Home / Fantasi / Satu Malam dengan Raja Naga / Bab 166 – Benteng Pasir dan Darah

Share

Bab 166 – Benteng Pasir dan Darah

Author: Ragil Avelin
last update Last Updated: 2025-08-14 16:28:50

Tabuhan perang terdengar semakin jelas, diiringi gemerincing logam dan derap kaki kadal gurun raksasa yang menimbulkan guncangan di pasir. Pasukan Bayangan Kerajaan Timur membentuk formasi setengah lingkaran, menutup semua arah kecuali jalur lurus yang mengarah ke jalur Wyrm.

Raja Naga berdiri di depan, sayapnya tak terbentang penuh, namun aura yang keluar dari tubuhnya cukup untuk membuat beberapa kadal gurun meringkik ketakutan. Althea di sisi kiri, tangannya memegang busur kristal, sementara Aeryn berada di belakang, matanya mengamati gerak pasukan dengan waspada.

Komandan pasukan Bayangan maju ke depan. Wajahnya tersembunyi di balik topeng logam berbentuk tengkorak kadal. Suaranya berat seperti pasir yang digerus. “Kami tidak mencari pertarungan, Raja Naga. Serahkan bocah itu, dan jalanmu akan dibiarkan terbuka.”

Aeryn mengangkat alis. “Bocah? Ini pertama kalinya ada yang memanggilku begitu di tengah ancaman pembunuhan.”

Raja Naga menoleh sete
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 173 – Api Perlawanan yang Membara

    Malam berganti pagi, tapi pertempuran belum juga mereda. Aeryn terbang rendah di atas medan yang berubah menjadi ladang api dan reruntuhan, tatapan matanya tajam mengamati setiap gerakan musuh. Di bawahnya, pasukan sudah bergeser formasi, mencoba bertahan dari serangan bertubi-tubi yang semakin brutal.Aroma asap dan besi terbakar memenuhi udara, menyatu dengan suara benturan pedang dan teriakan peperangan yang bergema. Di kejauhan, tampak bayangan para pemanggil leviathan yang masih terus memanggil kekuatan laut, mencoba memutar balik keadaan.Aeryn menggelengkan kepala, merasakan beban yang lebih dari sekadar fisik. “Ini bukan perang biasa,” pikirnya. “Ini adalah ujian untuk semua yang kita perjuangkan selama ini.”Ia mendarat di tanah, langkahnya pasti dan tegap. Dengan suara lantang yang langsung menyebar ke sekeliling, ia memerintahkan para pasukan cadangan. “Siapkan barisan baru! Kita tidak boleh kehilangan momentum!”Sementara itu, Valtheri

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 172 – Kumpul di Bawah Bayang Naga

    Setelah pertempuran sengit di atas laut, Aeryn mendarat dengan sayap yang masih bergetar dari ledakan energi. Ia tahu waktu untuk beristirahat sangat terbatas. Di kejauhan, bendera pasukan berkibar, berkumpul di dataran luas yang dikelilingi hutan lebat.Valtherion sudah menunggunya di tengah barisan, wajahnya penuh tanda tanya tapi juga harapan. “Kita harus mengumpulkan semua pasukan. Ancaman dari laut tidak bisa kita anggap remeh.”Aeryn mengangguk. “Semua yang bersedia bertarung harus siap. Aku butuh strategi yang kuat, bukan hanya kekuatan.”Prajurit mulai berbaris dengan rapi, pasukan dari berbagai suku dan kerajaan berkumpul, masing-masing membawa senjata dan perlengkapan khas mereka. Suasana tegang tapi penuh semangat.Di sisi lain, Althea dan Serat tengah membahas peta medan perang, menunjukkan titik-titik lemah dan jalur potensial serangan musuh. “Kita harus mengantisipasi dua kemungkinan serangan—dari laut dan darat,” ujar Althea.

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 171 – Sayap Api di Atas Laut Badai

    Angin menghantam wajah Aeryn begitu keras, seolah berusaha merobeknya dari langit. Di bawahnya, ombak setinggi menara beradu satu sama lain, memecah udara dengan suara yang lebih mirip ledakan daripada gemuruh. Air asin menyambar matanya, tapi penglihatan Aeryn tetap tajam menatap sosok raksasa yang bergerak di tengah pusaran laut.Leviathan. Kulitnya seperti sisik baja basah, setiap gerakan tubuhnya menimbulkan gelombang kejut yang memecahkan kapal. Dua tanduk melengkung keluar dari kepalanya, memancarkan kilatan biru pucat yang berdenyut seperti petir di kedalaman laut. Nafas makhluk itu adalah kabut dingin yang menusuk paru-paru.Dari jauh, suara teriakan prajurit terdengar samar. “Aeryn! Di bawah sirip kirinya! Itu titik lemahnya!”Aeryn mengangguk singkat meski mereka tak mungkin mendengar, lalu mencondongkan tubuh ke depan. Sayap aura emas-merahnya terbentang lebih lebar, setiap kepakan melepaskan serpihan cahaya yang langsung menguap di udara. Ia me

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 170 – Duel Bayangan Darah

    Aeryn berlari di atas tanah yang bergetar, pedang di tangannya terasa begitu berat dibanding milik sosok di depannya. “Dirinya” yang lain bergerak seperti kilat, setiap tebasannya memecah udara dan meninggalkan percikan api biru.Benturan pertama membuat tulang Aeryn berderak. Dia hampir terjengkang, tapi menahan diri. Nafasnya memburu. Dia… jauh lebih cepat dari yang kuduga.Bayangan itu tersenyum mengejek. “Kau terlalu lambat. Kalau begini, kau bahkan tidak pantas disebut pewaris naga.”Serangan kedua datang tanpa peringatan. Aeryn terlempar beberapa meter, tanah di belakangnya pecah berkeping-keping. Rasa panas menjalar di tulangnya, tapi ia memaksa tubuhnya untuk berdiri.“Aku mungkin lambat…” gumamnya sambil mengangkat pedang, “tapi aku masih punya satu hal yang tidak kau miliki.”Bayangan itu mengangkat alis. “Apa itu?”“Teman-teman yang menungguku kembali hidup-hidup.”Dengan teriakan keras, Aeryn melepaskan aura

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 169 – Daratan Terlarang

    Udara di luar badai terasa asing. Tidak ada aroma tanah basah atau dedaunan seperti hutan biasa, melainkan perpaduan bau logam dan asap tipis yang menusuk hidung. Langit di atas mereka berwarna abu-abu gelap, seolah matahari tertahan di balik selimut awan pekat yang tak pernah pecah.Aeryn berdiri perlahan, lututnya masih lemas. “Ini… bukan dunia yang sama, kan?” bisiknya, memandangi daratan yang dipenuhi batu-batu tajam menjulang seperti tombak.Serat menunduk, tangannya menyentuh tanah yang retak-retak. “Benar. Ini adalah Daratan Terlarang. Legenda mengatakan tempat ini diciptakan dari sisa-sisa pertempuran naga pertama ribuan tahun lalu.”Raja Naga berdiri di depan mereka, napasnya teratur tapi sorot matanya penuh kewaspadaan. “Jangan berpikir kita sudah aman. Di sini, setiap langkah bisa membangunkan sesuatu yang seharusnya tetap tidur.”Mereka mulai berjalan, mengikuti celah sempit di antara tebing batu. Althea merapatkan jubahnya, pandangann

  • Satu Malam dengan Raja Naga   Bab 168 – Menuju Badai Abadi

    Fajar gurun datang tanpa suara, hanya cahaya oranye pucat yang merayap di cakrawala dan menggantikan kegelapan malam. Angin yang biasanya tenang kini membawa butiran pasir halus, tanda awal dari badai yang mereka tuju.Raja Naga berdiri di puncak gundukan pasir, matanya menyipit memandang ke arah barat laut. Di sana, di balik kabut pasir tipis, siluet awan pekat berputar perlahan seperti pusaran hitam raksasa. Tidak ada burung, tidak ada tanda kehidupan. Hanya gurun yang memanjang tak berujung.“Kita akan masuk ke sana?” tanya Aeryn, nada suaranya antara kagum dan ngeri.“Ya,” jawab Raja Naga singkat. “Badai abadi itu satu-satunya jalan menuju Kuil Lisanara. Dan kuil itu tempat satu-satunya yang menyimpan kunci segel terakhir.”Althea melirik ke arah Serat dan adiknya. “Bagaimana kalian bisa yakin jalan ini aman?”Serat tersenyum miring. “Tidak aman. Tapi aku kenal jalur rahasia di antara pusaran badai. Itu jalur yang bahkan suku Garra Pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status