Home / Urban / Sang Pewaris Terkaya / Bab 6 - Dering Telepon

Share

Bab 6 - Dering Telepon

Author: Banin SN
last update Last Updated: 2023-09-05 12:02:38

Henry mengikuti staf rumah sakit yang sedang mengantarnya ke kamar VIP tempat Lily berada. Sebelumnya, Henry telah meminta kamar yang terbaik yang dimiliki rumah sakit tersebut, dengan fasilitas yang jauh lebih lengkap tentunya.

Setelah dua tahun mengajak Lily hidup dalam kesulitan, kali ini dan seterusnya, Henry berjanji akan memberikan yang terbaik untuk istrinya yang setia.

"Tuan Muda, ini adalah kamar baru untuk istri Anda. Kami telah menyiapkan fasilitas terbaik dan obat-obatan terbaik yang kami punya. Setiap pagi dokter akan datang untuk memeriksa kondisi istri Anda. Jika Anda membutuhkan sesuatu, silakan tekan bel di sini maka perawat akan datang ke sini dengan segera," ucap pria itu menjelaskan sekilas tentang ruangan VIP terbaru yang ditempati Lily.

Henry mengangguk. "Terima kasih banyak atas bantuanmu."

"Kami merasa bersyukur karena Anda bersedia memaafkan kesalahan kasir kami sebelumnya. Kami juga merasa terhormat karena anda berkenan mempercayakan kesembuhan istri anda di rumah sakit ini.”

Henry mengangguk tersenyum demi membalas kesopanan pria itu. Pria tersebut pun berujar lagi, “Jika tidak ada yang bisa saya bantu lagi, maka saya kembali,” ucap pria itu sambil membungkuk dengan hormat.

“Kau bisa pergi sekarang. Sekali lagi, terima kasih.”

Itu adalah untuk pertama kali dalam hidupnya, Henry merasa dihormati dan diperlakukan dengan baik oleh orang lain. Henry teringat saat ia berjalan menuju ke ruangan VIP, para perawat dan staf rumah sakit membungkuk kepadanya untuk memberi penghormatan. Itu adalah sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelum hari itu.

Selepas kepergian atasan si penjaga kasir, Henry mendekati tempat tidur Lily. Dia melihat istrinya sedang terlelap tidur. Perlahan, dia mengelus rambut Lily dengan lembut.

"Sayang, aku berjanji bahwa mulai sekarang aku tak akan membuat hidupmu sulit dan tak akan membiarkan orang lain merendahkanmu lagi. Untuk orang-orang yang pernah menghina dan merendahkanmu, kita bisa membuat mereka mendapatkan pelajaran yang berharga," bisik Henry di telinga Lily. Meskipun Lily tak mungkin bisa mendengarnya, Henry cukup puas bisa mengatakan semua itu kepada Lily.

Memandangi wajah teduh Lily, Henry bisa melihat ada kesedihan besar yang tersembunyi dengan rapi di sana. Sejenak, Henry tersenyum getir antara bahagia, sedih, dan terharu. Bagaimana bisa perempuan secantik itu tetap bersedia hidup susah dengan dirinya demi mempertahankan cinta dan komitmen.

Saat itu, Henry tetap duduk di samping tempat tidur Lily sembari mengelus rambut Lily dengan lembut, membayangkan betapa banyak hartanya saat ini, Henry sebenarnya tak sabar untuk mengajak Lily bersenang-senang.

Tak lama berselang, Lily terbangun. Perempuan itu terkejut karena saat ini berada di kamar yang teramat mewah yang tentu saja seharusnya itu mustahil terjadi padanya. Lily melemparkan pandangan curiga pada Henry.

"Sayang, katakan sejujurnya, kita ada di mana?" tanya Lily segera, "ini bukan kamar biasa. Henry, bukankah ini mirip seperti fasilitas ruang VIP?"

Henry mengangguk. "Iya, Sayang, saat ini kau berada di kamar VIP. Kau tidak perlu khawatir tentang semuanya, keadaanmu akan membaik segera. Aku berjanji jika kau sudah sehat, kita akan mencari rumah baru yang lebih sesuai untuk kita tinggali."

Lily mengamati suaminya dengan penuh kebingungan. "Apa maksudmu? Kita berdua sama-sama tak punya uang. Dan, bagaimana kita akan membayar tagihan rumah sakit ini? Ini kamar VIP, ingat?! Kau pasti tahu tarifnya akan sangat mahal dibandingkan dengan kamar biasa. Atau... apakah Albert Brown yang memindahkanku ke kamar ini? Apakah dia meminta sesuatu sebagai imbalan, begitu?" Lily berbicara panjang lebar sebagai imbas dari kegugupan dan kebingungannya yang melebur menjadi satu.

Henry menggelengkan kepala lalu tersenyum demi menenangkan rasa gelisah Lily yang seolah tumpah ruah. "Lily, percayalah padaku. Aku yang menciptakan semua keajaiban ini, tentu saja dengan bantuan orang baik yang Tuhan kirimkan untuk menyelamatkan kita. Tenangkan dirimu, kita akan baik-baik saja," pintanya.

Lily mengangguk. "Tentu saja aku percaya selalu percaya padamu. Tapi, sepertinya sulit untuk yang satu ini. Henry, ini semua mustahil!" ungkap Lily berterus terang.

Henry teringat ucapan Oliver Wood yang memintanya untuk merahasiakan terlebih dahulu statusnya sebagai ahli waris The Great James. Maka, untuk saat ini, dia juga berencana untuk tidak berterus terang kepada Lily mengenai hal itu.

"Lily sayang, aku dibantu oleh salah satu teman lama ayahku yang sudah meninggal. Kebetulan, aku baru saja bertemu dengannya dan dia memberi bantuan yang luar biasa besar," ucap Henry lalu ia mengatakan bahwa mendiang ayahnya memiliki teman yang teramat baik dan teman tersebut merasa berhutang budi sehingga kali ini membalaskan budi kepada Henry.

Lily mengerutkan dahi, cerita dari Henry terbilang cukup masuk akal meski dalam beberapa bagian, ia merasa ada yang janggal. “Mengapa dia tak membantu kita sejak dulu?" tanya Lily penasaran.

Dua tahun ini, Lily dan Henry memasuki masa-masa terburuk di hidup mereka, dan, selama itu juga tidak pernah ada siapa pun yang membantu mereka. Jadi, rasanya sedikit janggal jika tiba-tiba Henry mendapat bantuan dari seseorang yang dia katakan sebagai teman ayah kandungnya yang sedang membalas budi. "Kau tidak bohong padaku, kan? Sayang?" tanya Lily memastikan.

Henry mengambil napas dalam-dalam lalu menatap istrinya. "Aku akan memberitahumu cerita yang lebih lengkap, tapi nanti. Untuk saat ini, cukuplah gunakan hati nuranimu untuk menilai kejujuranku," pinta Henry dengan senyuman lembut yang nyaman dilihat mata.

Selama beberapa saat, Lily menatap mata suaminya. Ia tak melihat tanda-tanda kebohongan di sana.

Lily masih ingin bertanya, tapi Henry terlebih dahulu memeluknya. "Mulai hari ini aku akan membayar semua pengorbanan yang kamu lakukan demi membela cinta kita."

Lily, yang merasa sangat nyaman dalam pelukan suaminya, tampak menggeleng pelan namun dengan senyum hangat. "Kamu adalah suamiku, aku tidak pernah merasa seperti aku mengorbankan apa pun untuk bisa hidup denganmu. Tak ada yang perlu kau bayar, sayang," katanya dengan lembut.

Ketika keduanya masih menikmati kebersamaan mereka yang hangat, tiba-tiba ponsel Lily yang tergeletak di atas meja berdering. Henry menatap layar ponsel milik istrinya, sebuah senyum kecut tampak menghiasi wajah Henry, membuat kening Lily berkerut dan bertanya,

"Siapa yang menelepon?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Herson Henukh Mezeveo
keren banget ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Pewaris Terkaya   Bab 5 "Suami Hebat yang Menyamar"

    Akhirnya, hari pernikahan antara Daisy Miller dan Richard Forger telah tiba. Andai bukan keluarga Miller, mungkin persiapan pernikahan tak mungkin bisa usai hanya dalam waktu tiga hari. Tapi, semua bisa diurus dengan uang dan koneksi. “Daisy! Ingat, jaga suamimu baik-baik. Aku tak ingin dia membuat malu seluruh keluarga kita. Kalau memang dia melakukan hal-hal bodoh, kau harus menanggung semuanya sendiri dan tak boleh melibatkan kami semua!” Sandra memberi pesan pada Daisy beberapa saat sebelum mereka memasuki gedung pernikahan. Daisy mengangguk lantas menatap calon suaminya. “Richard, kau dengar itu? Kau harus jaga sikap. Pernikahan ini dihadiri oleh kolega-kolega kakekku. Mereka semua orang penting dan kau tak bisa asal bersikap.” Kala itu, Richard tampak menunjukkan sikap gelisah. Seperti ada sesuatu yang ia tahan. Karena semua pandangan tertuju pada Richard, Richard akhirnya tak memiliki alasan untuk tak menyembunyikannya. Richard menarik napas dalam sebelum akhirnya membuat pen

  • Sang Pewaris Terkaya   Bab 4 "Suami Hebat yang Menyamar"

    Teleconference dengan James Miller telah usai. Selain memutuskan untuk menggelar pernikahan tiga hari ke depan, James Miller juga meminta Sandra untuk memberikan kamar untuk Richard. James berkata, mulai dari hari itu, Richard Forger telah menjadi bagian dari keluarga Miller meski pernikahan resmi baru akan digelar tiga hari mendatang. “Daisy! Karena dia akan menjadi suamimu, kau yang harus mengurus keberadaannya di sini!” Sandra memerintahkan Daisy untuk membawa Richard ke kamar di lantai dua kediaman keluarga Miller. Daisy mengangguk lesu sementara Richard berbasa basi berterima kasih kepada Sandra. Ketika keduanya berlalu pergi, Sandra memijit keningnya berkali-kali. “Oh… Daisy sudah cukup sering membuat keluarga Miller kehilangan muka. Sekarang dia dijodohkan dengan pria payah seperti Richard. Sial, aku akan lebih bahagia andai Daisy bukan cucu kandungku.” Mendengar ibunya mengeluh dan bersedih, Nancy datang dan menepuk-nepuk pundak Sandra. “Ibu, tenang, kita masih memiliki Bel

  • Sang Pewaris Terkaya   Bab 3 "Suami Hebat yang Menyamar"

    Richard Forger menelan ludah, ia tak menduga jika gadis muda yang baru saja mempersilakannya masuk kini mendapati masalah karena dirinya. “Nona, aku memiliki kartu…” Richard berniat menjawab tudingan Bellatrix terhadap Daisy tetapi Bellatrix segera mengacungkan telunjuknya tepat ke jidat Richard. “Damn! Siapa yang memberimu izin untuk berbicara padaku? Shit, aku sedang berbicara pada sepupuku yang bodoh ini!” Bellatrix lantas berganti menudingkan telunjuknya ke arah Daisy yang menunduk tak nyaman. “Bella, dia membawa kartu undangan dari kakek. Percayalah… Kita harus menyambutnya atau…” “Aku tak peduli! Seperti biasa, semua keputusan yang kau ambil akan berujung pada petaka. Kali ini, kuperingatkan sekali lagi! Usir gembel ini atau…” Bellatrix belum sempat melanjutkan kalimatnya ketika dari arah belakang, terdengar suara omelan khas perempuan tua, dialah Sandra Miller, perempuan berusia tujuh puluhan tahun yang merupakan istri dari James Miller. Sandra membenci keributan meski di s

  • Sang Pewaris Terkaya   Bab 2 "Suami Hebat yang Menyamar"

    Sore hari itu juga, Richard Forger berpamitan kepada George Warren dan meyakinkan pria tua tersebut bahwa ia akan membayar kerugian yang dialami oleh George. Meski George Warren sulit mempercayai ucapan Richard, ia membiarkan Richard pergi. “Ehm… Sebelumnya, bisakah aku meminjam beberapa dolar untuk memesan Taxi, Tuan George?” Sebelum benar-benar pergi, Richard baru sadar jika ia sudah tak memiliki apa-apa lagi. Ia cukup malu pada pria tua itu tetapi memang hanya George Warren seorang, sosok di kota Roxburgh yang bersedia membantu Richard. “Ck… Ambillah.” George Warren dengan terpaksa memberikan beberapa dolar di sakunya kepada Richard. “Terima kasih, Tuan George. Kupastikan kau bisa memegang janjiku, aku akan melunasi kerugian yang kau alami.” George Warren mengangguk lesu. Setengah putus asa, ia berharap jika janji Richard bukanlah bualan semata. “Tiga hari dari sekarang! Kupastikan aku akan mengganti kerugianmu. Tuan George!” Setelah mengcapkan kalimat itu, Richard Forger sege

  • Sang Pewaris Terkaya   Bab 1 Suami Hebat yang Menyamar

    Setelah novel Sang Pewaris Terkaya tamat, saya ingin memperkenalkan novel saya yang lain yang juga bergenre urban dan sudah tamat berjudul "Suami Hebat yang Menyamar", berikut adalah tester 5 bab novel tersebut, jika berkenan membaca lanjutannya, kalian bisa klik di profil Banin SN dan pilih novel berjudul "Suami Hebat yang Menyamar". Terima kasih~~ ---------- Suami Hebat yang Menyamar Bab 1 ----------------------------- Richard Forger sedang mengepel lantai ruangan Luis Jung, CEO Westfield Corporation. Cleaning Service baru itu seperti sedang berada di tempat yang salah dan di waktu yang salah. Bagaimana tidak, saat Richard sedang sibuk membersihkan lantai, Luis Jung tiba-tiba dengan sengaja menumpahkan kopi ke lantai. Setelah pura-pura terkejut, Luis Jung berteriak kepada Richard. “Hei, Babu! Kau tak lihat ada lantai kotor di sini?!” Richard Forger ingin mengumpat, tetapi tentu saja Cleaning Service bukanlah posisi yang membolehkan dirinya mengumpati seorang CEO. Maka, Richar

  • Sang Pewaris Terkaya   Bab 125 - Arca Kuno - TAMAT

    Kesialan Catherine dan Jacob juga menimpa Celine Wislon dan Judith. Kedua perempuan itu saat ini sedang disiram air dan diseret menuju ke kantor polisi karena secara tak terduga mereka berdua telah mengakui melakukan puluhan tindak kejahatan. Pesta makan malam di mansion Henry benar-benar menjadi acara yang sangat membekas karena telah terjadi hal-hal luar biasa di acara tersebut. Para jurnalis pulang dengan hati riang gembira karena mereka telah memiliki stok bahan berita dengan jumlah fantastis. Saat pesta telah benar-benar selesai dan para tamu telah berangsur pulang, Henry dan Lily berjalan memasuki mansion mereka untuk terakhir kalinya. Malam itu akan menjadi malam terakhir mereka tidur di rumah mewah itu karena keesokan harinya, mansion itu sudah menjadi milik Mr. Prince, seorang kaya raya dari luar negeri yang berhasil memenangkan lelang. Terlepas dari fakta bahwa esok hari mereka berdua akan jatuh miskin, baik Henry maupun Lily tak bisa menutupi rasa bahagia yang menyelimuti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status