berpesan agar jangan sampai membeli apapun dagangan mereka dan jangan lupa membuang benda atau apapun yang mereka bawa. Ryan pun seketika membuang koin didalam kantong yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dalam hati Ryan bergidik ketakutan, sambil terus komat-kamit. Segala bacaan do’a ia rapalkan dalam hati dan tampak di bibirnya saat ini.

Bahkan do’a mau makan pun ikut dibacanya. Denny juga mengalami hal mistis yang berbeda, dia seperti diikuti makhluk setinggi lututnya, berwarna hitam yang terlihat berkelebat. Bacaan Dzikir, seperti Istighfar dan Takbir serta surat-surat pendek terus dilafadzkannya sambil bertasbih. Ada bunyi seperti Gamelan, sayup-sayup di telinga terdengar dibalik kabut.

Kelimanya akhirnya memutuskan untuk mendirikan tenda dan bersiap untuk beristirahat di tempat Pasar Setan berada. Putra yang seorang montir bengkel motor itupun mulai menata tenda portable dengan lihai. Rendy pegawai caffe pun turut menyiapkan perbekalan.

Kabut masih tebal diantara riuh ramai aktifitas pasar. Mereka semua bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan berpegangan teguh kepada iman dan taqwa.

“Yuk sholat dulu, Jamak takhir. Di dekat sana ada air terjun, bisa kita pakai mengambil wudhu,“ tegas kang Arya mengomando semua teamnya.

Lokasinya kini di Bupakan Menjangan. Merekapun bersiap memasang kamera di samping tempat sholat. Keanehan pun terjadi saat mereka berlima sedang mengerjakan sholat berjama’ah itu.

Kang Arya sebagai Imam merasa agak sedikit aneh karena dibelakang tengkuknya, terasa seperti sedang ditiup seseorang. Padahal yang lainnya juga sama-sama melaksanakan sholat dan tak bergerak dari tempatanya.

Ia pun Adzan sambil mengangkat-angkat bahunya menahan kedinginan. Keempatnya berbaris tepat dibelakang Imam. Iqomah dikumandangkan oleh Arya. Sedangkan Denny, Putra, dan Rendy menjawab Adzan dan Iqomah dalam hati dengan khusyu’. Usai Imam membaca Alfatihah, do’a selanjutnya yaitu Surat pendek mulai dibacakan. Disinilah letak kengeriannya.

Di belakang mereka seperti yang sebelumnya saya ceritakan, terdengar riuh dan bising suara dari makhluk tak kasat mata seperti sedang ditengah-tengah pasar.Kang Arya yang paling rajin menjadi Imam di Mushola seperti sedang berada di dunia lain. Dia seolah terhimpit oleh udara pekat dan seperti sedang dipantau oleh makhluk lain. Matanya terpejam, dan mulutnya bergetar.

Mereka bersiap membaca do’a selanjutnya, kakinya mulai kedinginan menjalar kebagian atas tubuhnya. Namun keringat mulai mengucur di dahinya. Dengan sedikit ketakutan ia pun meluruskan niat melanjutkan bacaannya.

Meskipun dalam hati selalu mencoba melawan dengan seluruh kekuatannya.

Para Makmum pun meng-Aamiinkan-nya, mengikuti Imam yang berjarak sejengkal dengan mereka.

“Aamiin.” Tiba-tiba ada suara dibelakangnya disertai suara cekikikan,dan ada pula yang berbisik turut menirukan ucapan Imam.

Ada suara perempuan, anak-anak dan laki-laki dewasa. Namun

Seketika ada angin kencang seperti menampar pipi kang Arya.

“Plak!”

Namun kali ini ia sudah tidak dapat berkonsentrasi lagi. Sehingga ia pun hanya mengingat bacaan yang setiap hari dipakainya,yaitu Surat Al-Ikhlas.

“Kul Hu — “ belum sempat ia menyelesaikan bacaannya.Tiba-tiba suara perempuan dibelakangnya terdengar sangat nyaring mengikutinya.

“Kul Hu, hihii,” sahut suara nini-nini itu.

“Kul HuAllahu ahad,” sambung Arya.

Belum sampai bacaan selanjutnya, suara itu pun terdengar kembali menirukan sambil cekikikan. Merasa terganggu, Kang Arya pun perlahan membuka mata.

Suara perempuan yang terdengar sangat jauh dan seperti berada belakangnya itu membuatnya penasaran.

Karena terdorong oleh rasa yang sangat tidak nyaman karena terus diganggu, pelan-pelan mata Kang

Arya terbuka, semakin lebar, bahkan nyaris melotot. Spontan Kang Arya mengucap Istighfar sambil menahan badannya supaya tidak jatuh kebelakang.

Bagaimana tidak mengagetkannya, jarak perempuan yang ia dengar itu seharusnya jauh dari posisinya, namun ternyata berada persis didepannya. Terlihat jelas seperti Makmum yang ikut sholat berjamaah. Memakai atribut mukena yang sudah kecoklatan dan usang. Mukanya seperti nenek-nenek dengan bola mata hitam legam dan giginya yang runcing dan gripis. Terlihat ia sedang tertawa sambil menggerak-gerakkan kepalanya menirukan ucapannya itu.

“Kul Hu, Kul Hu, Kuul Huuu hihiiiiii,” sahut suara nenek-nenek itu menjadi semakin ramai karena diikuti banyak suara lain dibelakangnya. Malam itu adalah Jum’at Kliwon, malam yang keramat bagi dunia mistis.

Apalagi banyak kejadian horor pada malam Jum’at Kliwon.

Tangannya yang ada dibalik kain lusuh itu melambai-lambai. Perempuan tua itu seperti sedang menertawakan bacaan sholat yang sangat ia hafal. Sontak kelima jamaah itu pun bubar. Mereka lari berhamburan tanpa berpikir lagi. Sampailah mereka ke lokasi Warung Mbok Yem.

Beruntung mereka semua selamat. Sampai disana terlihat sangat ramai para pendaki lain yang sedang santai sambil menyeduh kopi, sedikit heran melihat kedatangan mereka. Mereka pun meminta pertolongan ke para pendaki unntuk mengambil barang-barang yang tertinggal sewaktu mendirikan tenda tadi.

“Challenge kali ini gagal Guys,” tandas Arya. Namun tak hanya itu saja, melihat kamera vlog kesayangannya hancur, mereka berempat saling kompak berinisiatif kabur sebelum Kang Arya mengeluarkan jurus tendangan mautnya.

“Hey, mau lari kemana kalian. Ciaaatttt!!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Penjelajah Malam   AMALAN PEMUTUS KARMA BURUK

    Bab 81: Sejauh Manapun Melangkah, Tetap Rindu Rumah Kang Arya, Pak Misdi, dan Adhya saling berpandangan. Tapi kemudian ada yang menyeletuk, "Ya tentu saja bukan Pak Misdi, atau aku!" kelakar Adhya yang selayang pandang mengedarkan ke arah Kang Arya yang tak sadar bahwa ia sedang disindir. "Memang saat ini, melalui berbagai perdebatan panjang itulah, kita juga berharap secepatnya ada yang menyelamatkan nasib teman-teman kita. Meskipun ini semua masih rahasia Illahi." Kang Arya menimpali dengan arah perbincangan bersiap untuk turun. Yang lain spontan ikut bereaksi. Ada yang membetulkan rambut, tas, dan atribut masing-masing sebelum melanjutkan perjalanan yang tak singkat itu. Menebas kotoran di celana dan membetulkan posisi barang bawaan. "Sambil jalan baca-baca, jangan kosong!" Pak Misdi kembali mengingatkan semua anggota team yang menurutnya sedikit lengah karena kondisi fisik dan juga merasa telah menyelesaikan ujian akhir petualangannya. Semuanya tetap diharapkan waspada wal

  • Sang Penjelajah Malam   MENEMUKAN JATI DIRI YANG HILANG

    Bab 80: Akhir Sebuah Keputus-asaan Semuanya kini dihadapkan pada satu keadaan yang sulit, dimana segalanya pasti akan berakhir, seperti saat pertama kali memulai. Segala perwujudan kuasa Sang Khalik yang memaknai perjalanan itu, dimana tak ada detik waktu terbuang percuma untuk menemukan kesejatian diri yang pada awalnya terabaikan. Serupa manusia yang lalai meski juga banyak yang sadar siapa dirinya saat segala rintangan menghadang. Meski waktu yang mereka lalui masih sangat singkat. Perjalanan kali ini semestinya menyadarkan semuanya bahwa mereka berpacu dengan tambahan dinginnya angin di ketinggian ratusan meter diatas laut. Diantara rindang dan desau hembusan angin yang perlahan memasuki kerongkongan mereka setelah sebegitu beratnya digunakan untuk bernafas. Para pendaki Gunung Lawu malam ini sudah sampai ke tempat yang mereka tuju. Dinginnya angin meresap ke dalam pori-pori. Bulan yang tadinya bersinar terang, kini mulai meredup. Suasana temaram yang sangat kental terasa o

  • Sang Penjelajah Malam   HUTANG LELUHUR YANG BELUM TUNTAS

    Bab 79: Kedatangan Sesepuh Ke Lokasi Pendakian"Kata sesepuh lebih baik kita duduk saja. Jangan berbuat apa-apa selain kita bacakan do'a. Biarkan saja si Cahyo begitu, atau kita ikat saja biar tidak lepas!" kata Adhya pada Agung. Mereka membuat satu keputusan ditengah kegentingan situasi itu. Sesepuh mereka yang memberikan saran seperti itu sebelumnya.Tak banyak bicara, Edi segera mengambil tali yang ia bawa dalam backpacknya. "Diikat dimana memangnya? Jangan bikin masalah lagi pokoknya, nanti bisa-bisa kita semua disini yang kena resikonya!" keluhnya meski tetap akan ia lakukan saja apapun yang bisa ia lakukan."Santai saja lah, yang penting Cahyo tidak lepas. Kan kita jadi capek kalau memegangi dia terus menerus!" balas Adhya.Mereka langsung membawa Cahyo dengan sedikit kesulitan lalu mengikat tangannya kebelakang badannya agar tidak banyak memberikan perlawanan yang pastinya membuat semuanya harus kerja keras lagi nantinya.Cahyo masih dalam kondisi tak sadar, seperti pada fase d

  • Sang Penjelajah Malam   KEMUNCULAN JIN BERWUJUD ULAR

    Bab 78: Kerasukan Saat Pencarian Tondo dan WildanSaat ini, Kang Arya sesekali melihat Ki Sapta Aji tepat di sampingnya. Betapa kehadiran Ki Sapta Aji sangat penting perannya, membuat perjalanan mereka tak lagi begitu melelahkan. Tenaga yang ia habiskan takkan percuma lagi.Kehadirannya seakan menambah energi baru, layaknya sinar matahari yang datang setelah hujan badai dan petir.Impas membayar segala komitmen dan kerja keras yang telah maksimal mereka kerahkan, bahkan sampai berkorban segalanya.Team SAR kedua akan datang dari arah Selatan, sedangkan team SAR pertama berhasil menemukan jejak kaki ketiganya yang terlihat sangat jelas seperti baru saja dilalui oleh pendaki.Agung selaku ketua, mendapati jejak di atas tanah. Ia menyalakan senternya lalu berkata, "Tunggu, apa kita harus mengikuti arah jejak ini?"Beberapa dari anggotanya spontan ikut melihat, dan tampaknya mereka juga memikirkan hal yang sama."Itu tandanya kita selangkah lebih dekat untuk menemukan mereka, ayo berpencar

  • Sang Penjelajah Malam   SEMUA RENCANA BERUBAH BENCANA

    Bab 77: Bertemu Dengan Ki Sapta AjiKang Arya kembali menjelaskan, khawatir mereka tidak paham saat melewatinya. Seperti saat mereka mengacaukan pertemuannya dengan Eyang Prabu. Meskipun itu bukan disengaja, tapi setidaknya kali ini sudah bisa diantisipasi. Wujud yang tak tampak pastilah sangat menyulitkan mereka yang tak peka. Seperti menuntun orang buta, meski kenyataannya kondisi mereka malah senormalnya manusia."Gerbang itu hanya berjarak satu meter saja, tapi wujudnya sebenarnya sangat luas. Jadi pas nanti ada dua batuan besar, disitu tempatnya. Tapi kita harus melewatinya dengan mata tertutup. Dan jangan lupa, baca do'a dalam hati!" perintah Kang Arya. Ia mencoba membuat dua rekannya patuh padanya dengan sedikit memprovokasi dengan menutup mata."Terus, kalau kita mengintip saja boleh nggak?" protes Tondo yang selalu antusias menginterupsi. "Kalau merem, takut salah masuk," lanjutnya tanpa menoleh lagi. Ia ingin mengambil peran selama perjalanan itu."Kita berbaris, aku yang di

  • Sang Penjelajah Malam   MEMASUKI GERBANG SELATAN

    Bab 76: Mengungkap Wujud Asli Eyang PrabuTentu saja, Kang Arya mengambil langkah panjang seperti setengah berlari. Meninggalkan mereka yang saling terpaku dan berpandangan. Tondo memberi isyarat pada Wildan sembari mengedikkan bahu dengan perasaan bercampur aduk antara mengikutinya atau tidak.Dalam pikiran Tondo saat ini, ia merasa Kang Arya sangat bersikeras dan tidak main-main. Semua itu karena waktunya semakin mendesak untuk terlalu berbicara bertele-tele dan harus mengambil keputusan itu secepatnya.Hal yang juga ada dalam benak Wildan, sesuatu terasa berbeda ia rasakan sebelumnya dari seorang leader itu. Semangat Kang Arya yang tadinya tampak meredup, telah kembali. Sudah sepatutnya ia senang, meski dibaliknya ada rasa takut yang sedikit banyak mendera pikirannya.Takut jika suatu saat Kang Arya berubah lebih jahat ketika kembali terbentur kekecewaan saat yang datang ternyata hanya sebuah kegagalan untuk kesekian kali.Tondo mengedipkan matanya, membuat isyarat pada Wildan, dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status