Share

Bab 6

Penulis: Irstia88
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-14 20:18:00

‘’Bicara apa kamu? Kamu tak pantas berkata seperti itu pada Aluna,’’ tegas Faisal kini tak tinggal diam melihat istrinya selalu diperolok.

‘’Maaf.’’ Adelia tertunduk dalam setelah mendapat bentakan dari Faisal.

‘’Kamu juga jangan bersikap kasar pada Adelia. Dia istrimu. Apa yang salah dengan perkataan Adelia pada Aluna? Apa yang Adel katakan benar. Aluna memang lebih pantas meminum jus itu agar rahimnya subur,’’ tegas Sarah membela menantu barunya.

‘’Tapi, ibu sudah sering memberikan jus apapun untuknya. Aluna tetap tidak bisa hamil,’’ lanjut wanita itu memperparah rasa sakit yang dirasakan oleh Aluna.

Tak kuat menghadapi hinaan yang ditujukan kepada dirinya, Aluna segera bangkit berdiri. ‘’Maaf, saya duluan.’’ Gegas wanita itu meninggalkan ruang makan. Berjalan menuju kamarnya.

Kabut tipis menghalangi pandangan mata Aluna. Ia tak dapat membendung lagi air matanya, hingga akhirnya tumpah juga.

‘’Ibu keterlaluan!’’ Faisal bangkit berdiri menyusul istrinya.

‘’Mas!’’ Adelia menahan lengan suaminya yang hendak pergi, namun pria itu menyentak tangannya dan berlalu pergi meninggalkan makanannya yang belum habis.

Sarah menghela napas panjang melihat sikap putranya pada Adelia.

‘’Maafkan Faisal. Ibu akan membuat Faisal lebih menyayangi kamu dibanding wanita mandul itu. Kamu bersabar sebentar ya,’’ ujar Sarah mencoba menghibur hati Adelia.

Mendapat dukungan penuh dari mertua serta ipar-iparnya, Adelia pun semakin percaya diri bisa menjadi ratu di rumah ini. Menyingkirkan Aluna dari kehidupan Faisal, agar hanya dia yang menjadi satu-satunya istri Faisal di rumah ini.

**

‘’Aluna, buka pintunya!’’ Faisal mengetuk pintu kamar yang tertutup rapat.

Aluna menangis tersedu. Punggung wanita itu bersandar pada daun pintu, enggan membuka pintu untuk suaminya yang kini berada di balik pintu.

Suara tangis Aluna terdengar sampai ke telinga Faisal. Membuat hati pria itu semakin merasa bersalah karena telah mengkhianati istrinya, meski karena terpaksa.

‘’Aluna, kumohon. Kita harus tetap berkomunikasi. Jangan menjauh dariku. Aku tahu, aku salah. Tapi tolong, maafkan aku.’’ Faisal membujuk istrinya supaya mau memaafkan kesalahannya karena telah menikah dengan Adelia. Gilanya lagi malam tadi Faisal telah melakukan ritual malam pertama dengan wanita itu, yang tentunya akan menyakiti hati sang istri.

Perlahan Aluna membuka pintu. Setelah dia mengumpulkan sisa keberaniannya untuk menghadapi takdir yang begitu kejam. Aluna menghentikan sejenak tangisnya. Dia tak boleh lemah seperti ini. Dia harus bangkit dari keterpurukan. Jika bukan dia yang menguatkan diri sendiri, lantas siapa yang bisa dia andalkan untuk menghapus luka yang begitu dalam.

Faisal? Tidak. Pria itu bahkan menambah luka baru untuknya. Tetapi kesadaran Aluna terhadap statusnya sebagai seorang istri, membuatnya harus tetap menghormati suaminya, apapun yang terjadi.

‘’Maafkan keluargaku, Aluna. Mereka memang keterlaluan.’’ Pintu terbuka, Faisal segera meminta maaf dengan wajah penuh sesal.

‘’Sstt!’’ Aluna menyimpan telunjuknya di bibir sang suami. ‘’Apa yang mereka katakan benar. Aku mungkin belum bisa menjadi istri yang baik untukmu karena sampai detik ini aku belum bisa memberikan keturunan.’’

‘’Tidak, Aluna. Kamu yang terbaik dan selalu menjadi nomor satu untukku. Kamu tahu kalau aku tak pernah mempermasalahkan soal anak!’’ tegas Faisal merangkul bahu istrinya. Menatap lekat manik mata yang masih meninggalkan basah itu.

Dalam keadaab hati yang terluka, Aluna mencoba tersenyum meski sakit sekali.

‘’Tapi aku telah mematahkan harapan ibumu. Sehingga kehadiran Adelia menjadi harapan baru beliau untuk mendapatkan cucu dari wanita itu.’’

‘’Aku tidak mencintainya.’’

Bola mata Aluna bergerak menata kedua manik berwarna coklat milik suaminya. ‘’Tidak mencintainya tapi kamu sudah menyatukan dirimu dengan dirinya. Apa bisa seseorang melakukan sesuatu yang sakral tanpa adanya cinta?’’

Faisal membeku. Lidahnya seperti kelu tak mampu berkata apapun. Dia tahu kemana arah pembicaraan Aluna saat ini.

Aluna menurunkan tangan suaminya yang memegang kedua sisi tubuhnya. Dia berjalan ke arah jendela, menatap keadaan di luar sana dengan tatapan mengawang.

‘’Aku lupa kalau kamu laki-laki yang hasratnya akan lebih cepat terpancing apalagi ketika harus sekamar dengan wanita cantik seperti Adelia.’’ Aluna tersenyum miris, menertawakan nasibnya sendiri yang begitu malang.

‘’Aluna, tolong jangan salah sangka. Malam tadi aku—’’

‘’Tak perlu merasa bersalah. Dia istrimu sekarang. Kamu dan dia sudah seharusnya melaksanakan kewajiban masing-masing. Aku saja yang belum terbiasa dengan keadaan ini. Tapi, aku akan berusaha ikhlas. Demi kebahagiaan kamu, Mas.’’ Aluna menatap mata suaminya yang bersemu merah.

Faisal kehilangan kata-kata. Dia hanya bisa memeluk istrinya, mendekap wanita itu erat. Berharap bisa meringankan rasa sakit yang pastinya begitu hebat dirasakan oleh Aluna saat ini.

Perasaan cinta bercampur dengan luka yang kini Aluna rasakan saat berada dalam dekapan Faisal. Semua tak sama seperti yang dulu ia rasakan. Jika dulu Aluna akan merasa tentram saat berada dalam dekapan Faisal. Kini ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Entahlah. Mungkin Aluna harus mulai menerima semua dengan ikhlas. Berdamai dengan nasib yang menimpanya.

‘’Malam ini, aku akan tidur denganmu di sini,’’ ucap Faisal kemudian mencium puncak kepala Aluna yang tertutup oleh hijab.

Aluna menggelengkan kepala cepat. ‘’Kamu tidur dengan Adelia dulu. Ibu pasti tak akan mengizinkan kamu tidur denganku. Kamu tau sendiri kalau ibu sedang menaruh harapan pada Adelia. Menggantungkan mimpi memiliki seorang cucu. Jangan membuat keadaan menjadi runyam. Kalian baru menikah, mana mungkin kamu membiarkan Adelia tidur sendirian.’’

Aluna membantah keinginan Faisal.

‘’Tapi Aluna— aku ….’’

‘’Sudah, Mas. Aku akan terbiasa jika kamu juga membantuku membiasakan diri tidur tanpamu. Lama-lama semua akan terasa mudah jika kita sudah terbiasa. Insya Allah aku ikhlas dan akan bahagia jika memang Allah akan menitipkan benihmu di rahim Adelia hingga tumbuh menjadi calon bayi. Saat itu terjadi, ibu akan berhenti menuntut keturunan, dan aku harap sikapmu padaku masih sama seperti sekarang. Perhatian dan penuh cinta.’’

‘’Pasti, Aluna. Aku akan berusaha adil apapun yang terjadi nanti.’’ Faisal kembali mendekap istrinya. ‘’Kamu tetap satu-satunya wanita yang menempati tahta tertinggi dalam hatiku. Pernikahanku pada Adelia semata-mata hanya bentuk tanggung jawab.’’

**

Setiap malam, Aluna harus menahan sakit sendirian. Membiarkan suaminya tidur di kamar madunya. Bahkan hampir setiap hari juga Aluna harus kenyang dengan ocehan mertua serta ipar yang tak pernah puas menghina dirinya. Seolah Aluna hanya wanita mandul di mata mereka. Wanita yang tak bisa memiliki keturunan.

Semua itu Aluna terima dengan ikhlas. Dia berusaha lebih kuat saat menghadapi cambuk dalam rumah tangganya yang sudah rapuh ini.

Suara bel berbunyi. Seorang pria menunggu pintu dibuka. Nando– suami Megan baru saja pulang dari luar kota. Saat ini dia tak sabar ingin melihat istri baru dari Faisal, adik iparnya.

Pintu dibuka oleh seseorang. Adelia yang kebetulan berada di ruang tengah membukakan pintu setelah mendengar bunyi bel berulang kali.

‘’Kau?’’ Nando tak percaya melihat wanita yang membukakan pintu untuknya saat ini.

‘’Mas Nando?’’ Adelia tak kalah terkejutnya dari Nando.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kenapa kau g pergi aja, aluna? seharusnya kau menghargai dirimu sendiri daripada berharap orang lain menghargaimu. ngapain juga tetap memilih ting seatap dg madu juga keluarga suamimu yg bermulut tajam. berarti kau yg tidak tau diri dan sdh tak waras. kadi nikmati aja rasa sakit itu setiap hari.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Satu Atap dengan Maduku    Bab 34

    ‘’Boleh aku duduk?’’ tanya Adrian, meminta izin.Sebenarnya Aluna sedikit ragu, tapi menolak pun rasanya tak mungkin. Terpaksa Aluna mengiyakan. ‘’Silahkan.’’Adrian menggeser kursi lalu duduk di sana. ‘’Gimana kabarmu sekarang?’’‘’Seperti yang kamu lihat. Alhamdulillah, aku baik.’’ Aluna tersenyum.‘’Maksudku– masalahmu. Apa sudah selesai?’’ tanya Adrian.Aluna tak segera menjawab, terlihat ragu. Adrian mengerti, mungkin dia terlalu kepo dengan urusan pribadi Aluna.‘’Maaf, kalau aku terlalu ikut campur. Gak perlu dijawab juga. Tapi aku harap urusanmu itu sudah selesai dan semuanya baik-baik saja,’’ timpal Adrian, suasana sedikit canggung.Aluna mengangguk sambil tersenyum tipis. Seorang pelayan melintas di meja mereka, Adrian segera memanggilnya.‘’Mbak!’’ Adrian melambaikan tangan ke arah pelayan itu. Pelayan itu pun menghampiri meja mereka. Memberikan buku menu pada pria yang memanggilnya.‘’Aluna, kamu mau pesan lagi?’’ tanya Adrian.‘’Tidak. Sudah cukup. Aku udah kenyang,’’ to

  • Satu Atap dengan Maduku    Bab 33

    ‘’Saya duluan, Pak.’’ Aluna segera berlalu dari hadapan Bastian. Berjalan menuju ruangannya. Jam istirahat sebentar lagi tiba, dia harus merapikan beberapa dokumen bekas meeting tadi. Setelah itu baru keluar mencari makan siang. Dia sudah punya janji dengan Nazwa siang ini untuk makan siang bersama."Aluna, tunggu!" Nazwa memanggil dengan suara yang sedikit lebih keras dari biasanya. Aluna, yang sedang berjalan menuju ruangannya, menoleh ke belakang. Ditatapnya Nazwa yang tampak berjalan cepat menghampirinya. Ada raut yang tak biasa di wajah sahabatnya itu.Aluna menunggu dengan sabar, menyesuaikan langkahnya agar mereka bisa berbicara. "Ada apa, Na?" tanyanya, sedikit heran karena Nazwa terlihat agak tegang.Nazwa berhenti tepat di depan Aluna, memandangnya dengan tatapan yang sulit dibaca. "Kenapa Bastian begitu perhatian sama kamu tadi? Aku lihat dia memperhatikanmu lebih dari yang seharusnya." Suara Nazwa sedikit bergetar, meskipun ia berusaha keras untuk terlihat tenang.Aluna t

  • Satu Atap dengan Maduku    Bab 32

    Danu dan Murni duduk di ruang utama, menunggu dengan sabar kepulangan putri mereka. Hati mereka berdebar, perasaan cemas dan khawatir menyelimuti suasana di rumah itu. Akhirnya, pintu terbuka, dan Aluna muncul di ambang pintu. Wajahnya terlihat letih, seolah ada beban berat yang tengah dipikul.“Bagaimana? Apa kamu sudah punya keputusan tentang nasib rumah tanggamu dengan Faisal ke depannya?” tanya Danu dengan nada yang sedikit terdengar tak sabar. Mata Danu menatap Aluna penuh harap, ingin tahu jawaban yang sudah lama dinantikannya.“Pak, biarkan Aluna duduk dulu,” ujar Murni, suara lembutnya mencoba meredakan ketegangan yang terasa.Ketiganya kemudian duduk di kursi ruang utama. Murni dengan penuh perhatian membawakan segelas air putih untuk putrinya. Aluna menerima gelas itu dengan tangan yang sedikit gemetar. Wajahnya terlihat pucat, matanya sembab, dan ada kesedihan yang begitu mendalam terpancar dari raut wajahnya. Murni tahu persis betapa berat yang sedang dirasakan putrinya. S

  • Satu Atap dengan Maduku    Bab 31

    “Aluna, kamu kembali ke rumah ini?” Faisal menghampiri wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu. Sekilas, ada kecanggungan di antara mereka. Namun kini, mereka sedang pisah rumah, bahkan sudah lama pisah ranjang. Suasana yang semula hening terasa semakin menyesakkan di ruangan ini, dipenuhi ketegangan yang seolah tak akan pernah reda.“Tidak, Mas. Aku belum bisa kembali ke rumah ini, atau bahkan mungkin tidak akan pernah lagi kembali ke sini. Kedatanganku saat ini untuk menjenguk ibumu,” jawab Aluna tegas. Kata-katanya terdengar begitu berat, seperti ada beban yang tak terungkapkan.Faisal terdiam sejenak. Matanya mencari-cari rasa sesal yang sudah lama tak terucap, berharap pada sebuah kesempatan yang entah bagaimana harus ia peroleh. “Tolong beri aku kesempatan,” pinta Faisal, suaranya dipenuhi dengan ketulusan yang menggetarkan. “Aku akan melakukan apapun untuk menebus kesalahanku, supaya kita bisa bersama lagi. Ingat, Aluna, ada anak kita di dalam perutmu.” Ucapan itu meng

  • Satu Atap dengan Maduku    Bsb 30

    ‘’Megan, Shela, kalian temui Aluna. Bujuk dia agar mau kembali dengan Faisal,’’ titah Sarah pada kedua putrinya.‘’Aku rasa Mbak Aluna tak akan begitu saja menerima apa yang telah kalian lakukan kepadanya selama ini. Mulut kalian terlalu jahat dan banyak menyakiti hati Mbak Aluna. Dia pantas meskipun tidak memaafkan kalian. Bahkan, kalian juga yang telah membuat hubungan Mbak Aluna dengan Mas Faisal berantakan,’’ tukas Oliv.‘’Perkataanmu itu bukan hanya untuk Megan dan Shela kan? Tapi juga untuk ibu,’’ sergah Sarah, merasa tersindir.‘’Aku tidak bilang begitu, tapi jika ibu merasa tersindir berarti ibu sama seperti mereka.’’ Oliv begitu santainya berkata demikian.‘’Sudah mulai kurang ajar kamu sama Ibu?’’ seloroh Megan, merasa adiknya sudah tidak sopan.‘’Aku hanya mengatakan fakta. Permintaan maaf kalian terhadap Mas Faisal bahkan belum tulus. Buktinya kalian masih merasa tidak berdosa atas apa yang kalian lakukan.’’ Olive menghela napas panjang dalam sejenak. ‘’Mudah sekali bagia

  • Satu Atap dengan Maduku    Bab 29

    Aluna mengintip di balik kaca jendela kamarnya. Melihat kepergian Faisal dengan langkah gontai setelah mendapat penolakan dari sang ayah ketika pria itu ingin bertemu dengannya.Rasa kecewa kedua orang tua Aluna begitu besar terhadap Faisal. Pria yang mereka pikir akan bertanggung jawab penuh dan menjamin kebahagiaan putri mereka, namun justru sebaliknya. Faisal malah menorehkan luka yang paling dalam, terlebih saat ini Aluna sedang hamil muda.Gurat penyesalan terlukis di wajah Faisal yang menghentikan langkah sejenak, melirik ke arah jendela. Seolah tahu di sana Aluna tengah memperhatikannya. Gegas tangan Aluna melepas tirai yang semula disibaknya sedikit. Perasaan cinta masih tersimpan di dalam hati Aluna terhadap suaminya, tetapi rasa sakit dan kecewa pun tak kalah besar dari rasa cintanya pada pria itu.Aluna belum punya keputusan apa-apa untuk menentukan nasib rumah tangganya. Mobil Faisal terdengar pergi meninggalkan halaman rumah Aluna. Separuh jiwa Aluna seakan ikut pergi be

  • Satu Atap dengan Maduku    Penyesalan dan penebusan

    Suasana di rumah sakit tampak cemas. Koridor-koridor yang biasanya sibuk dengan lalu-lalang orang, seolah terhenti sejenak ketika berita buruk datang. Sarah, ibu dari Faisal, Megan, Shela, dan Oliv, terjatuh di rumah akibat serangan jantung mendadak. Dengan tergesa-gesa, ia dibawa ke rumah sakit, namun keadaan Sarah tetap belum stabil. Faisal, anak laki-laki satu-satunya di keluarga Aditama, tampak kebingungan dan cemas, berdiri di ruang tunggu rumah sakit dengan mata yang penuh kekhawatiran.Melihat Faisal yang semakin gelisah, Megan dan Shela mencoba memberikan dukungan, tetapi mereka sendiri pun tak bisa menyembunyikan kecemasan mereka. Oliv, anak bungsu yang masih remaja, hanya bisa terdiam di sudut ruang tunggu, berusaha keras menahan air matanya. Tapi tidak ada yang bisa menandingi beban pikiran Faisal. Tidak hanya memikirkan ibunya yang terbaring lemah, namun juga nasib rumah tangganya yang sedang berada di ujung tanduk.Faisal mendoakan ibunya dengan penuh harapan, berharap Sa

  • Satu Atap dengan Maduku    Terkuaknya sebuah pengkhianatan

    ‘’Aku akan pergi, tapi aku akan membawa suamimu,’’ tegas Adelia dengan tatapan nyalang. Perkataannya membuat semua yang ada di sana sangat terkejut. Sedang Nando semakin gelisah karena ucapan Adelia barusan.Adelia membongkar kebusukan Nando, suami Megan. "Suamimu yang telah menghamiliku. Kau pasti tidak tahu kan, jika Mas Nando itu kekasihku?"Megan terdiam, mulutnya tercekat oleh kata-kata Adelia yang begitu tajam. Pandangannya yang semula tajam berubah kabur, seperti ada yang menghimpit dadanya. "Apa maksudmu, Adelia? Jangan bicara sembarangan!" jawab Megan, suaranya bergetar.Nando pun segera membela diri, berusaha untuk menutupi kebohongannya yang sudah terancam terbongkar. "Jangan dengarkan dia, Megan! Ini semua hanya fitnah. Adelia hanya ingin menghancurkan hidup kita!"Namun, semua yang ada di ruangan itu tampak terkejut mendengar pengakuan Adelia. Jantung Megan berdebar kencang, rasa sakit mulai merambat dalam dirinya. Adelia melanjutkan, "Megan, aku hanya ingin kau tahu kebe

  • Satu Atap dengan Maduku    Aku akan membawa suamimu

    Aluna berdiri di carport rumah mereka, tubuhnya kaku dengan raut wajah penuh ketegasan. Ia menatap Faisal, suaminya, yang kini berdiri di depannya dengan wajah penuh harap dan kebingungan. Wajah Faisal yang biasanya penuh dengan senyuman kini terlihat muram, matanya memancarkan ketakutan akan kehilangan.Faisal melangkah maju, berusaha meraih tangan Aluna, tetapi dengan cepat Aluna menepisnya. Gerakan tangannya begitu tegas, seolah ingin memberi jarak antara mereka yang semakin melebar."Aluna, tolong jangan pergi!" Faisal memohon, suaranya penuh dengan kesedihan yang mendalam. Ia menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada, seolah memohon kepada Tuhan agar bisa membalikkan keputusan yang telah diambil oleh istrinya.Aluna menatap suaminya dengan tajam. Matanya yang biasanya lembut kini dipenuhi kemarahan dan kekecewaan. Ia merasa cukup lama disakiti, merasa terhimpit dalam hubungan yang dipenuhi dengan tekanan dari keluarga Faisal yang tak pernah memberi ruang untuknya."Aku h

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status