Waktu cepat berlalu, sudah lebih dari sebulan semenjak kejadian malam itu dan selama itu pula Levin mencoba berbagai macam cara agar dapat melupakan Claire.Lagipula Claire pun sudah menolaknya mentah-mentah saat Levin ingin bertanggung jawab, jadi tidak salah kan kalau Levin ingin kembali menikmati hidupnya seperti dulu? Seperti saat dirinya belum bertemu dengan Claire. Seperti saat otaknya belum dipenuhi dengan nama Claire terus menerus. Levin masih muda, ada banyak hal yang harus dirinya nikmati sebelum terlambat dan yang paling penting, masih banyak wanita yang mengantri mendekatinya dan memohon untuk dipuaskan di atas ranjang! Masih banyak kesenangan yang belum pernah Levin lakukan dan selagi masih muda, dirinya harus mencicipi semua kesenangan duniawi kan? Levin tidak ingin menyesal dan inilah yang dirinya lakukan. Hampir setiap malam Levin berada di bar dan ditemani oleh para wanita yang datang silih berganti, sesuai jari telunjuknya mengarah, hanya untuk menyen
Levin menghela nafas pelan, meratapi kesenangannya yang harus ‘terenggut’ setelah dipertemukan kembali dengan Claire. Jujur, Levin bosan jika hanya menuntaskan hasratnya melalui oral para wanita jalang.Levin bosan jika tidak bisa menikmati permainan di atas ranjang yang membuat hatinya terasa semakin dingin dan hambar. Levin ingin merasakan kehangatan dari pusat inti tubuh wanita dengan penuh gairah.Levin ingin menikmati setiap permainan mereka, bukan hanya sekedar ‘tumpah’!Levin sadar kalau para wanita itu merindukan kehebatannya di atas ranjang.Rindu pada cumbuannya yang menuntut dan bisa membangkitkan gairah wanita sampai ke level tertinggi. Rindu pada hentakan juniornya yang kuat dan bertenaga jika sedang berpacu di atas ranjang seperti kuda yang sedang bertempur di arena balap dan tidak terkalahkan, bukan yang ogah-ogahan seperti orang tidak niat begini! Levin ingin mendengar para wanita itu merintih, mengerang, mendesah dan menjerit puas samb
Levin menatap frustasi pada juniornya yang kembali mengacung tegak. Begitu tegang dan keras hendak dipuaskan lagi. Percuma Levin membujuknya agar kembali tidur karena juniornya tidak menuruti ucapannya. Terpaksa Levin menuntaskannya dengan menggunakan tangannya sendiri, berusaha keras mengeluarkan lahar panasnya agar merasa puas, namun sudah hampir 20 menit Levin memainkannya dan belum ada tanda-tanda akan keluar. Terpaksa Levin kembali membayangkan Claire saat mereka melalui malam panas berdua. Menjadikan Claire sebagai objek fantasinya untuk mendapat kenikmatan. Gerakan tangan Levin semakin cepat hingga akhirnya pria itu menggeram puas dan cairannya langsung tumpah begitu banyak membasahi lantai kamar mandi sebelum akhirnya juniornya kembali lemas setelah puas. Levin meninju tembok di hadapannya dengan geram.‘Shittt! Hampir 20 menit bermain sendiri aku tidak bisa puas, tapi hanya dengan membayangkan Claire, tidak sampai 5 menit aku sudah bisa langsung tump
Levin gelisah. Antara hati nurani dan gairah berperang dalam dadanya. Tidak bisa dipungkiri, Levin adalah pria normal yang pasti tergoda saat melihat seorang gadis telanjang tepat di hadapannya, apalagi yang secantik Claire, sambil mengerang pula! Erangan yang mengundang Levin untuk melakukan hal terlarang itu. Erangan yang mengundang Levin untuk menyentuh Claire secepatnya. Erangan yang mengundang Levin agar segera menyatukan tubuh dengan Claire. Erangan yang mengundang Levin agar juniornya dan milik Claire bersatu dalam gairah.Erangan yang membuat Levin paham kalau Claire butuh pelampiasan untuk meredakan hasratnya akibat obat perangsang yang sudah masuk ke dalam tubuhnya. Tapi hati nuraninya menolak. Levin sadar kalau itu salah. Bukannya Levin takut pada dosa. Sama sekali tidak. Pria atheis sepertinya tidak peduli pada dosa, ingat saja tidak. Levin hanya tidak ingin jika saat sadar nanti mendapati Claire menangis histeris hanya karena ditiduri secara
“Holy shittt! Bagaimana bisa kamu masih perawan?!” teriak Levin frustasi saat menyadari kalau dirinya telah merenggut mahkota dari seorang gadis yang tidak sadar akan kelakuannya sendiri karena berada dibawah pengaruh obat perangsang. Meskipun dirinya seorang playboy dan sering meniduri banyak wanita, tapi Levin tidak pernah memperkosa gadis manapun. Mereka sepakat melakukannya karena suka sama suka, mau sama mau, ingin sama ingin, tanpa ada unsur keterpaksaan! Dan wanita yang ditidurinya selama ini tidak ada yang masih perawan. Semuanya adalah wanita bekas pakai yang sering melakukan hubungan seks dengan pria manapun! Berbeda dengan apa yang terjadi malam ini! Oh sialan! Sekarang harus bagaimana? Berhenti? Tidak mungkin! Juniornya sudah tegang begini masa iya berhenti? Kasihan, pasti si junior merasa sengsara! Apalagi gairah sudah menguasainya membuat Levin hilang akal dan memutuskan untuk tetap melanjutkan perbuatannya. Menutup mata dan telinga atas rintihan kesakit
Levin terus menghujam miliknya dengan begitu dalam agar menyatu erat dengan milik Claire dan kembali berteriak puas saat lagi-lagi meraih puncak kenikmatan dan menyemburkan benihnya tanpa ragu ke dalam rahim Claire, entah untuk yang keberapa kalinya. Levin pun sudah lupa saking nikmatnya. “Oh my God! Tubuhmu sungguh nikmat, Claire!” geram Levin sambil menenggelamkan juniornya ke dalam milik Claire, membiarkan lahar panasnya tumpah di dalam sana! Setelah tuntas, barulah Levin melepaskan penyatuan tubuh mereka dan berbaring telentang di samping tubuh Claire dengan nafas terengah akibat terlalu lama bekerja keras di atas ranjang. Terlalu lama mengeksplor tubuh molek Claire. Pria itu masih sibuk meresapi rasa nikmat yang didapatkannya dari tubuh Claire secara gratis! Ibarat kata, malam ini Levin seolah mendapatkan jackpot! Tidak dipungut bayaran, tapi bisa mencicipi tubuh Claire sepuasnya, masih virgin pula! Nikmat sekali hidupnya malam ini. Mungkin akhir-akhir ini Levin
Nick menggeleng, mengusir pikirannya yang sempat melantur karena mengagumi kesetiaan daddy Alex. Kesetiaan yang belum tentu bisa dilakukan oleh setiap pria. Nick tidak berkomentar lagi, tidak ingin membuat Claire semakin pusing. Matanya malah menatap heran pada sahabatnya yang hanya mengaduk makan siangnya tanpa minat dan tidak bersemangat, wajahnya pun terlihat lesu dan pucat. “Kamu kenapa, Claire? Aku lihat dari tadi kamu tampak lesu, tidak selera makan juga, malah sedikit pucat. Kamu sakit?” tanya Nick, nada suaranya sarat akan kecemasan. Claire terdiam. Sejak tadi pagi, Claire memang merasa kondisi tubuhnya kurang fit. Mungkin karena terlalu sering begadang. Jujur saja akhir-akhir ini Claire tidak bisa tidur dengan nyenyak. Hatinya terus merasa gelisah. Entah kenapa. Tapi Claire tidak ingin membuat Nick khawatir akan keadaannya. “Tidak, hanya memikirkan soal skripsi. Apa aku bisa melewati sidang dengan baik? Apa dosen pengujiku akan mencecarku dengan berbagai
Di lain sisi, bukan hanya Levin yang memperhatikan interaksi antara Claire dan Nick dengan kesal, tapi ada orang lain juga, yaitu Mia. Awalnya, dirinya ingin bergabung, tapi melihat kedekatan Claire dan Nick, Mia memutuskan untuk mengurungkan niatnya. Tidak ingin menjadi pihak ketiga yang diabaikan. Jujur, setiap kali mereka berkumpul bertiga, Mia selalu tersisihkan. Hanya dianggap sebagai obat nyamuk! Menyakitkan bukan?Memang, Claire selalu mengajaknya masuk ke dalam obrolan, tapi tidak dengan Nick yang selalu mengabaikan keberadaannya dan enggan mengajaknya berbincang.Mia bahkan merasa kalau Nick membencinya, entah karena apa. Tatapan mata pria itu seolah sedang menyelidikinya, selalu menatap curiga, takut Mia menyakiti Claire. Yah, meski tidak sepenuhnya salah karena Mia memang berniat mencelakakan Claire karena iri dengan segala hal yang ada di diri Claire hingga membuatnya dendam dan ingin menghancurkan wanita itu! Mia ingin agar Claire merasakan bagaimana r
Claire mengangguk. Tidak meragukan ucapan Susan sama sekali. Tidak setelah dirinya melihat sendiri apa yang daddy Alex lakukan untuknya. Kini, Claire menatap rumah di hadapannya dengan perasaan campur aduk. Terharu, bahagia, tidak percaya, dan entah apalagi. Rumah yang dibeli oleh daddy Alex meski tidak semewah rumahnya di Bali, tapi tetap terlihat nyaman untuk ditinggali dan cukup besar apalagi hanya akan ditinggali oleh Claire, Susan dan si kecil nantinya. Dengan halaman yang cukup luas dan tertata rapi, ditambah garasi dan teras dimana sudah tersedia dua buah kursi dan satu meja teh di antara kedua kursi tersebut. Tempat yang nyaman untuk berbincang santai sekaligus menikmati udara segar. Susan membuka pintu hingga Claire bisa beralih ke bagian dalam rumah. Matanya memandang sekeliling. Rumah dua lantai dengan 4 kamar tidur. Satu kamar utama, dua kamar tamu dan satu kamar untuk asisten rumah tangga, khusus untuk kamar ART ada di lantai bawah, sisanya di lantai atas
Claire menatap keluar jendela, dirinya sudah duduk nyaman di pesawat dengan Susan di sampingnya. Sebentar lagi mereka akan pergi menjauh dari negara kelahirannya. Claire menghela nafas pelan dan tatapannya jatuh pada perutnya yang masih rata. ‘Mulai hari ini kita jalani hidup baru bersama ya, Sayang. Mommy janji akan memberikan yang terbaik untukmu meski daddy kamu tidak mengetahui keberadaan kamu. Mommy janji akan menebus kesalahan mommy karena telah memisahkan kalian berdua seumur hidup mommy,’ batin Claire dengan pandangan menerawang sambil tangannya terus mengusap perutnya, hendak merasakan keberadaan si kecil. Beberapa jam kemudian…Setelah menempuh penerbangan panjang yang melelahkan, akhirnya Claire dan Susan mendarat di Melbourne dengan selamat, disambut oleh kesibukan bandara yang tak pernah padam. Mereka langsung menuju taxi stand, mengantri dengan sabar.Setelah masuk ke dalam taksi, Susan langsung menyodorkan selembar kertas yang bertuliskan alamat temp
Nick berdiri di hadapan Claire dengan nafas tersengal-sengal, terlihat jelas kalau pria itu berlari untuk mengejarnya.“Lho?! Kamu kok bisa ada disini? Bukannya kamu ada acara keluarga hari ini?” tanya Claire, kaget melihat keberadaan sahabatnya. Apalagi dirinya masih mengingat jelas kalau Nick sempat mengatakan kalau hari ini adalah ulang tahun sang grandpa, acara keluarga yang tidak mungkin tidak dihadirinya, tapi nyatanya, pria itu ada disini. Di bandara. Menemui Claire. Apa itu artinya Nick lebih memilih mengantar kepergiannya daripada menghadiri acara ulang tahun kakek kandungnya sendiri? Sepenting itukah Claire bagi Nick?“Bagaimanapun juga aku harus mengantar kamu, sahabat yang sudah aku kenal sejak balita sampai sekarang. Aku masih bisa datang ke ulang tahun grandpa setelah ini, tapi mengantar kamu, hanya bisa aku lakukan sekarang, Claire.”Jawaban Nick membuat hati Claire menghangat. Refleks, Nick meraih Claire ke dalam pelukannya, mengabaikan keberada
“Claire…”“Aku bukan wanita murahan yang bisa kamu pergunakan setiap kali kamu butuh dan menginginkan seks! Aku punya harga diri! Jangan pernah berpikir untuk kembali meniduriku karena aku tidak akan membiarkannya. Walaupun aku pernah berbuat kesalahan, tapi aku tidak ingin hidup dalam kesalahan itu terus menerus. Saat pertama kali kamu meniduriku, aku memang dibawah pengaruh obat dan aku tidak dapat menyalahkanmu sepenuhnya, tapi apa yang kita lakukan terakhir kali itu tidak benar. Apalagi kita melakukannya secara sadar. Jadi aku harap jangan mengulanginya lagi. Aku mohon hormati aku sebagai wanita, jangan pernah menganggapku sebagai wanita murahan yang bisa kamu gunakan untuk memuaskan nafsumu saja, Levin!” ucap Claire panjang lebar, suaranya terdengar bergetar akibat amarah. Levin meraih kedua tangan Claire, menggenggamnya erat. “Maafkan aku, Claire. Harus kuakui kalau aku sulit menahan diri jika berada di dekatmu, namun bukan berarti aku tidak menghormatimu. Aku ti
Daddy Alex hanya mengangguk kecil meski didalam pikirannya berkelebat dugaan lain. Tapi biarkan saja, biar waktu yang membuktikan apakah dugaannya benar atau salah.Sementara itu Claire sibuk dengan pikirannya sendiri. Bertanya-tanya bagaimana respon Levin saat mengetahui kalau dirinya sudah tidak ada di Bali. Ya, tadi saat menitip pesan pada satpam, Claire dengan tegas mengatakan jika ada yang menanyakan keberadaannya lebih baik ucapkan kalimat keramat ‘tidak tau’.‘Bilang saja kuliah di luar negeri. Tidak tau dimana.’Itulah kalimat yang Claire ajarkan dan dirinya memang tidak memberitahu satpam kalau hendak pergi ke Melbourne. Sesuai rencana, yang tau tentang keberadaannya hanya daddy Alex, Nick dan Susan. Tidak ada lagi yang lain. Bahkan orangtua Nick pun tidak tau dan Claire yakin kalau Nick pasti akan menutup bibirnya rapat-rapat. Tanpa sadar Claire mendesah, mengingat kembali bagaimana perhatian Levin kepadanya. Jujur, selama beberapa hari ini, Claire me
Daddy Alex tertawa pelan. Memahami apa yang Claire maksud.Ya, setelah mengiyakan permintaan Claire yang ingin menetap di Melbourne, awalnya daddy Alex tidak mengatakan apapun, bahkan mencoba menghormati keinginan Claire yang ingin belajar hidup mandiri, tanpa bantuan darinya. Namun sebagai orangtua, tidak bisa dipungkiri kalau rasa cemasnya semakin pekat saat memikirkan Claire yang harus berada sendirian di negara asing, saat sedang hamil pula. Kehamilan pertama dimana putrinya belum memiliki pengalaman. Maka dari itu, tanpa sepengetahuan Claire, daddy Alex meminta Susan untuk menemani putrinya.Awalnya Susan memang bertanya-tanya, tapi pada akhirnya daddy Alex mengatakan dengan jujur apa alasan yang mendasari kepergian Claire. Daddy Alex masih ingat bagaimana respon Susan waktu itu, wanita itu hanya bisa menebah dadanya dengan kaget. Tidak menyangka kalau nona mudanya sedang hamil!Meski awalnya merasa berat karena harus meninggalkan putrinya, suami Susan sudah me
Claire memijat kepalanya yang mendadak pusing. Kata cemburu membuatnya sakit kepala. Bukannya apa, bukankah katanya cemburu adalah tanda cinta? Apa itu artinya Levin benar-benar mencintainya? Benarkah itu? Hanya Levin yang bisa menjawabnya.Claire enggan menebak-nebak. “Sudahlah, jangan membahasnya lagi. Rasanya aku lelah dan ingin istirahat.”“Aku akan mengantarmu pulang.”“Tidak perlu, aku akan mengajak daddy Alex pulang. Ini adalah pesta orangtuamu, kamu tidak boleh meninggalkannya begitu saja, Nick.”“Apa kamu pikir daddy Alex mau diajak pulang sekarang saat dia sedang asyik berbincang dengan teman-temannya sambil ditemani alkohol?” tanya Nick, menunjuk ke arah daddy Alex yang sedang terbahak bersama daddy Edward dan yang lainnya. Claire mendesah dalam hati, mengakui kebenaran dari ucapan Nick. “Kita pamit sekarang. Aku yakin orangtuaku tidak akan keberatan, lagipula ini sudah malam. Tidak ada acara apapun lagi, mereka hanya asyik berbincang. Berce
“Sepertinya ada kemungkinan hubungan keluarga kita menjadi jauh lebih erat,” kekeh daddy Edward yang melihat bagaimana cara putranya memeluk Claire. Sebagai seorang pria dewasa, daddy Edward memahami apa makna yang tersirat di dalam pelukan itu. Terlihat jelas kalau putranya memeluk Claire dengan penuh perasaan. Bukan sekedar pelukan antar sahabat ataupun saudara, tapi pelukan seorang pria kepada wanita yang dicintainya. Mommy Lisa tersenyum lebar saat mendengar ucapan suaminya, tidak menyangkal kebenaran yang ada. Tampak jelas kalau putranya memang memiliki perasaan khusus pada Claire meski belum berani mengakuinya secara terang-terangan. Mungkin takut mengacaukan kata persahabatan yang terjalin selama ini. “Sejak dulu aku sudah menyukai Claire dan berharap agar Claire bisa menjadi bagian dari keluarga kami. Semoga saja itu bisa terwujud.”Daddy Alex hanya mengangkat bahu, terlihat netral. “Kita lihat saja nanti. Andai Nick berani menghadapku untuk memi
Ucapan Levin membuat rasa bersalah kembali datang menghantui hati Claire. Jika diakumulasikan, entah sudah seberapa besar rasa bersalahnya, pasti tak terhitung! “Sulit bagiku untuk percaya kalau sikap brengsekmu tidak akan kembali kambuh. Dan lagi jangan berharap banyak pada hubungan ini. Aku takut mengecewakanmu.”‘Karena kamu pasti kecewa saat mengetahui kepergianku,’ tambah Claire dalam hati. “Aku memahami kekhawatiranmu, tapi aku akan terus membuktikannya melalui tindakan sampai kamu benar-benar percaya padaku sepenuhnya. Kamu hanya perlu memberiku waktu untuk membuktikannya, Claire.”Claire hanya mengangguk dalam diam, enggan berkomentar. “Kamu mau minum sedikit?” “Tidak, aku sedang tidak ingin minum malam ini.”‘Aku tidak akan menyentuh alkohol lagi agar bayi kita tetap sehat, Levin,’ batin Claire.Levin mengangkat bahu. Tidak mempermasalahkan penolakan Claire. Setibanya di rumah Claire, Levin menatap jam di dashboard mobilnya. Jam 9 le