Share

Bab 5 - Dia Hanya Sebutir Debu!

Ketika Henry tiba di depan meja kasir, dengan antusias dia berkata kepada penjaga kasir, "Permisi, Nona. Aku ingin membayar tagihan medis istriku.”

Tak seperti beberapa waktu sebelumnya, kali itu Henry menyambangi petugas kasir sembari tersenyum ramah. Bukankah segala macam persoalan yang berhubungan dengan uang sudah tidak lagi menjadi masalah bagi seorang pewaris tunggal keluarga The Great James? Henry nyaris tak bisa menyembunyikan senyum gembiranya.

“Nona?” Henry menyapa petugas kasir untuk ke dua kalinya setelah sapaannya yang pertama tak mendapat respon. Mungkin si kasir terlalu berkonsentrasi pada pekerjaannya sehingga tak menyadari kedatangan orang lain, begitu pikir Henry.

Saat itu, si kasir akhirnya menoleh demi memastikan apakah yang sedang memanggilnya adalah pria yang beberapa waktu lalu mengemis keringanan pembayaran. Setelah tahu bahwa pria yang datang memanglah Henry, kasir hanya melihat Henry dengan wajah yang tak ramah.

Dia bahkan dengan sengaja memanggil pria yang saat itu kebetulan berdiri di belakang Henry untuk maju ke depan.

“Tuan yang di sana, apa yang bisa saya bantu?” tanya si petugas kasir tanpa merespon sedikit pun atas kehadiran Henry yang berdiri tepat di hadapannya.

Henry mengerutkan kening saat menyadari kehadirannya tidak dianggap sama sekali oleh si kasir. "Hei, Nona... Aku yang mengantre lebih dulu di sini, bagaimana bisa pria ini yang kau layani lebih dulu?"

Si kasir melihat Henry dengan pandangan kesal. "Tentu saja aku melayani dia lebih dulu karena pelanggan itu pasti punya uang untuk membayar. Sementara anda hanya orang miskin yang ingin meminta keringanan biaya. Anda seharusnya tahu diri dan bersedia dengan lapang dada jika aku melayani pelanggan lain lebih dulu!"

"Bagaimana bisa begitu? Saat ini aku sudah memiliki uang dan aku sedang ingin membayar tagihan istriku," sergah Henry sedikit tak terima.

Kasir perempuan itu mendelik. "Tuan, jangan buang-buang waktuku! Cepat pergi dari sini karena aku sama sekali tidak percaya sepatah kata pun yang Anda katakan! Bahkan jika Anda punya uang, bukankah  bisa jadi Anda baru kembali dari merampok atau mencuri? Tunggu sampai aku memanggil polisi ke sini!" ancam kasir dengan wajah marah.

Lagi pula, dia ingat beberapa waktu lalu Henry memohon-mohon untuk diberi keringanan biaya. Jika kali ini Henry mengatakan ia memiliki uang, petugas itu yakin, mungkin uang yang dimaksud Henry tak akan lebih dari 10% biaya tagihan.

"Hei, jangan bicara sembarangan! Bagaimana bisa kau menuduhku mencuri hanya karena aku ingin membayar tagihan medis istriku?!"

Si petugas kasir melirik Henry sesaat lalu mencibir, “Ha ha, sebenarnya aku hanya bercanda soal itu, tapi melihat anda tersinggung seperti itu, sepertinya anda memang benar-benar telah mencuri,” sergah si petugas kasir tanpa pikir panjang, sejatinya ia memang merasa tak senang dengan pelanggan seperti Henry, orang-orang miskin selalu memperrumit pekerjaannya.

“Nona, katakan padaku, orang waras mana yang tak marah jika dituduh mencuri?” tanya Henry yang mulai merasa kesal.

"Ah, sial! Kalian orang-orang miskin apakah selalu meropatkan seperti ini?! Aku tahu kau sedang ingin merengek keringanan biaya lagi! Lain kali, jika keluargamu sakit, pergi saja ke dinas sosial!"

Henry merasa bahwa perdebatan mereka akan sia-sia. Kasir tersebut sama sekali tidak ingin melayaninya dan juga tak akan mempercayai ucapannya, jadi dia berencana untuk melaporkan hal ini kepada atasan kasir tersebut.

Pada saat yang sama, seorang pria datang terburu-buru setelah mendengar keributan di kasir. Dilihat dari seragamnya, Henry yakin bahwa pria itu adalah atasan dari kasir perempuan di depannya.

"Apa yang terjadi di sini? Mengapa ribut sekali?" tanya pria tersebut penasaran.

"Maafkan saya, Pak. Saya hanya ingin membayar tagihan saya, tapi dia mempersulit prosesnya," jawab Henry secara singkat.

Pria itu mengerutkan kening. "Apakah yang dia katakan benar?"

"Tidak, Pak. Tuan ini hanya meminta keringanan biaya rumah sakit dan dia tidak punya uang! Dia hanya membuang-buang waktu saya," kilah si wanita penjaga kasir.

"Benarkah begitu, Pak? Anda ingin meminta keringanan biaya?"

Pada saat itu, demi memperingkas perdebatan, Henry segera mengeluarkan kartu hitamnya dan kemudian menyerahkannya kepada pria tersebut.

“Saya ingin membayar dengan ini. Beberapa waktu lalu, saya hanya meminta waktu, bukan karena saya tidak mau membayar, tapi wanita ini malah menganggap saya penipu!” tutur Henry kesal.

Melihat kartu hitam yang diserahkan oleh Henry, pria tersebut terkejut dan mulai berkeringat dingin. Hanya ada sedikit orang yang bisa memiliki Kartu Hitam seperti itu. Segera, pria itu memberikan tatapan tajam kepada penjaga kasir.

"S… Saya… tidak tahu kalau..." si kasir tak bisa menyelesaikan kalimatnya karena bahunya telah ditarik ke samping oleh atasannya.

"Pak, sekarang, saya akan melayani Anda," ucap pria yang merupakan atasan dari si kasir tersebut. Dengan tangan yang terlihat gemetar, pria itu menggesekkan kartu hitam Henry.

Ada sedikit kekhawatiran di hati Henry namun ia tetap optimis jika kartu itu pasti bisa digunakan dan memang berisi ratusan juta dollar. Detik-detik menunggu pembayaran adalah detik yang krusial bagi Henry.

!!

Pembayaran Berhasil!

Atasan penjaga kasir menelan ludah berkali-kali setelah memproses pembayaran Henry James. Segera setelah ia menyelesaikan proses pembayaran, pria tersebut membungkuk dalam kepada Henry. "Tolong, maafkan kelancangan staf kami, Tuan Muda."

Kegembiraan membuncah di dada Henry. Dia benar-benar telah resmi menjadi Tuan Muda sejak malam itu!

Setelah Henry mengangguk kecil, atasan si kasir tersebut berbalik untuk menatap kasir perempuan dengan tatapan marah. “Segera minta maaf kepada pelanggan terhormat kita! Satu lagi, aku bersumpah akan mengurus pemecatanmu jika dia tidak memaafkanmu!”

Wajah si kasir wanita itu segera memucat. Dia benar-benar tak menyangka jika laki-laki yang beberapa waktu lali ia hina ternyata justru mendapat penghormatan besar dari atasannya. Andai dia tahu tentang latar belakang Henry James, sudah pasti dia akan berlaku baik bahkan menjilatnya jika perlu.

Sayangnya, nasi telah menjadi bubur. Tak ada lagi yang bisa ia lakukan selain menyesali perbuatan buruknya. Perempuan itu segera berdiri dan membungkuk di depan Henry.

"Maafkan kelancangan saya, Tuan, saya sungguh menyesali kelancangan saya," ucap si penjaga kasir tersebut sementara tubuhnya mulai gemetar.

"Tolong jangan diperpanjang masalah ini, Pak. Saya tak akan mengulangi kesalahan saya di lain waktu, tolong maafkan saya," pinta penjaga kasir itu lagi.

Henry mengambil napas dalam-dalam dan melepaskannya perlahan, dengan menatap atasan si kasir, Henry berucap, “Baiklah, aku akan maafkan wanita ini. Tapi, aku ingin dia mendapatkan pelajaran berharga atas tindakan lancangnya.”

Si atasan kasir segera menjawab, “Tentu, saya akan memberikannya skorsing selama enam bulan! Itu pantas untuk apa yang sudah dia lakukan! Oh, berani-beraninya dia menuduh pelanggan sebagai penipu. Itu sangat tidak pantas!”

Kasir itu menjerit dalam hati. Skorsing selama enam bulan adalah hukuman yang sangat berat. Dalam waktu enam bulan ke depan dia tak akan mendapat gaji dari perusahaan.

Melihat wajah Henry yang masih dingin, si atasan kasir merasa bergidik ngeri, tanpa pikir panjang, dia berseru. “Oh, saya juga akan memintanya membayar sejumlah denda lalu menyalurkan denda itu sebagai sumbangan jika di lain waktu ada pasien keluarga miskin yang berobat. Bagaimana menurut anda, Tuan Muda?”

Seketika, Henry tersenyum puas. Meski hukuman tersebut terkesan berat bagi si kasir, setidaknya itu adalah hukuman yang sesuai karena memang, selama masa jabatannya sebagai kasir, perempuan itu telah mempermalukan pelanggan miskin berkali-kali. Akan sangat memuaskan jika dia diwajibkan membayar denda dan denda itu dialihkan untuk pasien miskin di kemudian hari.

“Ide bagus!” Henry mengangguk dengan puas.

Si penjaga kasir menjerit lagi namun atasannya justru menghela napas lega. "Apakah ada hal lain yang bisa saya bantu, Tuan Muda?" tanya pria tersebut.

Henry berpikir sejenak kemudian dia mengingat sesuatu, dia mengangguk dan berkata. "Aku ingin istriku dipindahkan ke ruangan VIP dan mendapatkan fasilitas terbaik.”

Atasan si kasir membungkuk dengan hormat, kemudian menghubungi petugas yang sedang merawat Lily dan meminta agar Lily segera dipindahkan ke ruangan VIP. Setelah memastikan bahwa Lily sudah dipindahkan, dia segera menggesekkan kartu hitam Henry.

Transaksi berhasil!

Dengan tangan gemetar, pria tersebut mengembalikan kartu hitam Henry. “Tuan Muda, istri Anda sudah berhasil dipindahkan ke ruangan VIP. Saya akan membawa Anda ke sana. Silakan ikuti saya, Tuan Muda.”

Henry menerima Kartu Hitam dengan berdebar.

'Aku berhasil membayar ribuan dolar biaya medis Lily dan sekaligus berhasil membayar puluhan ribu dolar biaya ruangan VIP?'

Henry James merasa kebahagiaan besar meledak di kepalanya. Henry mengingat segala yang dikatakan Oliver Wood. Dia adalah pewaris tunggal yang memiliki kekayaan yang tak bisa dibayangkan oleh siapa pun.

Jadi, bukankah Albert Brown sekarang hanya sebutir debu di mata Henry James?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status