Robert Martin terlihat menyeringai lebar.“Aku lebih terbiasa dipanggil dengan namaku sendiri. Aku bukan pejabat tinggi apa pun. Aku hanyalah seorang manusia biasa yang kebetulan beruntung saja terpilih menjadi salah satu dari pengawal kerajaan. Aku hanya bantu-bantu di sini – bisa dibilang begitu.”Linda Bella cukup terpana menyaksikan pembawaan Robert Martin.“Sungguh aku tidak pernah bertemu dengan seorang pejabat tinggi negara yang low profile sepertimu deh, RM. Dari penampilanmu saja, aku tahu kau bukanlah manusia biasa. Kau tidak terlihat seperti seorang manusia biasa. Kau juga tidak terlihat mirip dengan satu dari tujuh pengawal tertinggi di kerajaan. Kalian bertujuh itu… Kalian bertujuh itu… Bagaimana bilangnya ya?”“Kami bertujuh apa?” tantang Robert Martin masih menyeringai lebar.“Jika saja aku tidak pernah melihat Putra Mahkota secara langsung, sekarang aku akan berpikir kalianlah tujuh pangeran penerus negeri ini.”Robert Martin terbahak sejenak.“Memangnya mirip?”“Entah
“Ayahanda juga gugur dalam pertempuran dengan raja dewa naga itu di masa lalu. Ibunda juga meninggal menyusul Ayahanda karena tidak tahan ditinggal oleh lelaki yang dicintainya. Kini muncul pula tujuh pengawal tertinggi di Kerajaan Negeri Elemen. Oh, mereka sudah hebat rupanya… Mereka belum tahu siapa raja yang memimpin Negeri Pusaran Lautan sekarang. Mereka ingin main-main denganku ya… Oke… Oke…” Terlihat sepasang bola mata Raja Orlando Sean yang mendelik tajam.“Hahaha… Apakah Raja Orlando Sean dari Negeri Pusaran Lautan ini akan diam saja sesudah kedua prajuritnya ini tewas di tangan tujuh pengawal tertinggi dari Negeri Elemen?”Terdengar suara perempuan muda sinis yang teramat intens dari mulut gua. Sejurus kemudian, butiran-butiran salju warna putih bersih mulai beterbangan ke sana ke sini. Butiran-butiran salju beterbangan masuk ke dalam gua dan akhirnya menggumpal membentuk sosok seorang perempuan muda yang berpakaian putih dari atas sampai bawah.“Apa yang dilakukan oleh Ratu
Hari demi hari berlalu di Negeri Elemen. Ketika tidak ada tugas di istana pusat, ketujuh pengawal kerajaan tampak menghabiskan hari-hari mereka di penginapan mereka di pinggiran ibu kota. Ketika sedang bertugas, tentu saja mereka bertujuh harus tidur di kamar mereka di istana pusat. Mereka bertujuh berbagi satu kamar tidur yang sangat luas nan super mewah.Hari ini, mereka bertujuh tidak menetap di Negeri Elemen. Semuanya sepakat untuk kembali ke dunia manusia sebentar karena mereka begitu merindukan keluarga mereka di dunia manusia. Kepulangan mereka tentu saja mengagetkan orang tua mereka. Tangisan mengharu biru antara ayah, ibu dan anak tentu saja tidak terhindarkan lagi. Rasa tidak percaya, terkejut, heran, haru, dan segala macam perasaan lainnya berbaur menjadi satu dalam lubuk hati orang tua mereka yang terdalam.Bandung, pertengahan Juni 2017“Negeri Elemen? Makhluk yang berupa dewa-dewi naga?” Tentu saja pada mulanya ibu Robert Martin sungguh sulit menerima cerita anaknya mesk
Robert Martin mengibaskan tangannya lagi. Dalam sekejap, lantai rumah langsung berganti keramik. Robert Martin mengibaskan tangannya lagi. Kipas angin berganti menjadi AC. Robert Martin ingin mengibaskan tangannya lagi ketika si ayah mengangkat tangannya sembari tertawa renyah.“Cukup, Bert… Jika ada terlalu banyak perubahan mendadak pada rumah kita, para tetangga akan mencurigai yang tidak-tidak. Ayah dan Ibu akan susah jadi orang nanti. Lebih baik Ayah bangun kembali bisnis rumah makan Ayah dengan uang yang kauberikan itu, dan perlahan-lahan Ayah akan ganti semuanya ini. Itu terlihat lebih natural dan orang-orang tidak akan mempertanyakan yang tidak-tidak. Iya nggak?”Robert Martin menganggukkan kepalanya seraya menyeringai lebar.Malam itu dilalui Robert Martin dengan menceritakan segala pengalamannya di negeri dewa naga kepada kedua orang tuanya.***Medan, pertengahan Juni 2017Tampak Gisella Clarissa terburu-buru turun dari lantai dua rumahnya. Si ibu langsung melihat anaknya be
Banyak teman-temannya yang sudah berkumpul dalam suatu kafe di kompleks Cemara Asri. Tiara Andhara masih menunggu beberapa temannya yang belum tiba di lokasi pesta. Salah satunya adalah Gisella Clarissa. Dia berkali-kali melirik ke jam ponselnya. Jam ponsel sudah menunjukkan pukul setengah delapan lewat. Dia hanya bisa menghidangkan makanan pembuka. Dia belum bisa menghidangkan makanan inti karena para tamu undangannya belum lengkap semua.“Besok pesawatmu jam berapa, Tiara?” tanya salah satu temannya yang sudah hadir di kafe tersebut.“Besok jam delapan pagi dari Medan sini ke Kuala Lumpur,” jawab Tiara dengan sebersit senyuman kecut.“Dari Kuala Lumpur langsung ke Tokyo ya?”“Iya… Dari Tokyo ke Alaska dulu, dan habis itu baru terbang ke New York.” Tiara Andhara mendadak terlihat sedikit murung. Tangannya terus menyentuh kalung yang tengah melingkar di lehernya pada saat itu.“Kau… Kau…”Tidak ada yang berani menanyakan pertanyaan sensitif itu kepada Tiara Andhara. Salah seorang tema
Tampak Jimmy Ferry menyeringai lebar. Kendati ia menyeringai lebar, matanya yang awas terus memperhatikan sosok siluman lipan yang kini tengah menyamar menjadi seorang manusia. Merasa ia sudah di-scan oleh salah seorang pengawal tertinggi Negeri Elemen, mau tidak mau, cepat-cepat siluman lipan segera berpamitan nan mengundurkan diri dari kafe tersebut.“Aku ke tempat lain dulu, Gis… Ibuku minta aku belikan bahan-bahan kue. Ia ingin buat cake besok,” tukas Bebilonio Bondan berbohong.Gisella Clarissa hanya mengangguk. Sembari tersenyum cerah, ia melambaikan tangan tanda sampai jumpa kepada siluman lipan. Terlihat jelas siluman lipan ingin menggenggam tangan Gisella Clarissa sambil mengucapkan sampai jumpa. Namun, lagi-lagi Gisella Clarissa mengangkat tangannya lagi tatkala tangannya dan tangan siluman lipan sudah mulai bersentuhan.Dengan sedikit kecewa dan awan hitam yang menggelantung di wajahnya, siluman lipan bilang sampai jumpa dan segera mengundurkan diri dari kafe tersebut. Sebe
Gisella Clarissa menggeleng polos.“Belum pacaran saja sudah begitu. Tidak tepat janji dan habis itu sama sekali tidak ada kabarnya lagi. Entah mengabari sedang ada urusan mendadak atau lagi di mana kek… Ini nggak! Menyebalkan deh laki-laki seperti itu!” Julinda mulai menampakkan wajah kesal.Gisella Clarissa sedikit meringis, “Mungkin memang dia ada urusan mendadak, Jul… Dan tidak sempat mengabariku. Tadi sebelum cabut, dia bilang mau beli bahan-bahan kue karena esok pagi ibunya mau buat cake.”“Alasan itu…! Dia pergi beli sendiri bahan-bahan kue? Dia kan bukan ahli dalam pastry. Ada-ada saja alasannya!” Julinda memang sejak awal kurang suka dengan siluman lipan ketika Gisella Clarissa memperkenalkan sosok siluman lipan itu kepadanya, kepada Tiara dan kepada beberapa teman dekat mereka.“Iya deh, Gis… Kalian kan belum begitu dekat kan? Aku rasa sebaiknya laki-laki seperti ini dijauhi deh… Bukan maksudku untuk ikut campur ke dalam hubungan asmaramu, Gis… Tapi aku rasa, laki-laki seper
Jam menunjukkan pukul dua belas lewat sedikit. Sudah tengah malam… Namun, masih tampak Vritz Victor sedang membaca sebuah buku di ruang tamu. Terdengar kipas angin ruang tamu menyala dengan kecepatan sedang.Si ayah yang ingin ke kamar mandi sebentar, tampak melewati ruang tamu dan melihat anak laki-lakinya masih membaca-baca sebuah buku di sana. Si ayah pergi ke kamar mandi dan buang air kecil. Sekembalinya dari kamar mandi, si ayah terlihat menghampiri anaknya di ruang tamu sebentar.“Belum tidur, Vritz?” tanya si ayah.“Belum mengantuk. Aku ada beberapa kali kerja shift malam sehingga jam-jam begini aku belum begitu mengantuk.”“Kau kerja di mana sebenarnya sih?” tanya si ayah lembut. Dia tahu anaknya tidak bisa dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak ia kehendaki.“Ketika tiba waktunya, ketika aku merasa pas sudah waktunya, aku akan menceritakannya pada Ayah, Ibu, dan Julinda. Namun, sekarang belum waktu yang pas, Ayah. Percayalah padaku. Aku tidak sedang melakukan sesuatu yang