Robert Martin mengibaskan tangannya lagi. Dalam sekejap, lantai rumah langsung berganti keramik. Robert Martin mengibaskan tangannya lagi. Kipas angin berganti menjadi AC. Robert Martin ingin mengibaskan tangannya lagi ketika si ayah mengangkat tangannya sembari tertawa renyah.“Cukup, Bert… Jika ada terlalu banyak perubahan mendadak pada rumah kita, para tetangga akan mencurigai yang tidak-tidak. Ayah dan Ibu akan susah jadi orang nanti. Lebih baik Ayah bangun kembali bisnis rumah makan Ayah dengan uang yang kauberikan itu, dan perlahan-lahan Ayah akan ganti semuanya ini. Itu terlihat lebih natural dan orang-orang tidak akan mempertanyakan yang tidak-tidak. Iya nggak?”Robert Martin menganggukkan kepalanya seraya menyeringai lebar.Malam itu dilalui Robert Martin dengan menceritakan segala pengalamannya di negeri dewa naga kepada kedua orang tuanya.***Medan, pertengahan Juni 2017Tampak Gisella Clarissa terburu-buru turun dari lantai dua rumahnya. Si ibu langsung melihat anaknya be
Banyak teman-temannya yang sudah berkumpul dalam suatu kafe di kompleks Cemara Asri. Tiara Andhara masih menunggu beberapa temannya yang belum tiba di lokasi pesta. Salah satunya adalah Gisella Clarissa. Dia berkali-kali melirik ke jam ponselnya. Jam ponsel sudah menunjukkan pukul setengah delapan lewat. Dia hanya bisa menghidangkan makanan pembuka. Dia belum bisa menghidangkan makanan inti karena para tamu undangannya belum lengkap semua.“Besok pesawatmu jam berapa, Tiara?” tanya salah satu temannya yang sudah hadir di kafe tersebut.“Besok jam delapan pagi dari Medan sini ke Kuala Lumpur,” jawab Tiara dengan sebersit senyuman kecut.“Dari Kuala Lumpur langsung ke Tokyo ya?”“Iya… Dari Tokyo ke Alaska dulu, dan habis itu baru terbang ke New York.” Tiara Andhara mendadak terlihat sedikit murung. Tangannya terus menyentuh kalung yang tengah melingkar di lehernya pada saat itu.“Kau… Kau…”Tidak ada yang berani menanyakan pertanyaan sensitif itu kepada Tiara Andhara. Salah seorang tema
Tampak Jimmy Ferry menyeringai lebar. Kendati ia menyeringai lebar, matanya yang awas terus memperhatikan sosok siluman lipan yang kini tengah menyamar menjadi seorang manusia. Merasa ia sudah di-scan oleh salah seorang pengawal tertinggi Negeri Elemen, mau tidak mau, cepat-cepat siluman lipan segera berpamitan nan mengundurkan diri dari kafe tersebut.“Aku ke tempat lain dulu, Gis… Ibuku minta aku belikan bahan-bahan kue. Ia ingin buat cake besok,” tukas Bebilonio Bondan berbohong.Gisella Clarissa hanya mengangguk. Sembari tersenyum cerah, ia melambaikan tangan tanda sampai jumpa kepada siluman lipan. Terlihat jelas siluman lipan ingin menggenggam tangan Gisella Clarissa sambil mengucapkan sampai jumpa. Namun, lagi-lagi Gisella Clarissa mengangkat tangannya lagi tatkala tangannya dan tangan siluman lipan sudah mulai bersentuhan.Dengan sedikit kecewa dan awan hitam yang menggelantung di wajahnya, siluman lipan bilang sampai jumpa dan segera mengundurkan diri dari kafe tersebut. Sebe
Gisella Clarissa menggeleng polos.“Belum pacaran saja sudah begitu. Tidak tepat janji dan habis itu sama sekali tidak ada kabarnya lagi. Entah mengabari sedang ada urusan mendadak atau lagi di mana kek… Ini nggak! Menyebalkan deh laki-laki seperti itu!” Julinda mulai menampakkan wajah kesal.Gisella Clarissa sedikit meringis, “Mungkin memang dia ada urusan mendadak, Jul… Dan tidak sempat mengabariku. Tadi sebelum cabut, dia bilang mau beli bahan-bahan kue karena esok pagi ibunya mau buat cake.”“Alasan itu…! Dia pergi beli sendiri bahan-bahan kue? Dia kan bukan ahli dalam pastry. Ada-ada saja alasannya!” Julinda memang sejak awal kurang suka dengan siluman lipan ketika Gisella Clarissa memperkenalkan sosok siluman lipan itu kepadanya, kepada Tiara dan kepada beberapa teman dekat mereka.“Iya deh, Gis… Kalian kan belum begitu dekat kan? Aku rasa sebaiknya laki-laki seperti ini dijauhi deh… Bukan maksudku untuk ikut campur ke dalam hubungan asmaramu, Gis… Tapi aku rasa, laki-laki seper
Jam menunjukkan pukul dua belas lewat sedikit. Sudah tengah malam… Namun, masih tampak Vritz Victor sedang membaca sebuah buku di ruang tamu. Terdengar kipas angin ruang tamu menyala dengan kecepatan sedang.Si ayah yang ingin ke kamar mandi sebentar, tampak melewati ruang tamu dan melihat anak laki-lakinya masih membaca-baca sebuah buku di sana. Si ayah pergi ke kamar mandi dan buang air kecil. Sekembalinya dari kamar mandi, si ayah terlihat menghampiri anaknya di ruang tamu sebentar.“Belum tidur, Vritz?” tanya si ayah.“Belum mengantuk. Aku ada beberapa kali kerja shift malam sehingga jam-jam begini aku belum begitu mengantuk.”“Kau kerja di mana sebenarnya sih?” tanya si ayah lembut. Dia tahu anaknya tidak bisa dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak ia kehendaki.“Ketika tiba waktunya, ketika aku merasa pas sudah waktunya, aku akan menceritakannya pada Ayah, Ibu, dan Julinda. Namun, sekarang belum waktu yang pas, Ayah. Percayalah padaku. Aku tidak sedang melakukan sesuatu yang
“Itu salah paham, Nancy… Selama setengah tahun belakangan ini aku mencarimu untuk menjelaskan kesalahpahaman ini, tapi kau menghilang dari Pekan Baru dan pindah ke Medan sini. Aku ingin menjelaskan kepadamu itu tidak seperti yang kaulihat di video itu. Waktu itu aku diancam wanita tua itu. Memang pada akhirnya ia memberiku uang tips, katanya. Namun, sebelumnya aku memang diancam oleh wanita tua itu. Dia memegang kartu AS-ku. Jika aku tidak melayaninya malam itu, dia akan membongkar semua kartu AS-ku dan membeberkannya ke publik. Sungguh aku tidak punya pilihan waktu itu, Nancy… Sungguh aku tidak berdaya waktu itu…” Tentu saja Steven Santiago hanya membohongi Nancy Stephanie.Nancy Stephanie terlihat berdiri membelakangi lawan bicaranya sambil menggigit bibirnya.“Aku tidak tahu apakah aku bisa mempercayai ucapanmu ini atau tidak. Dalam video itu… Dalam video itu, kau tampak begitu menikmatinya, Steve. Kau anggap aku ini apa? Kau anggap aku ini hanya barang mainanmu? Kau anggap hubunga
Jakarta, pertengahan Juni 2017“Dasar maling! Kau telah mencuri karya Yongki Yamato!” teriak salah seorang demonstran di depan bangunan Virgo Music Life pagi itu.Beberapa orang mulai melemparkan telur busuk ke wajah Jordan Saturnus yang baru saja turun dari mobilnya pagi itu. Ada yang melemparkan sayuran busuk, makanan basi dan bahkan melemparkan kotoran manusia ke wajahnya. Beberapa bodyguard-nya langsung stand by melindunginya dan mengawalnya ke dalam bangunan Virgo Music Life. “Dasar maling! Kau telah merusak citra Virgo Music Life! Kembalikan karya Yongki Yamato!”“Ada di mana Yongki Yamato sekarang? Ke mana Yongki Yamato sekarang? Apakah kau telah menyingkirkannya?”Para wartawan juga tidak ingin melepaskan Jordan Saturnus Jr. Beberapa wartawan mendesak ingin mewawancarainya.“Pak Jordan… Mendadak kemarin malam Yongki Yamato dan Ray Wish Jenggala mempromosikan satu lagu baru yang katanya berasal dari album baru Bapak yang dirilis setengah tahun lalu. Mengapa Bapak selama ini ti
“Kira-kira bagaimana pikiran dan perasaan Pak Direktur ya ketika melihat sang keponakannya berakhir dengan cara yang seperti ini?” Ray Wish bersenandika dengan sorot mata menerawang.“Tentu saja akan sangat sedih dan kecewa. Namun, tak ada yang bisa ia lakukan. Semuanya bertanggung jawab pada pilihan masing-masing. Masing-masing pilihan memiliki risiko dan risiko itu akan dihadapi masing-masing pemilih. Iya kan?”“Hebat sekali filosofimu, Yongki. Pantas saja selama ini karya-karyamu selalu menyentuh hati banyak orang dan laris manis di pasaran. Kini kata-katamu juga sangat menyentuh perasaanku…”“Sanjunganmu sama sekali tidak membuatku bangga,” kata Yongki Yamato seraya merapatkan sepasang bibirnya.“Jika kau membutuhkan pelukan seorang sahabat sekarang, aku bisa memberikannya padamu.” Ray Wish tampak merentangkan kedua tangannya.“Tidak deh… Aku takut aku tidak bisa keluar lagi jika aku masuk ke dalam pelukanmu itu,” kata Yongki Yamato asal-asalan.Ray Wish Jenggala terbahak sejenak.