Share

Bab 4

Author: Irstia88
last update Last Updated: 2024-11-07 22:58:15

Oliv menutup pintu rumah lalu menguncinya. Dia menatap iba wajah kakak iparnya yang masih mematung berdiri di ruang utama dengan raut wajah pilu.

‘’Sabar Mbak Alun. Aku tahu Mbak orangnya kuat,’’ ujar Oliv mengelus bahu Aluna, mencoba menenangkan hati wanita itu. Meski tidak berpengaruh banyak, setidaknya masih ada yang peduli pada Aluna.

‘’Makasih, Liv,’’ gumam Aluna dengan suara serak. Lalu keduanya melangkah masuk ke dalam ruangan lain.

Terdengar Sarah memanggil asisten rumah tangga mereka.

‘’Mbok Painem!’’ sahutnya dan yang dipanggil pun tergopoh-gopoh berjalan keluar dari arah dapur.

‘’Iya, Bu?’’ Wanita berusia senja yang sudah mengabdi puluhan tahun di keluarga Aditama, kini berdiri di hadapan majikannya dengan badan merengkuh sopan.

‘’Kamu sudah siapkan kamar pengantin untuk Faisal dan Adel?’’ tanya Sarah.

‘’Sudah, Bu. Semuanya sudah rapi,’’ jawab wanita tua itu. Sekilas melirik ke arah Aluna yang baru muncul dari ruang depan. Pancaran mata Aluna menyiratkan kesedihan, membuat Mbok Painem tidak tega menatapnya berlama-lama.

‘’Bagus.’’ Sarah mengulas senyum. Lalu melirik ke arah pasangan pengantin baru yang tengah duduk di sofa.

‘’Fais, Adel, kalian masuk ke kamar sekarang. Pasti kalian capek dan harus beristirahat.’’ Pandangan Sarah beralih kembali pada Mbok Painem.

‘’Mbok antar mereka ke kamar. Oh iya, Mbok gak lupa kan bikin jamu kuat buat Faisal?’’ Perintah Sarah.

‘’Iya, Bu, semuanya sudah siap. Nanti Mbok antar ke kamar Mas Faisal,’’ balas wanita itu.

Lagi-lagi hati Aluna bagai ditusuk pedang yang tajam. Untuk kesekian kalinya hati dan mentalnya dihajar habis-habisan. Seolah mereka tak peduli dengan perasaan Aluna yang telah rapuh bahkan hancur. Dengan sadisnya mereka mengeluarkan perkataan yang menohok, menyesakan rongga dada. Terutama sang mertua, Sarah.

Megan dan Shela tampak saling pandang satu dengan yang lainnya. Terukir senyuman di wajah mereka berdua.

‘’Semoga malam pertama kalian indah dan tak terlupakan,’’ sahut Megan saat Faisal dan Adelia berjalan menuju kamar, mengikuti langkah Mbok Painem.

Adelia menyunggingkan senyum ke arah mereka, tak lupa dia melirik sekilas kepada Aluna yang tampak memandanginya dengan tatapan pilu penuh luka. Tapi, Adelia tak peduli bagaimana hancurnya perasaan Aluna saat ini. Justru dia bahagia karena telah berhasil merebut Faisal, suami Aluna. Wanita yang diduga mandul oleh keluarga Faisal.

‘’Panas banget ya malam ini.’’ Shela mengibas-ngibaskan tangannya, seolah dia kegerahan. Sambil mendelik ke arah Aluna.

‘’Iya, gerah. Mending kita ke kamar yuk!’’ ajak Megan dan mendapat anggukkan dari adiknya.

Oliv anak bontot dari empat bersaudara itu hanya menarik napas panjang melihat kelakuan saudara-saudaranya. Dengan sengaja mereka melukai hati Aluna. Tanpa merasa berdosa, apalagi merasakan apa yang Aluna rasakan sebagai sesama perempuan.

Sarah mendelik kepada Aluna. Dia beranjak bangkit dan berjalan mendekat ke arah menantunya.

‘’Berhenti menangis karena itu tak akan merubah apapun. Salahmu tak bisa memiliki keturunan sehingga aku harus merestui pernikahan Faisal dengan Adelia. Terima semuanya dan sadari kekuranganmu!’’ tegas Sarah.

‘’Jika kamu ingin melihat suamimu bahagia, seharusnya kamu ikhlas dengan pernikahan mereka. Hanya satu hal yang bisa membuat Faisal bahagia, yaitu memiliki keturunan!’’ lanjutnya.

‘’Bu, kenapa Ibu harus bicara seperti itu sama Mbak Aluna? Ibu kok tega? Aku lihat Mas Fais malah terpaksa menikahi perempuan itu. Hanya sebagai bentuk tanggung jawab, meski dia tak yakin apa benar-benar melakukannya atau tidak. Aku percaya Mas Faisal tak mungkin melakukan hal sebejat itu. Aku juga percaya kalau Mas Faisal tak akan mengkhianati Mbak Alun. Mas Faisal hanya mencintai Mbak Alun,’’ sergah Oliv.

‘’Tahu apa kamu soal pernikahan? Masih bocah ingusan! Menikah tanpa memiliki keturunan, sama saja tak punya tujuan dalam pernikahan itu sendiri.’’ Sarah melengos pergi setelah mengatakan hal tersebut.

Di dalam kamar.

Faisal tampak bingung dan gelisah. Dia tak mungkin menghabiskan malam bersama wanita yang tidak dicintainya, meski kini Adelia telah resmi menjadi istri kedua untuknya. Dia masih tetap memikirkan Aluna.

Beberapa kali Faisal meneguk air minum yang ada di atas nakas, guna menghilangkan kegugupannya. Keringat mengucur di pelipis pria itu. Hawa malam ini terasa panas dirasakan olehnya. Padahal sebelumnya udara malam terasa dingin menerpa kulit. Entah apa sebabnya.

Suara gemericik air yang berasal dari shower di kamar mandi terdengar berhenti. Tak lama pintu terbuka memunculkan wajah Adelia yang baru saja selesai membersihkan diri. Wanita itu keluar hanya berbalut handuk kecil yang mengekspos sebagian lekuk tubuhnya.

Mata Faisal seolah tak bisa diajak kompromi. Terus menatap ke arah wanita itu tanpa berkedip. Kulit seputih susu yang masih dihiasi bulir air mengundang gejolak hasrat di dalam hati pria itu. Jakun Faisal bergerak naik turun, meneguk saliva dengan susah payah.

Bibir ranum Adelia melengkung membentuk senyuman. Kaki jenjangnya berjalan mendekat ke arah tempat tidur, di mana Faisal duduk bersandar pada dipan.

‘’Kamu sudah tak sabar ya, Mas?’’ Jari-jari nakal Adelia mengelus dahi Faisal yang banjir oleh keringat.

Adelia melirik ke arah nakas di mana ada dua gelas berisi cairan berbeda di sana. Satu gelas air putih yang sudah hampir habis, dan jamu kuat tradisional buatan Mbok Painem yang masih terisi setengahnya.

‘’Kamu belum habiskan jamunya. Habiskan dulu.’’ Adelia mengambil gelas jamu tersebut. Mencondongkan badannya sehingga dua bongkahan padat berisi terpampang jelas di depan muka Faisal. Pria itu melotot seraya meneguk saliva.

Faisal mengerjapkan mata, mencoba menetralkan perasaan aneh yang membelenggu jiwa. Otaknya menolak untuk melakukan sesuatu pada wanita ini, tapi gelombang nafsu seolah mendorongnya menginginkan sesuatu untuk segera dituntaskan saat ini juga.

Segera ia bangkit dari duduk.

‘’Mau kemana?’’ tanya Adelia.

‘’Aku mau mandi,’’ jawab Faisal terburu-buru berjalan menuju kamar mandi.

Adelia tersenyum. Wanita itu segera mengambil pakaian di dalam lemari. Megan sudah mempersiapkan semua untuk ritual malam pertama mereka. Sebuah lingerie berwarna merah menyala kini melekat indah di tubuh Adelia. Mengekspos beberapa aset tubuhnya yang selama ini terbalut kain dan tertutup.

Kemudian dia berbaring di atas tempat tidur yang telah ditaburi kelopak bunga mawar. Aroma memabukan menyeruak di udara yang berasal dari pengharum ruangan dengan aroma therapy yang membawa ketenangan.

Beberapa menit berlalu, pintu kamar mandi terbuka. Faisal keluar dari sana dengan menggunakan handuk yang hanya menutupi bagian bawah tubuhnya saja.

Sesaat dia terpesona melihat tubuh indah Adelia yang terbaring di atas tempat tidur dengan pakaian yang sangat minim dan menerawang. Langkah kaki pria itu terhenti sejenak di depan kamar mandi, seakan dia lupa apa yang harus dilakukannya saat ini. Yaitu berganti pakaian.

‘’Kamu sudah selesai?’’ Menyadari Faisal tengah diam-diam memandangi dirinya. Adelia tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.

Dia tahu jika obat perangsang yang telah dibubuhkan pada minuman pria itu telah bereaksi. Tanpa obat itu, Adelia tak yakin Faisal mau menyentuhnya di malam pertama mereka.

Secepat kilat Adelia menghadang langkah Faisal yang hendak mendekat ke arah lemari. Perut kotak-kotak seperti roti sobek yang kekar sangat menggoda, rasanya terlalu sayang untuk disia-siakan.

‘’Tak usah pakai baju,’’ cegah Adelia yang kini berdiri di depan pintu lemari.

Memangkas jarak antara dirinya dengan Faisal. Tangan nakalnya mulai berulah, bermain-main di area sensitif Faisal hingga pria itu tak kuasa lagi menahan gejolak hasratnya.

Nafsu Faisal sudah naik ke ubun-ubun dan tak dapat ditahan. Dia laki-laki normal yang tak akan membiarkan tubuh mulus dan sintal menganggur begitu saja. Tentu saja dia tak ingin melewatkan barang satu inchi pun. Dia menggendong tubuh Adelia dengan gaya bridal, lalu menghempaskan wanita itu ke atas tempat tidur.

Ruangan ber-Ac ini terasa panas akibat permainan hangat mereka. Faisal seperti baru mengenal perempuan dan seperti baru merasakan sensasi penyatuan hingga ia terlihat ganas dan liar.

Suara lenguhan serta desahan saling bersahutan mengisi seluruh penjuru kamar. Adelia tak menyangka jika Faisal bisa sehebat itu melayaninya di atas tempat tidur. Semakin cinta dia terhadap pria ini.

Sementara di kamar lain, ada hati yang tengah patah. Ada perasaan yang sedang hancur dan benak yang melayang-layang membayangkan betapa hebatnya percintaan antara sang suami bersama madunya.

Aluna hanya bisa menggelar sajadah di atas lantai yang dingin berselimutkan sepi. Berharap Tuhan memeluknya dan memberi kekuatan. Membantunya membuang pikiran negatif serta bayangan yang tak pantas muncul mengotori jiwanya. Aluna tak bisa tidur dari semalam hingga subuh tiba dan dia memilih bersimpuh di hadapan sang Pencipta.

‘’Shela, kamu dengar semalam suara Faisal dan Adelia? Mereka mengerang keenakan. Bisa kamu bayangkan kan betapa hebatnya mereka saat bercinta?’’ Suara Megan terdengar di luar sana. Sengaja wanita itu mengencangkan suaranya saat bicara melewati kamar Aluna.

‘’Mbak nguping ya? Kok bisa tahu?’’ tanya Shela.

‘’Enggak sengaja kedengeran pas malam mau ambil air minum. Duh, jadi gak sabar nunggu Mas Nando pulang,’’ seru Megan.

Aluna yang sedang duduk berdoa tampak meremas mukena bagian dadanya yang terasa begitu sesak mendengar obrolan kedua iparnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Satu Atap dengan Maduku    Bab 34

    ‘’Boleh aku duduk?’’ tanya Adrian, meminta izin.Sebenarnya Aluna sedikit ragu, tapi menolak pun rasanya tak mungkin. Terpaksa Aluna mengiyakan. ‘’Silahkan.’’Adrian menggeser kursi lalu duduk di sana. ‘’Gimana kabarmu sekarang?’’‘’Seperti yang kamu lihat. Alhamdulillah, aku baik.’’ Aluna tersenyum.‘’Maksudku– masalahmu. Apa sudah selesai?’’ tanya Adrian.Aluna tak segera menjawab, terlihat ragu. Adrian mengerti, mungkin dia terlalu kepo dengan urusan pribadi Aluna.‘’Maaf, kalau aku terlalu ikut campur. Gak perlu dijawab juga. Tapi aku harap urusanmu itu sudah selesai dan semuanya baik-baik saja,’’ timpal Adrian, suasana sedikit canggung.Aluna mengangguk sambil tersenyum tipis. Seorang pelayan melintas di meja mereka, Adrian segera memanggilnya.‘’Mbak!’’ Adrian melambaikan tangan ke arah pelayan itu. Pelayan itu pun menghampiri meja mereka. Memberikan buku menu pada pria yang memanggilnya.‘’Aluna, kamu mau pesan lagi?’’ tanya Adrian.‘’Tidak. Sudah cukup. Aku udah kenyang,’’ to

  • Satu Atap dengan Maduku    Bab 33

    ‘’Saya duluan, Pak.’’ Aluna segera berlalu dari hadapan Bastian. Berjalan menuju ruangannya. Jam istirahat sebentar lagi tiba, dia harus merapikan beberapa dokumen bekas meeting tadi. Setelah itu baru keluar mencari makan siang. Dia sudah punya janji dengan Nazwa siang ini untuk makan siang bersama."Aluna, tunggu!" Nazwa memanggil dengan suara yang sedikit lebih keras dari biasanya. Aluna, yang sedang berjalan menuju ruangannya, menoleh ke belakang. Ditatapnya Nazwa yang tampak berjalan cepat menghampirinya. Ada raut yang tak biasa di wajah sahabatnya itu.Aluna menunggu dengan sabar, menyesuaikan langkahnya agar mereka bisa berbicara. "Ada apa, Na?" tanyanya, sedikit heran karena Nazwa terlihat agak tegang.Nazwa berhenti tepat di depan Aluna, memandangnya dengan tatapan yang sulit dibaca. "Kenapa Bastian begitu perhatian sama kamu tadi? Aku lihat dia memperhatikanmu lebih dari yang seharusnya." Suara Nazwa sedikit bergetar, meskipun ia berusaha keras untuk terlihat tenang.Aluna t

  • Satu Atap dengan Maduku    Bab 32

    Danu dan Murni duduk di ruang utama, menunggu dengan sabar kepulangan putri mereka. Hati mereka berdebar, perasaan cemas dan khawatir menyelimuti suasana di rumah itu. Akhirnya, pintu terbuka, dan Aluna muncul di ambang pintu. Wajahnya terlihat letih, seolah ada beban berat yang tengah dipikul.“Bagaimana? Apa kamu sudah punya keputusan tentang nasib rumah tanggamu dengan Faisal ke depannya?” tanya Danu dengan nada yang sedikit terdengar tak sabar. Mata Danu menatap Aluna penuh harap, ingin tahu jawaban yang sudah lama dinantikannya.“Pak, biarkan Aluna duduk dulu,” ujar Murni, suara lembutnya mencoba meredakan ketegangan yang terasa.Ketiganya kemudian duduk di kursi ruang utama. Murni dengan penuh perhatian membawakan segelas air putih untuk putrinya. Aluna menerima gelas itu dengan tangan yang sedikit gemetar. Wajahnya terlihat pucat, matanya sembab, dan ada kesedihan yang begitu mendalam terpancar dari raut wajahnya. Murni tahu persis betapa berat yang sedang dirasakan putrinya. S

  • Satu Atap dengan Maduku    Bab 31

    “Aluna, kamu kembali ke rumah ini?” Faisal menghampiri wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu. Sekilas, ada kecanggungan di antara mereka. Namun kini, mereka sedang pisah rumah, bahkan sudah lama pisah ranjang. Suasana yang semula hening terasa semakin menyesakkan di ruangan ini, dipenuhi ketegangan yang seolah tak akan pernah reda.“Tidak, Mas. Aku belum bisa kembali ke rumah ini, atau bahkan mungkin tidak akan pernah lagi kembali ke sini. Kedatanganku saat ini untuk menjenguk ibumu,” jawab Aluna tegas. Kata-katanya terdengar begitu berat, seperti ada beban yang tak terungkapkan.Faisal terdiam sejenak. Matanya mencari-cari rasa sesal yang sudah lama tak terucap, berharap pada sebuah kesempatan yang entah bagaimana harus ia peroleh. “Tolong beri aku kesempatan,” pinta Faisal, suaranya dipenuhi dengan ketulusan yang menggetarkan. “Aku akan melakukan apapun untuk menebus kesalahanku, supaya kita bisa bersama lagi. Ingat, Aluna, ada anak kita di dalam perutmu.” Ucapan itu meng

  • Satu Atap dengan Maduku    Bsb 30

    ‘’Megan, Shela, kalian temui Aluna. Bujuk dia agar mau kembali dengan Faisal,’’ titah Sarah pada kedua putrinya.‘’Aku rasa Mbak Aluna tak akan begitu saja menerima apa yang telah kalian lakukan kepadanya selama ini. Mulut kalian terlalu jahat dan banyak menyakiti hati Mbak Aluna. Dia pantas meskipun tidak memaafkan kalian. Bahkan, kalian juga yang telah membuat hubungan Mbak Aluna dengan Mas Faisal berantakan,’’ tukas Oliv.‘’Perkataanmu itu bukan hanya untuk Megan dan Shela kan? Tapi juga untuk ibu,’’ sergah Sarah, merasa tersindir.‘’Aku tidak bilang begitu, tapi jika ibu merasa tersindir berarti ibu sama seperti mereka.’’ Oliv begitu santainya berkata demikian.‘’Sudah mulai kurang ajar kamu sama Ibu?’’ seloroh Megan, merasa adiknya sudah tidak sopan.‘’Aku hanya mengatakan fakta. Permintaan maaf kalian terhadap Mas Faisal bahkan belum tulus. Buktinya kalian masih merasa tidak berdosa atas apa yang kalian lakukan.’’ Olive menghela napas panjang dalam sejenak. ‘’Mudah sekali bagia

  • Satu Atap dengan Maduku    Bab 29

    Aluna mengintip di balik kaca jendela kamarnya. Melihat kepergian Faisal dengan langkah gontai setelah mendapat penolakan dari sang ayah ketika pria itu ingin bertemu dengannya.Rasa kecewa kedua orang tua Aluna begitu besar terhadap Faisal. Pria yang mereka pikir akan bertanggung jawab penuh dan menjamin kebahagiaan putri mereka, namun justru sebaliknya. Faisal malah menorehkan luka yang paling dalam, terlebih saat ini Aluna sedang hamil muda.Gurat penyesalan terlukis di wajah Faisal yang menghentikan langkah sejenak, melirik ke arah jendela. Seolah tahu di sana Aluna tengah memperhatikannya. Gegas tangan Aluna melepas tirai yang semula disibaknya sedikit. Perasaan cinta masih tersimpan di dalam hati Aluna terhadap suaminya, tetapi rasa sakit dan kecewa pun tak kalah besar dari rasa cintanya pada pria itu.Aluna belum punya keputusan apa-apa untuk menentukan nasib rumah tangganya. Mobil Faisal terdengar pergi meninggalkan halaman rumah Aluna. Separuh jiwa Aluna seakan ikut pergi be

  • Satu Atap dengan Maduku    Penyesalan dan penebusan

    Suasana di rumah sakit tampak cemas. Koridor-koridor yang biasanya sibuk dengan lalu-lalang orang, seolah terhenti sejenak ketika berita buruk datang. Sarah, ibu dari Faisal, Megan, Shela, dan Oliv, terjatuh di rumah akibat serangan jantung mendadak. Dengan tergesa-gesa, ia dibawa ke rumah sakit, namun keadaan Sarah tetap belum stabil. Faisal, anak laki-laki satu-satunya di keluarga Aditama, tampak kebingungan dan cemas, berdiri di ruang tunggu rumah sakit dengan mata yang penuh kekhawatiran.Melihat Faisal yang semakin gelisah, Megan dan Shela mencoba memberikan dukungan, tetapi mereka sendiri pun tak bisa menyembunyikan kecemasan mereka. Oliv, anak bungsu yang masih remaja, hanya bisa terdiam di sudut ruang tunggu, berusaha keras menahan air matanya. Tapi tidak ada yang bisa menandingi beban pikiran Faisal. Tidak hanya memikirkan ibunya yang terbaring lemah, namun juga nasib rumah tangganya yang sedang berada di ujung tanduk.Faisal mendoakan ibunya dengan penuh harapan, berharap Sa

  • Satu Atap dengan Maduku    Terkuaknya sebuah pengkhianatan

    ‘’Aku akan pergi, tapi aku akan membawa suamimu,’’ tegas Adelia dengan tatapan nyalang. Perkataannya membuat semua yang ada di sana sangat terkejut. Sedang Nando semakin gelisah karena ucapan Adelia barusan.Adelia membongkar kebusukan Nando, suami Megan. "Suamimu yang telah menghamiliku. Kau pasti tidak tahu kan, jika Mas Nando itu kekasihku?"Megan terdiam, mulutnya tercekat oleh kata-kata Adelia yang begitu tajam. Pandangannya yang semula tajam berubah kabur, seperti ada yang menghimpit dadanya. "Apa maksudmu, Adelia? Jangan bicara sembarangan!" jawab Megan, suaranya bergetar.Nando pun segera membela diri, berusaha untuk menutupi kebohongannya yang sudah terancam terbongkar. "Jangan dengarkan dia, Megan! Ini semua hanya fitnah. Adelia hanya ingin menghancurkan hidup kita!"Namun, semua yang ada di ruangan itu tampak terkejut mendengar pengakuan Adelia. Jantung Megan berdebar kencang, rasa sakit mulai merambat dalam dirinya. Adelia melanjutkan, "Megan, aku hanya ingin kau tahu kebe

  • Satu Atap dengan Maduku    Aku akan membawa suamimu

    Aluna berdiri di carport rumah mereka, tubuhnya kaku dengan raut wajah penuh ketegasan. Ia menatap Faisal, suaminya, yang kini berdiri di depannya dengan wajah penuh harap dan kebingungan. Wajah Faisal yang biasanya penuh dengan senyuman kini terlihat muram, matanya memancarkan ketakutan akan kehilangan.Faisal melangkah maju, berusaha meraih tangan Aluna, tetapi dengan cepat Aluna menepisnya. Gerakan tangannya begitu tegas, seolah ingin memberi jarak antara mereka yang semakin melebar."Aluna, tolong jangan pergi!" Faisal memohon, suaranya penuh dengan kesedihan yang mendalam. Ia menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada, seolah memohon kepada Tuhan agar bisa membalikkan keputusan yang telah diambil oleh istrinya.Aluna menatap suaminya dengan tajam. Matanya yang biasanya lembut kini dipenuhi kemarahan dan kekecewaan. Ia merasa cukup lama disakiti, merasa terhimpit dalam hubungan yang dipenuhi dengan tekanan dari keluarga Faisal yang tak pernah memberi ruang untuknya."Aku h

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status