Claire menggigit bibir, rasa was-was menghantuinya. Namun setakut apapun dirinya, tangan Claire tetap terulur mengambil map tersebut dan membukanya. Wajahnya terlihat pucat saat melihat apa yang tertulis di kertas tersebut.
Tidak bisa lagi menyangkal. Apa yang ada di dalam map sama persis dengan dugaan yang ada di dalam otak Claire, yaitu hasil test DNA antara Levin dan Revel yang memiliki tingkat akurasi sebesar 99.99999%. Hasil test yang menegaskan dugaan Levin bahwa Revel memang putra kandungnya!“Kapan kamu melakukannya?” tanya Claire lirih.“Kemarin. Sebelum pulang, aku sengaja mengambil beberapa helai rambut Revel dan melakukan test DNA. Aku langsung menyerahkannya ke pihak rumah sakit dan hasilnya baru saja keluar,” jawab Levin.Jawaban yang membuat Claire tidak bisa berkutik lagi. Sadar kalau Claire tidak mungkin menyangkal lagi saat bukti sudah ada di tangannya!“Lalu, apa yang kamu inginkan? Apa kamu ingin merebut Revel dariku?”“Aku tidak sekeClaire menatap Revel yang masih asyik dengan chocolate fondue di hadapannya, dessert yang hanya tersisa beberapa suap lagi. Tanpa menyadari kegalauan hati sang mommy. Setelah Revel menghabiskan dessertnya, mereka memutuskan pulang. Lebih tepatnya Nick mengantar mereka pulang karena dirinya memutuskan untuk menginap di hotel dibandingkan di rumah Claire. Tidak ingin Levin salah paham lagi. “Uncle kenapa tidak menginap di rumah mommy? Bukankah tadi siang uncle bilang akan menginap disini?” tanya Revel, terlihat sedih. Nick berjongkok, sengaja mensejajarkan tubuhnya dengan Revel. “Uncle sebenarnya ingin menginap disini, tapi sayangnya ada alasan penting yang membuat uncle harus berubah pikiran. Tapi kamu jangan khawatir, uncle pasti menepati janji uncle untuk menemani kamu bermain setiap hari.”“Janji?”“Janji!” tegas Nick, mengulurkan jari kelingkingnya yang langsung disambut oleh Revel disertai dengan senyum lebar.Senyum yang menampilkan gigi susu boc
Claire tiba di rumah dengan lunglai namun dirinya tetap memaksakan senyum saat melihat putranya. Nick, yang menyadari betapa tertekannya Claire akhirnya mengajak wanita itu keluar rumah untuk bersantai, hanya sekedar jalan kaki sambil menghirup udara segar. Lagipula sudah lama Nick tidak menikmati waktu bersama Claire dan Revel dengan bersantai seperti ini. Revel, tentu saja langsung menyambut ajakan Nick dengan gembira. Bocah itu bersorak riang, dengan semangat mengiyakan ajakannya. Mereka bertiga berkeliling mencari makanan kecil. Sepanjang perjalanan, Claire merasa cukup terhibur dengan tingkah laku Revel, apalagi sekarang, saat Revel sedang asyik menikmati chocolate fondue hingga mengabaikan sekitarnya, fokusnya sekarang hanya tertuju pada chocolate kesukaannya. Ya, setelah lelah berjalan, akhirnya mereka memutuskan untuk mampir ke salah satu café yang menyediakan dessert kesukaan Revel. “Ada apa, Claire? Kenapa kamu terlihat suntuk? Apakah Levin mengganggumu lagi?”Claire me
“Aku boleh jalan-jalan dengan uncle Nick kan, Mom?”“Boleh, asalkan kamu janji tidak merepotkan uncle Nick, okay?”“Okay, Mom!” “Sekarang habiskan dulu makan siang kamu, sebentar lagi mommy harus kembali ke kantor,” pinta Claire, perintah yang langsung dipatuhi oleh putranya. Usai makan siang, Claire menggandeng tangan mungil Revel, wanita itu berjongkok sambil menyentuh pipi tembam putranya. “Mommy kembali ke kantor dulu ya? Kamu jangan nakal di rumah. Turuti setiap perkataan Nana dan uncle Nick, okay?”“Okay, Mom.”Claire mengecup pipi Revel dan tatapannya beralih pada Nick. “Nick, aku titip Revel ya. Kamu masih ingat kan apa saja yang harus dilakukan?”“Of course. Tenang saja, aku akan membantu Revel mengerjakan PR, menyiapkan cemilannya, menyiapkan pakaiannya untuk mandi, dan hal lainnya. Jadi kamu bisa bekerja dengan tenang. Kami akan menunggumu di rumah.”Kalimat ‘kami akan menunggumu di rumah’ menyadarkan Levin kalau dirinya harus s
Nick menurunkan Revel dari gendongannya, saat itulah Revel melihat kehadiran Levin di dekatnya. Tadi, saking asyiknya bercanda, Revel sampai tidak menyadari sekeliling.“Oh, ada uncle Levin juga? Halo, Uncle,” sapa Revel saat menoleh.Pria itu mencoba memaksakan senyum walau hatinya masih diliputi oleh rasa geram.“Hi, Boy,” balas Levin sambil mengusap rambut Revel dengan sayang. “So, hari ini apa menu makan siang kita?” “Aku mau steak, Mom!” Claire menghela nafas saat mendengar keinginan putranya. Selera Revel memang terbilang cukup tinggi. Tidak heran kalau Claire harus bekerja keras untuk menghidupi kebutuhan dan keinginan Revel yang terbilang tidak murah. Meski daddy Alex berulang kali menyatakan kesediaannya untuk membantunya dari segi finansial, tapi Claire selalu menolak. Tidak ingin menjadi beban. Malu. Nick melirik ke arah Claire, memahami apa yang sedang dipikirkan oleh wanita itu tanpa perlu diucapkan. Pria itu berjongkok di hadapan Re
Levin menatap marah pada apa yang dilakukan oleh Claire. Bagaimana bisa wanita itu memeluk Nick di depan umum? Dan bukan hanya memeluk, tapi juga menggandeng lengan pria itu dengan santainya seolah itu adalah hal yang biasa mereka lakukan berdua. Di lobby kantor pula! Sialan! Oh, Levin lupa, sejak dulu Nick dan Claire memang dekat dan terbiasa bergandengan. Kenyataan itu membuat Levin semakin emosi, benci melihat kedekatan mereka yang tak pernah pudar meski terpisah jarak selama bertahun-tahun! “Tuan?” Bisikan Johan menyadarkan Levin kalau saat ini masih ada Mr. Andrew di sampingnya karena Levin memang berniat mengantar pria itu sampai ke lobby, tapi siapa yang menyangka kalau Levin akan mendapat kejutan dari Claire dan juga Nick hingga membuat pikirannya teralihkan sejenak? Untung ada Johan yang menyadarkannya!“Mr. Andrew, saya harap kita bisa bekerjasama.”“Ya, tentu saja. Sejauh ini, pihak kami sangat tertarik dengan apa yang perusahaan anda tawarkan dan k
Beberapa saat sebelumnya…Claire bangun dengan perasaan hampa, sudah beberapa hari ini Levin tidak menampakkan diri membuat rasa bersalah di hati Claire kian menumpuk. Rasa bersalah yang menyulut berbagai macam pertanyaan di benaknya.Apakah Levin sengaja menghindarinya karena terluka dengan ucapan menyakitkan yang terlontar dari bibirnya beberapa malam lalu? Pasti iya! Levin pasti merasa tersinggung dengan ucapannya malam itu. Jika tidak, pria itu tidak mungkin menghindarinya seperti ini! Bukankah sejak dulu Levin selalu giat mengejarnya? Jika sekarang berubah sedrastis ini, pasti ada alasan yang mendasarinya kan? Dan sakit hati adalah alasan yang tepat mengingat Claire melontarkan ucapan kejam pada Levin malam itu! Claire menghembuskan nafas dengan kesal. Merasa lelah dengan jalan cintanya yang rumit dan berliku. Sudahlah! Bukankah memang lebih baik seperti ini? Bukankah Claire ingin agar Levin tidak mengejarnya terus menerus? Setidaknya sekarang Claire tida