Mata Claire terbelalak saat melihat siapa pria yang ada di hadapannya. Claire mengerjap, berharap kalau ini semua tidak nyata, tapi percuma karena pria itu tetap terlihat jelas. Lidahnya terasa kelu. Claire ingin bertanya, tapi bibirnya terkunci rapat.
Astaga, apa ini nyata? Apakah benar boss barunya adalah Levin? Pria yang baru saja dipuja puji oleh karyawan wanita di pantry? Atau dirinya sedang berhalusinasi?“Long time no see, Baby!”Panggilan itu membuat Claire yakin kalau dirinya sedang tidak berhalusinasi. Levin, pria itu memang nyata dan sedang berdiri tegak di hadapannya!Claire terjajar mundur dengan wajah pucat pasi. Kenapa bisa seperti ini? Padahal selama hampir 5 tahun terakhir, Claire berhasil melarikan diri dari pria itu, tapi kenapa sekarang pria itu muncul lagi di hadapannya? Ya Tuhan!Levin melangkah maju. Setiap langkah maju yang diambil pria itu, membuat Claire bergerak mundur perlahan. Wanita itu tidak menyadari kalau di belakang tubuhnya aLevin masuk ke ruang kerjanya dengan geram. Peringatan Nick membuat emosinya muncul ke permukaan meski hari masih pagi membuat Johan hanya bisa mengusap dada saat tuan mudanya lagi-lagi mengabaikan sapaannya sambil membanting pintu! Serius, hari masih pagi, tapi kepala Levin sudah pusing! Bukan karena pekerjaan, tapi karena otaknya terus memikirkan tentang keputusan apa yang akan diambil oleh Claire nantinya! Meski Levin mantap untuk memperistri Claire, tapi jika Revel enggan menerima kehadirannya, wanita itu pasti akan menolaknya! Di sisi lain, andai Claire dan Revel menerima kehadirannya, masih ada daddy Alex yang harus Levin bujuk agar berkenan memberikan restu atas hubungannya dengan Claire! Shittt! Siapa yang menyangka kalau untuk memperistri Claire, Levin harus melalui banyak hal yang memusingkan seperti ini? Tapi Levin tidak bisa mengeluh karena sesulit apapun, yang dirinya inginkan tetap hanya Claire! Yang pasti, Levin tidak mungkin membiarkan Nick menika
Nick tiba di kantor Claire yang sudah mulai menampakkan kesibukan. Banyak karyawan yang baru tiba di kantor sambil menggenggam segelas kopi. Tidak jarang mereka berjalan menuju ruangan sambil asyik mengobrol dengan rekan kerja lainnya.Pemandangan itu membuat ingatan Nick terlempar ke masa lalu. Masa dimana Claire selalu menyendiri. Jangankan jalan beriringan dengan rekan kerjanya, wanita itu justru terlihat kesepian karena tersisihkan dan terkucilkan! Sungguh menyedihkan! Nick masih asyik dengan pikirannya saat satu suara menerpa indera pendengarannya.“Untuk apa kamu datang ke kantor sepagi ini? Apa kamu baru saja mengantar Claire?” Pertanyaan yang bernada tidak suka itu berasal dari Levin. Tanpa Levin sadari, Nick menghela nafas lega. Setidaknya dugaannya tidak terbukti karena Claire juga tidak mengajak Levin! Itu artinya Nick tidak benar-benar tersisihkan bukan? Karena Claire memang hanya ingin mengajak Revel seorang! “Tidak. Aku hanya mampir sebentar
“Nick?” “Ya?”“Kenapa tidak menjawab pertanyaanku? Apakah terlalu berlebihan jika aku meminta hal seperti itu pada Tuhan?” “Tidak. Mungkin Tuhan hanya perlu waktu untuk mengabulkan keinginanmu.”“Yah, semoga saja tidak terlalu lama.”Nick mengulas senyum tipis. Pria itu menatap wajah Claire dalam-dalam.“Sepertinya kamu lelah. Lebih baik hari ini kamu istirahat yang banyak. Aku juga akan pulang agar tidak mengganggu waktu istirahatmu.”Claire mengangguk membuat sebersit rasa kecewa merasuk ke hati Nick. Pelan tapi pasti keadaan mulai berubah. Jika dulu Claire betah berlama-lama menghabiskan waktu dengannya dan menahan kepulangannya, kini Claire malah mengiyakan ucapannya dengan mudah! Sepertinya arti kehadiran Nick di mata Claire perlahan berubah, tidak sekuat dulu. Dan itu semua terjadi karena ulah Levin! Damn!“Aku ke kamar dulu. Thanks untuk hari ini, Nick.”“You are welcome, My Lil Sister.”Nick memandang Claire yang berjalan menjauhinya
Nick memutuskan pulang ke rumah Claire. Ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh wanita itu. Lebih tepatnya Nick ingin memastikan kondisi Claire. “Hei,” sapa Nick saat melihat Claire sedang menemani Revel mengerjakan PR. “Uncle!” Panggilan bernada riang itu muncul dari bibir Revel yang belum memahami kegalauan hati yang sedang melingkupi hati sang mommy dan sang uncle, karena nyatanya, bukan hanya Claire yang galau, tapi Nick juga! Setelah bercanda dengan Revel sebentar, Nick kembali memusatkan perhatiannya pada Claire. Beruntung tidak lama kemudian Revel sudah selesai mengerjakan PR dan bersiap untuk tidur siang bersama Susan. Setidaknya dengan begitu Nick memiliki waktu luang untuk bicara berdua dengan Claire. “Apa yang kamu pikirkan sekarang?”“Entahlah, terlalu banyak hal yang aku pikirkan membuatku bingung sendiri,” keluh Claire dengan nada lelah. Bukan hanya nadanya yang lelah, tapi raut wajah dan gesture tubuhnya juga terlihat lelah hingga wanita
Levin baru saja ingin menunjukkan semangat juangnya saat ucapan Nick selanjutnya membuat beban Levin terasa lebih berat hingga kalimat motivasi yang sempat muncul di benaknya langsung raib! Berganti dengan kekhawatiran! Nick sialan! Siapa sangka pria itu pandai membuat Levin merasa kalah sebelum bertanding?“Aku yakin tidak akan mudah untuk membujuk daddy Alex karena beliau melihat sendiri bagaimana kesulitan dan perjuangan Claire selama beberapa tahun terakhir ini. Meski Claire tidak pernah mengatakan apapun, tapi sebagai seorang daddy, daddy Alex pasti ikut merasakan beban mental yang Claire rasakan meski wanita itu berusaha keras bersikap ceria jika di depan beliau.”“Jika bisa, aku juga tidak ingin Claire melalui kesulitan itu seorang diri. Aku ingin ikut menemaninya melewati masa sulit itu. Aku juga tidak ingin Revel tumbuh besar tanpa kasih sayang daddy kandungnya, tapi masalahnya, Claire lah yang enggan memberiku kesempatan untuk berada di sisinya dulu. Aku bukannya m
Claire menyentuh dagu bagian bawah, area yang disebutkan oleh Nick. Salah satu tempat dimana Levin menyematkan kissmark.“Lebih baik sekarang kamu pulang. Habiskan waktu bersama Revel. Jangan hanya menghabiskan waktu dengan si brengsek ini saja!” ketus Nick.Claire mengangguk. Ya, ucapan Nick benar, lebih baik menghabiskan waktu bersama Revel. Siapa tau dengan begitu bisa menyegarkan otaknya yang kusut kan? Bukankah selama ini Revel selalu bisa membuat suasana hati Claire menjadi lebih baik? Semoga saja kali ini putranya juga bisa menghapus rasa gundah yang menggelayuti hatinya! “Aku akan mengantarmu pulang.”“Tidak perlu, Levin. Tolong beri aku waktu untuk sendiri, okay?”“Tapi…”“Tolong hormati permintaan Claire, Levin. Dan lagi masih ada hal lain yang harus aku bahas denganmu. Berdua saja.” Levin mendesah kesal. Ucapan Nick mengingatkan dirinya bahwa masih ada hal penting yang harus mereka bahas berdua. Oh, padahal tadi pagi Levin yang menelepon pria