Levin menenggak minuman bersoda di tangannya dengan sekali teguk. Setelah Claire meninggalkannya, Levin berusaha sebisa mungkin untuk menghindari alkohol, walaupun jujur saja dirinya sangat membutuhkan minuman beralkohol saat ini.
Tapi tekad untuk membuktikan bahwa dirinya dapat menjadi pribadi yang lebih baik, lebih kuat daripada keinginannya untuk minum alkohol.Jadi malam ini, Levin harus dapat berpuas diri meski hanya bisa meneguk minuman berkarbonasi tanpa alkohol setetes pun! Playboy tobat, kurang lebih julukan itulah yang disematkan orang-orang kepadanya, tapi Levin tidak peduli.“Nick sialan!” maki Levin frustasi dan meremas kaleng di tangannya sampai tidak berbentuk. Menyalahkan pria itu meski Levin sadar kalau itu bukanlah kesalahan Nick sepenuhnya. Pria itu hanya ingin menepati janji yang terlanjur diucapkannya.Kini yang bisa Levin lakukan hanyalah membuktikan kemampuannya, seperti tekadnya beberapa waktu lalu. Percuma mencari informasi karena Nick tidClaire menatap ponselnya yang kini hening. Mensyukuri kehadiran Nick karena pria itu selalu bisa menguatkannya meski mereka terpisah jarak. Bersyukur karena kehadiran Nick membuat hari-harinya yang suram menjadi lebih menyenangkan. Setidaknya Claire memiliki seseorang yang dapat menampung cerita dan keluh kesahnya. Selama berbulan-bulan ini Claire berusaha menyesuaikan diri dengan pekerjaannya dan rajin menabung untuk biaya persalinan. Kini, dirinya tidak perlu memusingkan mengenai biaya persalinan lagi karena tabungannya sudah lebih dari cukup. Untuk hal yang satu itu, Claire harus bersyukur karena secara tidak langsung daddy Alex lah yang membuat Claire dapat menabung lebih banyak karena sang daddy selalu mensupport kebutuhan rumahnya melalui Susan meski Claire sempat protes.Namun seperti yang selama ini terjadi, Claire selalu kalah debat karena dirinya paham kalau daddy Alex hanya ingin memastikan kesejahteraannya dan si kecil meski berada jauh dari negara kelahira
Levin menenggak minuman bersoda di tangannya dengan sekali teguk. Setelah Claire meninggalkannya, Levin berusaha sebisa mungkin untuk menghindari alkohol, walaupun jujur saja dirinya sangat membutuhkan minuman beralkohol saat ini. Tapi tekad untuk membuktikan bahwa dirinya dapat menjadi pribadi yang lebih baik, lebih kuat daripada keinginannya untuk minum alkohol. Jadi malam ini, Levin harus dapat berpuas diri meski hanya bisa meneguk minuman berkarbonasi tanpa alkohol setetes pun! Playboy tobat, kurang lebih julukan itulah yang disematkan orang-orang kepadanya, tapi Levin tidak peduli.“Nick sialan!” maki Levin frustasi dan meremas kaleng di tangannya sampai tidak berbentuk. Menyalahkan pria itu meski Levin sadar kalau itu bukanlah kesalahan Nick sepenuhnya. Pria itu hanya ingin menepati janji yang terlanjur diucapkannya. Kini yang bisa Levin lakukan hanyalah membuktikan kemampuannya, seperti tekadnya beberapa waktu lalu. Percuma mencari informasi karena Nick tid
Sepulangnya dari Melbourne, Nick datang ke kampus untuk menyelesaikan segala macam urusan mengenai perkuliahan. Kakinya sedang melangkah santai di sepanjang lorong saat seseorang menghadang langkahnya. Seolah sengaja menunggu kedatangannya sejak tadi. Levin. Pria itu menatap Nick dengan tajam. Pandangan mereka beradu. Sama-sama tajam. Saling memandang sinis. Menunjukkan ketidaksukaannya pada kehadiran satu sama lain. Namun Levin sadar, sebenci-bencinya dirinya pada Nick, tapi Levin membutuhkan informasi dari pria itu! Sedangkan Nick, tanpa dapat dicegah otaknya berkelana, teringat pada apa yang dialami Claire. Saat wanita itu mengalami pendarahan karena stress dengan gunjingan rekan kerjanya. Hal yang secara tidak langsung terjadi akibat ulah pria di hadapannya. Andai Claire tidak hamil di luar nikah, sahabatnya pasti tidak perlu mengalami hal itu! Membayangkan kejadian saat Claire mengalami pendarahan saja sudah membuat Nick kembali ketakutan! Dirinya nyaris keh
Levin menyerah, meski telah memutuskan untuk memulai kehidupan baru dan melupakan Claire, tapi dirinya gagal. Logika dan hatinya bertolak belakang, Levin belum bisa, atau tidak bisa, melepaskan Claire.Logikanya mengatakan untuk merelakan Claire dan memulai kehidupan baru, tapi hatinya tidak mengizinkan karena Levin masih tetap menginginkan wanita itu. Ingin agar Claire menjadi miliknya. Dirinya tidak rela jika wanita itu pergi dari sisinya. Amarah serta kekecewaan yang awalnya menguasai hati berangsur lenyap, berganti dengan kerinduan mendalam yang menyesakkan dada hingga membuat hari-harinya dipenuhi keresahan. Rasanya semua hal yang Levin lakukan selalu salah, tidak ada yang benar dan itu semua karena kepergian Claire! Sialan! Levin tidak pernah mengira kalau dirinya akan selemah ini dalam menghadapi wanita! Padahal selama ini Levin tidak pernah memiliki kesulitan untuk meninggalkan wanita manapun, tapi nyatanya Claire adalah pengecualian! Bagi Levin, Claire ad
Keesokan paginya…Claire sarapan dengan raut lelah membuat alis Nick terangkat heran, campur cemas. “Kamu kenapa, Claire? Kenapa terlihat selemas ini?”“Entahlah, rasanya tubuhku lelah. Padahal semalam kita hanya jalan sebentar dan menghabiskan waktu mengobrol di café, tapi kenapa tubuhku tetap merasa lelah ya?”“Mungkin karena kamu jarang olahraga.”“Bisa jadi. Kamu tau sendiri sejak dulu aku paling malas kalau disuruh olahraga.”“Olahraga kan tidak selalu melakukan hal berat. Kamu bisa jalan santai setiap pagi sambil menghirup udara segar. Dokter juga menyarankan seperti itu kan kemarin.”“Malas!” Nick hanya menggeleng saat Claire menyuarakan kemalasannya tanpa beban.*** Nick melihat Claire yang sedang berbincang dengan seorang pria. Hari ini, dirinya memang sedikit terlambat menjemput Claire. Tidak heran kalau kali ini, Claire lah yang harus menunggu kedatangannya, padahal biasanya Nick yang selalu menunggunya karena dirinya sadar kalau
Setelah beberapa hari istirahat total, akhirnya Claire dapat kembali beraktivitas seperti biasa. Claire sadar kalau dirinya tidak bisa bermalas-malasan terlalu lama karena pekerjaan kantornya pasti menumpuk dan lagi kasihan rekan kerjanya yang harus menggantikan pekerjaannya sementara waktu ini. Sedangkan Nick, pria itu selalu memastikan kondisi Claire. Aktivitas antar jemput tidak pernah luput sekalipun hingga Claire merasa dirinya adalah anak kecil yang sedang diantar oleh daddynya ke sekolah dan saat Claire menyatakan pemikirannya, Nick hanya menjawab cuek dengan raut datar,“Kamu memang masih seperti anak kecil yang harus diperhatikan agar tidak ceroboh!” Claire hanya bisa memberengut kesal saat mendengar jawaban Nick. Apakah pria itu tidak sadar bahwa wanita yang dianggapnya seperti anak kecil sebentar lagi akan melahirkan anak kecil? Dasar pria! Hingga hari ini, Nick sedang menunggu kepulangan Claire di depan kantor dimana memang ada kursi taman yang di
Beberapa saat kemudian…Susan menyambut kepulangan Claire dengan sumringah, lega karena nona mudanya akhirnya pulang dari rumah sakit dalam keadaan sehat. Claire hanya bisa meringis kecil saat Susan dan Nick memperlakukannya bagaikan seorang pesakitan yang tidak boleh melakukan apapun. Claire ingin mengeluh tapi mengurungkannya, sadar kalau Susan dan Nick hanya ingin yang terbaik baginya. Tidak heran kalau selama istirahat di rumah Claire diperlakukan seperti ratu. Yang dilakukannya sehari-hari hanya makan, tidur dan bersantai. Dan saat ini, Nick sedang menemaninya duduk di teras depan, menikmati suasana malam.“Claire, ada yang ingin aku tanyakan.”Nada suara Nick yang terdengar serius membuat alis Claire terangkat heran. “Tentang apa, Nick? Kenapa terdengar serius sekali? Aku jadi takut.”Serius, nada suara Nick saat ini mengingatkan Claire kepada hari dimana pria itu mengetahui kehamilannya. Tak urung hal itu membuat Claire curiga. Yakin kalau Nick
Nick memandang Claire yang tampak damai dalam tidurnya. “Sebenarnya apa yang membuat kamu stress, Claire? Kenapa kamu tidak menceritakannya padaku? Bukankah selama ini kamu selalu menceritakan segala hal kepadaku? Tapi kenapa kali ini kamu malah menutupinya? Bukankah kamu sudah berjanji tidak akan menutupi apapun dariku?” Nick sadar kalau pertanyaannya sia-sia belaka karena Claire masih terlelap, tapi itu tidak mengurangi keinginannya untuk menanyakan hal itu saat ini juga. Keesokan paginya…Claire terbangun sambil mengerang lemah. Tubuhnya terasa sakit dan tidak nyaman. Tangan kirinya pun terasa kebas. Claire menoleh dan tersenyum kecil, memahami penyebab kenapa tangannya bisa kebas seperti ini, karena ternyata Nick menindih lengannya dan terlelap disana. Entah sudah berapa lama pria itu tertidur dalam posisi seperti itu. Claire yakin kalau sekujur tubuh Nick akan terasa pegal saat bangun nanti! Namun senyum Claire memudar saat menyadari ada hal penting yan
Nick terdiam mendengar pertanyaan dokter. Bibirnya ingin menyangkal, meski hatinya menginginkan hal sebaliknya, dan mengatakan kalau Claire bukanlah istrinya tapi rasanya itu tidak penting sekarang. Anggap saja saat ini Nick adalah suami gadungan.Yang terpenting saat ini adalah Nick harus tau apa yang terjadi hingga membuat wajah sang dokter terlihat begitu serius saat membahas mengenai Claire. Dengan pemikiran itu, Nick memutuskan tidak mengatakan apapun meski dokter salah mengira tentang status hubungannya dengan Claire. Sedangkan Susan hanya bisa mengulum senyum saat dokter di hadapannya salah sangka, namun enggan mengoreksinya. Apalagi wajah Nick terlihat bingung, antara harus mengoreksi dugaan salah kaprah sang dokter atau mengabaikannya saja. “Seharusnya tidak, Dok. Claire memang bekerja, tapi bidang pekerjaannya adalah finance accounting yang tidak membutuhkan kekuatan fisik dan juga ada asisten yang mengurus rumah,” jawab Nick. “Berarti ada penyebab