Home / Fantasi / Sang Pewaris Tahta / 006 | Sihir Pelindung

Share

006 | Sihir Pelindung

Author: Reidhika
last update Last Updated: 2023-07-05 17:04:10

Ailfrid masih terus menatap bebatuan kristal di bawah sana. Ia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan. Nekat mendekat hanya akan mengantar nyawanya secara sukarela, tapi kalau hanya diam dan tidak melakukan apapun, ini hanya akan jadi hal yang sia-sia. Ia tidak tahu sihir macam apa yang digunakan untuk mengurung makhluk itu. Bisa saja sihir hitam, atau malah sihir suci. Yang manapun sama berbahayanya kalau ia tidak tahu apapun.

Belum lagi jika di sekelilingnya dipasangi sihir pelindung agar tidak ada seorang pun yang bisa mendekat—untuk yang ini mungkin ia masih bisa sedikit melakukan sesuatu, walau tidak yakin dengan hasilnya. Tapi setidaknya ia jauh lebih berpengalaman soal sihir pelindung dibandingkan dengan jenis sihir yang lain.

'Setidaknya, kalau ingin memberikan informasi jangan setengah-setengah, sialan. Diam seperti orang bodoh seperti ini, aku yakin kalau dia akan melihat ini seperti sesuatu yang menggelikan,' batin pemuda berambut coklat itu.

Ailfrid berusaha mengingat kembali isi surat yang sempat diterimanya beberapa hari yang lalu. Tapi berapa kalipun berusaha hanya keterangan yang menunjukkan tempat dan apa yang dikurung yang seingatnya tertulis di sana. Tidak ada penjelasan lain bahkan yang mungkin tersembunyi dengan sihir sekalipun, mungkin juga menghindari hal buruk jika si pengantar surat mendadak mengalami kesulitan di tengah jalan. Entah itu cuaca yang buruk, atau dengan kemungkinan bahwa pihak kerajaan akan mengetahui perbuatan mereka.

"Kita mendekat?"

Ailfrid tidak yakin, tapi memangnya apa lagi yang harus dilakukan? Diam, atau kembali ke kota jelas bukan opsi yang ingin dipilihnya, sekalipun ingin. Tidak, sejujurnya ia sempat sedikit ragu ketika sampai di tempat ini, walau ia beberapa kali menepis pemikirannya itu. Kalau seperti itu akan lebih baik jika sejak awal ia tidak perlu melakukan ini, nikmati saja berkeliling dunia, toh seharusnya apa yang terjadi di Aldrand sudah bukan lagi urusannya.

Satu-satunya yang bisa mereka lakukan hanyalah maju. Mati atau selamat, berhasil atau gagal. Hanya di antara pilihan itu saja. Yang manapun, semuanya hanya akan mengarahkan mereka pada sesuatu yang lain yang lebih berbahaya.

"Kau gila?"

Ada sebuah sihir yang pernah diingatnya dulu, ketika mempelajarinya secara diam-diam di perpustakaan istana. Sihir untuk membuka tabir, semacam sihir dimana ia bisa membuat sihir yang dibuat untuk tidak terlihat menunjukkan wujudnya. Tapi kemungkinannya untuk berhasil tidak banyak. Ia pernah menggunakannya sekali dulu, dan berhasil. Tapi setelahnya tidak pernah lagi ia gunakan. Tidak terlalu berguna, dan justru karena keberhasilannya waktu itulah yang membuatnya ada di posisi sekarang.

"Ada semacam sihir yang bisa membuat sihir yang tidak terlihat seperti ini menampakkan wujudnya. Aku tidak tahu apa ini akan berhasil, atau berapa lama akan bertahan," Ailfrid merentangkan kedua tangannya di depan, "jadi, selama aku berusaha mengingat pola sihirnya atau ternyata sihir yang kulakukan ini ternyata berhasil, tolong perhatikan tempat ini dengan baik dan ingatlah bagian yang menurutmu mencurigakan."

"Kau pernah berhasil menggunakan ini?"

"Seingatku, pertama dan terakhir kali aku menggunakan ini ketika umurku masih dua puluh satu tahun—dan ajaibnya, berhasil. Jadi doakan saja keberuntungan itu masih menyertaiku."

Seth ingin protes, tapi pemuda di sampingnya ini telah lebih dulu fokus pada pola sihir yang mulai terbentuk. Pola sihirnya seharusnya tidak terlalu rumit, tapi karena ia tidak pernah lagi menggunakannya, akan butuh waktu bahkan untuk mengingat polanya saja. Waktu tiga tahun bukan waktu yang singkat, secerdas apapun, bahkan jika tidak pernah lagi digunakan orang akan dengan mudah melupakannya, apalagi ia yang baru pernah menggunakannya sekali saja. Mau tidak mau, vampir berambut pirang itu akhirnya mengalihkan tatapannya pada cekungan.

Lingkaran sihir dengan cahaya berwarna biru muda itu mulai terbentuk di udara. Ukiran-ukiran rumit membentuk gambar dan huruf rune mulai terlihat. Ailfrid memilih yang paling sederhana, karena jika berdasarkan apa yang pernah dibacanya ada beragam tingkatan untuk sihir semacam ini. Dan yang paling sederhana, kemungkinan hanya bertahan selama beberapa detik saja. Tapi penglihatan vampir itu cukup tajam, itu saja sudah cukup. Selebihnya, ia hanya tinggal mempercayakannya pada Seth saja.

Cahaya dari lingkaran sihir itu perlahan semakin terang, dan dengan sekali hentakan tangan energi sihirnya seperti menghempas dinding tak terlihat yang seolah menyelubungi tempat itu.

Iris merah pemuda vampir itu terbelalak, "Apa-apaan ini?"

Cekungan yang tadinya terlihat tandus itu kini diselimuti oleh kabut hitam. Saking pekatnya, tidak ada apapun yang bisa terlihat dalam jarak pandangan mereka. Tapi anehnya, kabut itu hanya berkumpul di dalam cekungan itu saja, hutan di sekelilingnya seperti tidak terpengaruh sama sekali, seolah antara hutan dan cekungan lebar itu berada di dunia yang berbeda.

"Ini... sihir hitam?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Pewaris Tahta   018 | Bocah laki-laki di kota yang terbengkalai

    Menjadi pengamat itu terkadang rasanya menyebalkan. Ia memperhatikan banyak hal, melihat banyak hal, dan menyadari banyak hal. Tapi kesemuanya itu tidak selalu sesuai dengan dugaannya. Ingin bertanya untuk memastikan, tapi ia sendiri harus memastikan banyak hal hanya untuk bertanya satu. Terutama sekali kondisi yang terlihat tidak memungkinkan sekalipun ia sudah memastikan banyak hal.Ailfrid bisa bertanya pada Arian soal dirinya, tapi itu sama saja dengan keharusan untuknya membuka identitas aslinya. Freya bukan orang bodoh, gadis itu tentu saja masih mengingat secara detail apa yang terjadi kemarin. Salah bertanya hanya akan membawanya kembali pada topik mengenai pangeran kedua yang disinggung oleh si pencuri.Mengajaknya keluar dari kompartemen?Hanya akan menimbulkan kecurigaan lebih jelas. Seth tidak masalah sebenarnya, tapi melihat bagaimana reaksinya terhadap Arian, salah bicara mungkin akan membawanya pada masalah lain yang tidak diketahuinya.Terlalu banyak berpikir hanya aka

  • Sang Pewaris Tahta   017 | Arian Bashkim, atau haruskah kita panggil dia... si pencuri?

    Stasiun kereta kota pelabuhan terlihat lengang. Bangunan tua dengan warna coklat tua yang mendominasi itu tidak terlalu besar, orang-orang pelabuhan jarang menggunakan kereta untuk bepergian karena jadwal yang sedikit jarang.Ketiga orang itu masih berdiri di depan pintu masuk, dengan Ailfrid yang berdiri di antara Seth dan Freya.'Ini buruk? Aku tidak pernah melihat mereka saling berbicara selain waktu pertama kali bertemu di penginapan, tapi kenapa mereka seperti sedang perang dingin begini?'Freya memang tidak menunjukkan raut wajah terganggu, tapi dengan minimnya interaksi mereka dan juga gadis itu yang tidak berusaha untuk berbicara dengan Seth, ia sudah cukup mengerti. Lain dengan Seth. Vampir itu jelas menunjukkan rasa tidak sukanya.Ailfrid menghela nafas untuk yang kesekian kalinya hari ini. Jangankan mengkhawatirkan apa yang ada di Lugh, sejak awal ia tidak yakin ini akan berjalan lancar.Pemuda berusia dua puluh empat tahun itu

  • Sang Pewaris Tahta   016 | Dua Sisi

    Scott berdiri di depan pintu berukuran besar berwarna putih gading. Ia masih belum ingin beranjak dari tempatnya. Dua pengawal yang berdiri di samping kiri dan kanan pintu hanya menatapnya sekilas, tapi tidak berani untuk bertanya—tidak, jangankan bertanya, mereka tidak sanggup bahkan hanya untuk mengeluarkan suara sedikitpun. Keduanya lebih memilih untuk menatap lantai marmer di bawahnya.Aura yang dikeluarkan oleh putra mahkota memang tidak pernah bersahabat, tapi yang kali ini jauh lebih buruk dari itu. Mereka sudah terbiasa, setiap kali menginjakkan kaki di istana utama, mood sang putra mahkota selalu berubah menjadi lebih buruk dari biasanya, apalagi jika bertemu dengan sang raja. Satu-satunya yang bisa membuatnya sedikit melunak hanya keberadaan perdana menteri.Ia menarik nafas. Tangan kanannya terjulur, membuka perlahan pintu besar itu. Ruangan di baliknya adalah ruang kerja sang raja. Perlahan ia melangkah masuk, setelah sebelumnya mengatur ekspresinya men

  • Sang Pewaris Tahta   015 | Scott Rodrick Hargreaves

    Pemuda berambut merah itu menghela nafas, kedua tangannya melipat selembar kertas berukuran kecil yang sedari tadi dilihat olehnya, sebelum kemudian merobeknya menjadi ukuran kecil. Serpihan-serpihan kecil itu dibiarkannya berjatuhan di atas meja. Seberkas cahaya berwarna kemerahan muncul dari tangan kanannya dan robekan kertas tadi perlahan terbakar hingga menjadi abu, lalu menghilang begitu saja.Burung elang berbulu coklat yang masih bertengger di jendela itu menatapnya dalam diam, lalu terbang menjauh. Tugasnya sudah selesai, setidaknya untuk sementara ini.Tok tokSuara ketukan pada pintu mengalihkan perhatiannya, lalu suara seorang lelaki paruh baya terdengar. “Putra Mahkota, Yang Mulia Raja ingin bertemu dengan anda di ruangan kerjanya.”Ia mengusap wajahnya dengan kasar, hembusan nafas berat terdengar setelahnya. Ia benci dengan situasi ini. Dari sekian banyak hal yang tidak disukainya, berada dalam satu ruangan dengan sang ayah adalah sal

  • Sang Pewaris Tahta   014 | Kota yang dibuang dan cerita tentang Empat Harta

    Freya menatap kedua orang di depannya dengan ragu. Ia sejujurnya tidak terlalu mengetahui soal Lugh. Hanya sekilas dijelaskan dalam sejarah yang pernah dipelajarinya beberapa tahun yang lalu, yang dulunya pernah menjadi kota pertanian yang cukup makmur di Riodora sebelum akhirnya dihapus dari peta. Selebihnya, tidak ada seorang pun di istana yang bersedia menjelaskan lebih lanjut soal Lugh, seolah ada yang sedang berusaha mereka tutupi.“Jadi…” Ailfrid bersandar pada jendela, sedangkan Freya duduk di salah satu kursi yang ada di sana, “kotanya hilang? Hancur? Atau sudah tidak berpenghuni?”Apa yang sudah pernah dibacanya terlalu jauh berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh Freya. Ada pesan lanjutan dari apa yang diterimanya ketika masih di Rockfell, tentang tujuan yang mengharuskan mereka menuju Lugh.Sebuah kota kecil di kaki gunung, nyaris dikelilingi perbukitan dan dibelah oleh sebuah sungai panjang. Satu-satunya cara menuju ke sana adalah dengan mengg

  • Sang Pewaris Tahta   013 | Kota Lugh

    “Pangeran… kedua? Apa maksudnya?” Freya adalah yang pertama mengeluarkan suara, keheningan itu sedikit mengganggunya, tapi apa yang dikatakan oleh pencuri tadi jauh lebih mengganggunya.Mathias menoleh pada sang putri, lalu mengalihkan tatapannya pada pemuda berambut coklat kemerahan di sampingnya. Laki-laki bertubuh jangkung itu menghela nafas pelan. Ia sudah menduga banyak hal—bahkan hanya dalam waktu beberapa saat ia berada di sini. Tapi bukan haknya untuk mengatakan apapun, toh itu bukan urusannya. Selama tidak mengganggu ketentraman di Riodora, ia tidak peduli.“Tuan Putri, ini sudah saatnya anda kembali. Kakak anda mungkin saja sudah mengacau di istana.”Ia tidak membual untuk yang satu ini. Sang raja adalah orang yang bijaksana, walau agak kaku. Tapi ia orang yang pengertian. Hanya saja di luar dari urusan kerajaan, sayangnya orang itu juga seorang kakak—yang protektif, kalau perlu ditambahkan. Bukan sesuatu yang aneh, mengingat mereka berdua hanya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status