Share

2. Meminta syarat

"Oh iya, kamu nggak perlu salah paham dan berpikir seperti itu, Dek. Karena saya disini nggak ada niat untuk berpoligami."

"Seriusan 'kan, Mas?" Meskipun sudah mendengar pertanyaannya, nyatanya Yumna belum bisa percaya sepenuhnya.

"Serius lah, Dek. Tapi saya meminta syarat padamu. Apakah bisa?"

"Syarat??" Kening Yumna seketika mengerenyit. "Syarat apa, Mas?"

"Berhentilah ber-KB, karena saya ingin punya anak, Dek."

"KB?!" Yumna masih terlihat bingung. "Lho ... memang siapa yang KB, Mas?"

"Kok kamu nanya balik, sih, Dek?" Tatapan mata Ustad Yunus seketika menajam. Dia merasa tak puas dengan jawaban Yumna. "Kamu pikir saya nggak tau, ya, kalau selama ini kamu minum pil KB?"

Yumna sontak membulatkan matanya. Segera dia pun berlari menuju nakas untuk mengambil tas jinjingnya kemudian merogoh ke dalam.

Sepertinya apa yang suaminya maksud, itu berhubungan dari benda di dalam tasnya.

"Apa Mas lihat pil KB yang ada di sini?" Yumna langsung menunjukkan selembar pil KB yang tak ada satu pil disana.

"Iya." Jawaban Ustad Yunus membuktikan kalau memang itu benar. Sebelumnya dia sempat tak sengaja melihat pil KB itu dan meyakini bahwa itu bukti dimana Yumna ingin menunda kehamilan. "Selama ini kamu minum pil, kan, karena nggak mau punya anak dari saya?" tebaknya yang tampak kesal.

"Dih, Mas, bukan begitu kok." Yumna menggeleng cepat. Jangan sampai karena perkara ini hubungannya dengan sang suami kembali tak baik.

"Lalu??"

"Pil KB ini memang punyaku, dan aku pernah meminumnya. Tapi hanya sekali, Mas ... setelah kita berhubungan badan."

Yumna ingat, pil KB itu dibeli dan diminum dihari setelah keduanya melakukan malam pertama. Dan yang membelinya pun Nadia, asistennya. Tapi atas permintaan Yumna.

"Kita juga 'kan berhubungan badan cuma sekali, Dek."

"Iya, itu benar." Yumna mengangguk cepat. "Tapi aku nggak akan meminumnya lagi, Mas. Kan aku ingin memperbaiki rumah tangga kita."

"Kalau nggak akan meminumnya, terus kenapa masih kamu simpan?" Ustad Yunus terlihat tak percaya. Wajar saja karena dia sudah sering dibohongi, jadi tak mudah baginya untuk semudah itu percaya.

"Aku hanya lupa membuangnya, dan sekarang aku akan buang pil KB ini, Mas." Yumna langsung menuju tempat sampah yang berada dipojok ruangan, lalu melemparkan benda itu.

"Bagaimana bisa saya percaya kalau kamu nggak akan memunggutnya lagi, Dek?!"

"Apa Mas mau pil KB ini aku bakar?"

"Terserah."

"Ya udah aku bakar sekarang." Supaya Ustad Yunus percaya, Yumna akan langsung melakukannya.

Segera dia pun memungut benda itu, kemudian melangkah membuka pintu kamar.

"Mau ke mana?"

Pertanyaan dari Ustad Yunus seketika menahan langkah kaki Yumna. Dia juga langsung menoleh. "Kan aku mau bakar pil KB ini, Mas. Dan nggak mungkin juga aku membakarnya didalam kamar. Iya, kan?"

"Kalau misalkan sudah dibakar, tapi nanti kamu membelinya lagi ... itu bukannya akan jadi sia-sia saja, ya??" Tampaknya, Ustad Yunus masih belum percaya.

"Lho, siapa juga yang mau beli pil KB lagi, Mas?"

"Ya kamu, Dek. Saya 'kan nggak tau. Bisa saja kamu membelinya secara diam-diam."

"Enggak, Mas." Yumna menggeleng. "Aku nggak akan membelinya lagi."

"Bagaimana bisa saya percaya?"

"Lho, Mas ... jadi aku musti gimana dong supaya Mas percaya padaku?" Yumna jadi bingung sendiri, karena nyatanya pria itu masih tidak percaya padanya.

Memang, awalnya Yumna terpaksa mau menikah dengan Ustad Yunus, bahkan menikahnya pun bisa dibilang secara dadakan.

Itu semua demi menuruti permintaan kedua orang tuanya dan tak tega melihat Papinya yang bernama Yohan menderita virus tekotok.

Meskipun nama virus itu terdengar aneh dan tak masuk akal, tapi Yumna mempercayai ucapan dokter kalau memang virus tekotok itu benar-benar ada dan mungkin masih saudara dari virus Corona.

Perjalan rumah tangga keduanya pun terbilang sangat berliku, karena diawal-awal pernikahan Yumna dan Ustad Yunus sempat berkeinginan untuk berpisah.

Alasan Yumna tak mencintai suaminya dan tak mau menerima pernikahan paksa adalah faktor utama. Selain itu, karena hadirnya Glenn yang merupakan mantan pacar Yumna.

Mengetahui hal tersebut, Papi Yohan langsung menindak tegas. Dia meminta Yumna untuk berpikir secara matang-matang tentang keputusan yang akan dibuat.

Tapi dia sudah berpesan, jika keputusannya nanti mereka adalah bercerai, Papi Yohan berencana mengangkat Ustad Yunus menjadi anak angkatnya yang berarti akan menjadi kakak angkat Yumna. Kemudian, dia akan membantu Ustad Yunus untuk bisa bersatu dengan Naya.

Kasih sayang Papi Yohan memang begitu besar kepada Ustad Yunus, yang selalu dia panggil dengan sebutan "Boy". Semuanya karena diawal pertemuan pria itu dengan baik hati mendonorkan darah untuknya tanpa pamrih, sampai mampu membimbingnya menjadi mualaf seperti sekarang ini.

Namun, mendengar nama Naya kembali disebutkan. Yumna merasa tidak suka dan tak rela melepaskan suaminya.

Dia merasa bahwa Ustad Yunus sekarang adalah miliknya, dan tidak ada seorang pun yang boleh memilikinya.

Dengan tekad yang bulat dan hasil pemikiran secara matang-matang, Yumna memutuskan untuk mempertahankan rumah tangganya dan melupakan Glenn.

"Aku berjanji, Mas. Eh, maksudnya aku akan membuktikan jika aku nggak akan membeli pil KB lagi apalagi sampai meminumnya. Kan katanya tadi Mas kepengen kita punya anak," tambah Yumna yang masih berusaha menyakini.

"Tapi kamu nggak keberatan, kan?"

"Enggaklah, Mas." Yumna menggeleng dan perlahan mendekat ke arah sang suami lalu meraih tangannya. "Tapi Mas harus janji sama aku, ya... jangan sampai Mas mendua. Jadikan aku istri Mas satu-satunya."

Meskipun Ustad Yunus sudah menolak untuk berpoligami atas permintaannya, tapi entah mengapa Yumna masih merasa takut. Karena bisa saja Ayah Cakra kembali menawarkannya lagi hingga pria itu luluh.

"Iya, Dek." Ustad Yunus mengangguk. Dan tampak jelas sebuah senyuman tipis itu terbit diwajah tampannya. "Terima kasih, ya? Ya sudah .... biar saya saja yang bakar pil KB ini." Ustad Yunus lantas mengambil benda itu dari tangan Yumna, kemudian melangkah keluar dari kamar.

"Sama-sama, Mas." Yumna pun buru-buru mengambil handuk dari dalam lemari, kemudian masuk ke dalam kamar mandi.

Seluruh tubuhnya itu langsung dia guyur dengan air, dan berlanjut untuk menyabuninya.

'Kalau Mas Boy ingin punya anak sekarang-sekarang ... berarti tandanya nanti malam kita akan unboxing dong, ya?'

Yumna membatin. Kedua pipinya pun langsung jadi merona, dan segera dia menggelengkan kepala.

"Ih mana ada unboxing, orang kita udah pernah melakukannya. Masa kedua kali dibilang unboxing? Aneh-aneh saja, deh!"

Bicara sendiri menjawab sendiri juga. Aneh sekali memang, bahkan sekarang Yumna pun sudah tertawa entah apa yang lucu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status