Share

Bab 7 - Tuntutan Catherine Wilson

Dengan sedikit malas Henry menjawab pertanyaan istrinya, "Ibumu.” Henry tersenyum masam lalu mencibir ke arah ponsel itu, “pasti dia ingin membicarakan pernikahanmu dengan si tua Albert itu.”

Dengan enggan, Henry mengambil ponsel tersebut lalu mengulurkannya pada Lily. Melihat wajah masam suaminya, Lily memberi senyum tipis lalu bertanya, "Apa kau ingin aku mengaktifkan pengeras suara?" tanya Lily.

Henry mengangkat bahu tetapi kemudian mengangguk. Lily mengangguk, menarik napas dalam lalu mengangkat telepon ibunya sembari mengaktifkan tombol pengeras suara.

"Lily, di mana kau sekarang? Bagaimana kondisimu? Pasti kau pura-pura sakit, kan? Biar kutebak, kau berada di dalam Flat kumuhmu itu, kan?" tanya Catherine segera sesaat setelah Lily mengangkat telepon.

"Ibu, aku sekarang sedang berada di rumah sakit. Lagipula, untuk apa ibu meneleponku?" tanya Lily.

"Apa katamu?? Aku ini ibumu, memangnya, apa ada aturan yang tak membolehkan seorang ibu menelepon putri mereka?" tanya Catherine terdengar kesal.

Lily tersenyum masam mendengar ocehan sang ibu. Selalu seperti itu. Setiap kali dia berbicara dengan Catherine, mereka selalu bertengkar.

"Baiklah, baiklah, aku menarik kalimatku barusan. Jadi, apa ada hal penting yang ingin ibu katakan?" tanya Lily dengan suara yang lebih melunak.

"Sebentar, tadi kau bilang kau ada di rumah sakit? Apa itu benar?" tanya Catherine setelah teringat jawaban Lily beberapa waktu sebelumnya.

“Untuk apa aku berbohong, Bu?”

Catherine mencibir sinis, “Biar kutebak, Henry menempatkanmu ke ruangan kelas paling rendah? Kau pasti mendapatkan pelayanan terburuk, andai Albert yang membawamu ke rumah sakit, oh, kau pasti akan mendaoat layanan terbaik!” oceh Catherine, seperti biasanya.

"Ibu salah, saat ini aku sedang berada di kamar VIP. Aku bisa membuktikannya jika ibu tak percaya!"

Catherine mendengus, "Omong kosong! Apakah kamu pikir aku bisa percaya bahkan setelah kau membuktikan sesuatu? Ha ha, selama suamimu adalah Henry James, tak akan ada yang bisa kupercaya dari ucapanmu."

Lily mendesah kesal. "Apakah ibu menelepon hanya untuk menghina suamiku?"

"Tentu saja tidak, aku ingin memberitahumu sesuatu yang lebih penting... Begini, ayahmu dan aku sedang menyiapkan surat perceraianmu dengan Henry James. Asal kau tahu saja, Albert baru saja memberikan mobil mewah yang sangat mahal untukmu. Dia juga mengirimkan berlian untuk ibu. Kami sudah membuat keputusan, dan kau harus patuh pada perintah kami. Kau akan menikahi Albert!"

Emosi Lily segera mencapai puncaknya, ia tak kuasa untuk menahan diri, pada akhirnya, ia bergumam lantang. "Tidak akan! Apakah ibu pikir ibu bisa menjualku pada pria tua itu? Meski aku adalah anakmu, aku sudah cukup dewasa untuk melaporkan tindakan tidak menyenangkan seperti ini kepada pihak yang berwenang! Ayah dan ibu hanya ingin menukarku dengan uang! Oh, pria itu bahkan sudah punya dua istri!"

Catherine tak mau kalah, ia pun mengoceh lagi dengan menggebu-gebu.

"Gadis bodoh! Selama dia bisa memberimu kehidupan yang layak, menjadi istri ketiga bukanlah masalah besar! Apa artinya menjadi istri satu-satunya, tapi hidup dalam kemiskinan? Lily, aku tahu bahwa selama ini kau bertahan dari perhiasanmu yang kau jual satu per satu, mari kita lihat setelah semua perhiasanmu habis, kau akan takluk pada Albert Brown!" serunya.

"Aku tidak akan pernah bercerai dari Henry! Hanya Henry yang bisa membuatku bahagia!"

"Bagaimana bisa? Dia tidak punya uang dan pengangguran, kebahagiaan macam apa yang kau cari?!"

Mendengar suaminya dituding sebagai pengangguran, Lily segera teringat satu hal.

"Sadarkah ibu bahwa ibu yang sudah bermain curang dan membuat suamiku gagal diterima di mana-mana?! Andai ibu tak melakukan tindakan kotor itu, aku yakin Henry sudah pasti mendapatkan posisi yang bagus di perusahaan, dia bahkan jauh lebih cerdas dari teman-teman kuliahku dulu!" sergah Lily dengan tegas.

"Hei… Apa kau ingin menjadi anak yang durhaka?" Catherine yang mendengar putrinya mengoceh dengan berapi-api, tampak mulai kesal dan geram.

Perempuan itu meremas kepalan tangannya dengan erat. Dia tak menyukai jawaban yang diberikan oleh Lily. Satu hal yang sangat Catherine inginkan adalah, Lily bersedia menceraikan Henry James dan menerima pinangan Albert Brown.

"Aku tidak peduli dengan apa yang Ibu katakan. Aku tidak merasa seperti anak yang durhaka, karena selama ini aku selalu menghormati dan menghargai Ibu sebagai orangtua. Namun, kalian sebagai orangtua tidak pernah menghormati pilihanku. Jangan harap aku akan menandatangani surat perceraian itu!"

"Lily, Kau tidak punya pilihan karena Albert juga sudah menyiapkan pesta pernikahanmu!"

Di tempat duduknya, Henry mengambil napas dalam-dalam menahan emosi yang hampir meledak. Bagaimana bisa ada seorang ibu yang bersikeras menikahkan putrinya yang bahkan masih terikat pernikahan dengan pria lain.

Andai Catherine tahu jika kekayaan Henry jauh mengungguli Albert Brown, mungkin perempuan itu akan menempelkan keningnya ke lantai demi meminta Henry untuk tetap berada di sisi putrinya!

“Lily? Kau mendengarku?! Ingat, kami sudah mempersiapkan pernikahanmu dengan Albert Brown!”

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ziffilu amat
lanjut balabak koin mahal
goodnovel comment avatar
Herson Henukh Mezeveo
lanjut kak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status