Dengan gusar pria itu mengepalkan tangannya, ia tak sanggup untuk bercerita."Suatu saat, kau akan tahu bagaimana kisah pernikahan kamu," pelan Jovan kemudian.Jono mengangguk, menerima ucapan ulang ayah."Jono, aku adalah ayahmu, aku berharap kau bisa menggantikan posisiku karena aku sudah tidak muda lagi, kau harus bersedia?" kata Jovan menegaskan."Aku butuh waktu untuk memikirkannya." jawabnya.Hal itu tentu saja membuat Jovan sedikit kecewa"Terserah padamu, tapi aku tidak bisa menunggu lama," katanya kemudian. "Selain itu kau harus melakukan operasi mata supaya keadaan matamu kembali sempurna.""Tidak, itu tidak diperlukan lagi.""....""Aku membutuhkanmu sebagai seorang ayah, itu sudah lebih dari cukup bagiku.""Apakah karena istrimu?" tanya Jovan ragu.Jono terdiam. Berbicara soal istrinya melukai harga dirinya. Kilatan kebencian jelas terlihat di wajah putranya sehingga Jovan meras
Hahaha, sangat mudah ternyata."Aku ingin mobil dengan atap terbuka," katanya kemudian."Baik, Pak. Saya akan segeralah membawa mobil itu untuk bapak.""Hei, apa kau bercanda?" tiba-tiba Jono merasa ragu lagi."Maaf?""Apa kau sungguh mengabulkan mobil itu?""Tentu, Pak.""Hahaha, baiklah, bawakan untukku."Rasa tak percaya dan juga bahagia bercampur aduk dalam pikirannya. Ia benar-benar merasakan enaknya menjadi kaya raya sekarang ini. Lalu iapun menyusut darah yang mengalir di sudut bibirnya."Winda, Desta, kalian akan membuatku seperti ini, aku tidak akan melepaskan kalian berdua," katanya dengan mengepalkan tangannya.Setelah bangkit dan membersihkan diri, sekarang ia menunggu ucapan dalam percakapan di ponsel itu terbukti. Dan ternyata benar, tak lama kemudian sebuah mobil berwarna hitam pekat sudah berada di pekarangan rumah dengan seorang sopir."Selamat siang Pak Jono, mob
Hanah tak perduli, dia masih penasaran dengan lelaki itu."Serius, aku kecewa dengan selera kamu Hanah. Coba pikirkan level kamu dengannya, bahkan aku tidak mengira dia membayar berkuliah di sini. Bisa saja dia cuma siswa penerima bantuan.""Terserah kalian mau bilang apa, aku kan cuma penasaran, kenapa kalian ribut?""Enggak Han, kamu itu tertarik sama tuh cowok."Hanah menggigit bibirnya, "Dia sudah beristri, aku bisa apa," lirihnya nyaris tak terdengar.Sementara itu Jono melenggang ke area kampus dengan tenang. Saat itu ia melihat seorang gadis yang cukup di kenalnya berada di sudut ruangan."Laila?" gumamnya keheranan. "Apa dia sungguh berkuliah di sini?"Gadis itu masih fokus dengan penjelasan seorang dosen di depan kelas. Tentu saja Jono sangat terkejut melihat Laila yang dulu bekerja sebagai pelayan di rumahnya berada dalam satu ruangan dengannya.Beberapa menit kemudian dosen sudah selesai dengan mata k
Wiliam masih diam memperhatikan Jono.Ia tidak melihat Jono datang sebagai pengacau. Bisa jadi Jono memanglah kerabat istrinya."Kalau begitu, kita adalah orang dekat. Maaf karena aku tidak mengenalmu," kata Wiliam merendah."Bagus. Tapi aku memintamu untuk membatalkan kerja sama dengan Gress korporasi, bukankah perusahaan itu tidak terlalu bagus untukmu?"Gress adalah perusahaan milik Desta, perusahaan tersebut sedang devisit dan nyaris tumbang karena kekacauan manajemen."Tapi... bagaimana kau bisa tahu soal itu? Aku bahkan belum memutuskan apapun."Jono tertawa tanpa suara, ia juga tahu perusahaan Wiliam dalam kondisi pailit. Bagaimana dia bisa tahu? Ah, apa susahnya jika memiliki banyak uang? "Putuskan saja sekarang, lalu jual perusahaanmu padaku, beres bukan?"Mendengar hal itu Wiliam malah heran sekarang. Air wajahnya berubah merah padam. Tersinggung."Jangan percaya, sayang. Dia cuma orang miski
Hati Winda meremang, ia merasa Jono telah menipunya selama ini. Ini sangat tidak adil karena hidupnya sangat sengsara waktu itu."Mas, apa semua ini nyata?" Winda mengejar langkah Jono yang menuju gerbang sementara pengawal masih mengekor di belakang Jono.Jono meliriknya sekilas, dia hanya melihat seujung kuku, seolah tak pernah mengenalnya."Mas, jelaskan padaku, kau sengaja menyembunyikan kekayaanmu supaya aku tidak memintanya darimu? Apa sih tujuanmu sebenarnya?!" ujarnya dan menarik ujung kemeja yang dikenakan Jono.Tak ayal lagi Jono tidak bisa melanjutkan langkahnya. Ia terhenti karena tarikan Winda."Kau siapa berani bertanya tujuanku? Kalau memang seperti itu, bukankah lebih menyenangkan kamu? Kita sudah bebas sekarang, menikah saja dengan Desta, jangan urusi hidupku!""Mas! Kau harus membayar kesalahanmu karena menipuku!" teriak Winda, tapi Jono sudah tidak menggubrisnya.Desta juga bisa melihatnya, melihat bag
Jono diam, ia memang sedang kesal karena ayahnya membahas soal pernikahan. Masalah ibunya memang bukan salah ayahnya sepenuhnya, tapi biar saja ayahnya merasa disalahkan sekarang ini."Ibumu, apa yang kau dapatkan?" lanjut Jovan kemudian. "Tidak banyak, dia ada di Jakarta ini, tapi mungkin tidak baik-baik saja."Tangan Jovan mulai gemetaran mendengar kabar istrinya tidak baik-baik saja. Ia takut wanita itu lebih menderita lagi."Itu semua salahku, seharusnya aku bisa melakukan sesuatu untuk membawanya jauh dan tidak ditemukan.""Ayah, masa lalu tidak lagi penting saat ini. Bagaimanapun caranya aku pasti akan menemukan ibu, ayah tidak usah berpikiran semacam itu dan menyalahkan diri sendiri."Sejumput air bening menyembul di sudut mata yang mulai kentara garis keriputnya, hati Jono menjadi sesak melihat ayahnya bersedih.Ia mulai menyesal sekarang, hati ayahnya yang selembut sutra menjadi luapan kekesalannya tadi."A
Jono merenungi ucapan Hanah.'Manusia memang bisa cepat berubah,' batinnya. Tapi Laila adalah gadis baik yang selama ini dikenalnya, mana mungkin melakukan sesuatu yang tidak bermoral?"Dimana aku bisa menemuinya dalam keadaan seperti itu? Seperti yang kamu katakan?""Itu mudah. Dia selalu ada di klub Fantasia, bahkan banyak seusia Laila yang lebih cantik dan aduhai di sana. Kenapa? Kau penasaran?"Jono gugup. Penasaran? Tentu, tapi bukan karena mau melakukan perbuatan amoral. Akan tetapi ia butuh menolong Laila jika diperlukan.Tidak seharusnya Laila berada di tempat seperti itu.Ia mulai terluka mendengar kisah ini, ia tidak bisa menerimanya!"Jonathan, apakah kau mau menemui Laila di klub Fantasia?"Jono terkejut, bukan urusan Hanah bagaimana ia menemui Laila."Tidak, tentu saja tidak. Bukankah itu tempat terkutuk? Aku bukan penggemar sebuah klub yang tidak berguna."Hanah terkekeh, ia berpikir Jono
Hanah mematut dirinya di cermin. Iapun melepaskan dua giwang yang berderet di telinga kanan kirinya. Ia akan merubah sedikit penampilan urakan dan tomboi nya dengan penampilan yang lebih feminim."Kalau rumor itu benar, artinya aku masih memiliki kesempatan untuk mendekati dia," lirihnya berbicara dengan dirinya sendiri di cermin.Ada salah seorang temannya mengatakan bahwa Jono adalah seorang duda. Jadi tidak benar Jono adalah seorang pria yang beristri.Hanah juga merapikan potongan rambutnya lalu memoles sedikit lipstik berwarna jambu di bibir tipisnya.Saat melihat ayahnya masuk, ia mengembangkan senyum pada ayahnya."Hanah, ayah harus pergi, bisakah kau menemui Tante Bianca sendirian?"Hanah langsung cemberut, ia tahu hal itu harus membuatnya bertemu dengan Leo si bodyguard es itu lagi."Ayah, Tante Bianca selalu memintaku mengobrol dengan Leo, padahal ayah tahu Leo seperti apa?"Jovan tertawa lebar. Sebena