“Kamu memang gila, Levin! Selalu melakukannya berkali-kali hingga membuatku lelah!” omel Claire dengan nafas terengah membuat pria itu tersenyum puas.
Puas karena berhasil membuat wanitanya tergeletak lemas karena ulahnya.Puas karena berhasil memanjakan juniornya sebelum disibukkan dengan pekerjaan.“Aku memang gila dan itu semua karena kamu, Sayang! Kamu yang membuatku tergila-gila dan bertekuk lutut sampai seperti ini,” balas Levin tanpa dosa.Ucapan yang menimbulkan rona merah di pipi Claire. Tidak bisa dipungkiri kalau ucapan Levin membuatnya bangga karena dirinya sanggup membuat pria itu tergila-gila padanya. Semoga saja bukan hanya tergila-gila pada tubuhnya!Levin menatap Claire yang terbaring dengan mata terpejam, seolah masih ingin meresapi betapa nikmatnya percintaan mereka barusan, hingga satu kesadaran merasuk ke dalam benak Claire. Kesadaran yang membuat wanita itu membuka mata dengan panik dan menatap liar ke arah jam yang berada di sisi kiri ruaAnehnya, Claire hanya mengangkat bahu dengan santai. Tidak tampak khawatir dengan kemarahan Levin. Lagipula Claire hanya ingin menggoda suaminya! Senang melihatnya cemburu karena itu tandanya Levin sangat mencintainya kan? Meski terkadang kecemburuan suaminya berlebihan dan suka membuatnya kesal! Apalagi jika sudah berhubungan dengan Nick! Hmm, lebih baik abaikan saja! Sikap Claire yang terlihat santai dan cuek membuat Levin semakin geram.“Apa kamu pernah tidur dengan pria lain saat di Melbourne tanpa sepengetahuanku?”“Aku tidak ingin menjawabnya. Lagipula jika aku pernah melakukannya pun, itu terjadi di saat statusku masih single dan available. Tidak masalah kan?” pancing Claire lagi, sengaja mempermainkan emosi Levin. Claire paling suka jika melihat suaminya cemburu seperti ini. Oh, jadi seperti ini rasanya dicintai secara ugal-ugalan dan dicemburui oleh suami sendiri?Padahal demi Tuhan, tidak pernah sekalipun Claire tidur dengan pria lain. Hanya Levi
Hari terasa lambat bagi Claire. Jujur, dirinya sangat benci menjadi pengangguran seperti ini. Seolah Claire hanya dianggap sebagai porselen pajangan rumah yang menunggui putra dan suaminya. “Levin, aku bosan di rumah. Bagaimana kalau aku kembali bekerja?” pinta Claire, kembali mengajukan permintaan yang pernah ditolak mentah-mentah oleh pria itu. “Untuk apa kamu bekerja? Aku sanggup membiayai kebutuhan keluarga kita, Claire.”“Aku tau, Levin, tapi permasalahannya bukan uang. Aku hanya bosan karena tidak ada hal yang bisa aku kerjakan setiap hari.”“Bukankah setiap hari kamu harus mengurus Revel? Menyiapkan bekal, mengantarnya ke sekolah, menemaninya mengerjakan PR, bermain dengan Revel dan masih banyak hal lain yang bisa kamu lakukan bersama Revel. Dan juga hampir setiap malam aku ngerjain kamu di atas ranjang, apa itu masih kurang sibuk hingga membuatmu bosan?” jawab Levin asal membuat Claire mendelik kesal. “Kamu tau sendiri kalau dari dulu aku terbiasa beke
Setelah menegaskan bahwa Claire adalah miliknya, Levin memulai alunan melodi percintaan mereka yang memabukkan. Membelai setiap jengkal tubuh mulus Claire dengan sentuhan dan cumbuannya hingga wanitanya hanya mampu mendesah sambil menggigit bibirnya dengan sensual, menahan kenikmatan yang memporak porandakan akal sehatnya. Kenikmatan yang berasal dari cumbuan lihai suaminya. “Wajahmu begitu sensual, Sayang. Aku tidak tahan lagi!” geram Levin saat melihat Claire yang sibuk menikmati cumbuannya dengan mata terpejam sambil mendesahkan namanya dengan nada menggoda. Nada yang menggoda Levin agar segera menunjukkan keperkasaannya dan dirinya tak akan ragu menunjukkannya! Claire melenguh pelan saat Levin menyatukan tubuh. Lagi, rasa sesak yang memabukkan menguasai milik Claire hingga otaknya tertutup oleh kabut kenikmatan. Desahan demi desahan memenuhi kamar saat Levin mulai bergerak. Terus menghentak, berusaha mempersembahkan kenikmatan untuk wanitanya. Gerakannya kian
Levin meraih tangan Claire yang sibuk memukuli dada bidangnya dan menggenggamnya erat-erat. “Iya, maaf. Aku yang salah karena asal tuduh. Kamu mau maafin aku kan?”Tidak ada jawaban. Wajah Claire masih memberengut kesal. “Kamu mau maafin aku kan?” desak Levin lagi.“Berisik!” sentak Claire.Kali ini, Levin terbahak. Demi Tuhan! Istrinya terlihat menggemaskan jika sedang merajuk seperti ini! Persis anak kecil! Padahal sudah bisa melahirkan anak kecil!Levin kembali merengkuh Claire ke dalam pelukannya. Kali ini Claire tidak berontak, menikmati pelukan hangat suaminya yang membuatnya merasa nyaman.Hening sejenak sebelum suara Claire kembali terdengar.“Aku juga minta maaf. Aku tau kalau setelah menikah, seharusnya aku lebih menjaga jarak dari pria manapun, tidak lagi terlalu dekat. Tadi Nick juga sudah menasehatiku, hanya saja aku perlu waktu untuk menyesuaikan diri. Sama seperti dulu saat kamu memintaku untuk memprioritaskan kamu dibanding Nick. Jad
Levin menarik nafas panjang, mencoba menetralkan emosinya. Sayangnya pria itu gagal dan kembali melontarkan kalimat yang membuat Claire kian naik pitam! “Aku hanya tidak ingin kamu terlalu dekat dengan Nick. Hanya itu. Tolong jangan menyalahartikan maksudku. Dan tolong hargai aku sebagai suamimu!” “Apa aku pernah tidak menghargaimu? Aku selalu menuruti ucapanmu. Aku berusaha melayanimu dengan baik. Sejak kita menikah, apa pernah aku membantah ucapanmu? Di bagian mana yang aku tidak menghargaimu sebagai suamiku?” cecar Claire. Levin terdiam. Ucapan Claire memang benar. Sejak mereka menikah, Claire selalu menuruti permintaannya. Selalu melayani hasratnya yang menggebu dan tidak kenal waktu. Selalu melayani keperluannya dengan baik, entah itu menyiapkan sarapan, menyiapkan pakaian kerja, meluangkan waktu untuk mendengar keluh kesahnya di kala suntuk dan masih banyak hal lainnya yang telah Claire lakukan untuknya. Tapi tetap saja, Levin tidak bisa mengusir rasa cembu
Levin masuk ke dalam rumah dengan langkah lebar, lelah rasanya setelah bekerja seharian. Yang dirinya inginkan sekarang hanyalah mandi air hangat, makan malam dan menikmati waktu santainya berdua dengan Claire. Jika dirinya beruntung, mungkin bisa bermain sebentar dengan Revel, meski untuk hal yang satu itu Levin tidak yakin karena hari ini dirinya harus lembur hingga pulang lebih larut dari biasanya. Dan setau Levin, biasanya jam segini putranya sudah terlelap. Namun semuanya pupus saat matanya menangkap kehadiran Nick. Rasa cemburu seketika merasuk ke dalam hatinya saat melihat kedekatan Claire dengan Nick. Dadanya bergemuruh dipenuhi rasa kesal. Hatinya panas terbakar api cemburu yang seolah sanggup membakar habis apa yang ada di sekitarnya. “Claire!”Panggilan Levin membuat Claire menoleh. Wanita itu menghampiri suaminya dengan senyum lebar, belum menyadari kalau Levin sedang dibakar api cemburu! “Hei, akhirnya kamu pulang juga. Aku sudah menunggumu sejak