#Saudara Rasa Orang Lain (4)
Ucapan-ucapan yang barusan keluar dari mulut Bang Arham, seperti oase di padang pasir, menyejukkan hati yang sedang gundah gulana.
Aku bersyukur ya Allah, diberikan suami yang sangat baik dan juga berhati bersih, semoga kami selalu bersama hingga surgaMU ya Rabb.
🌹🌹🌹
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam, akhirnya aku dan Bang Arham sampai juga di rumah Emak.
Anak-anak buru-buru turun dan langsung berlarian ke rumah Neneknya. Tapi ternyata di rumah Emak kosong, karena kemungkinan Emak sedang melaksanakan shalat tarawih di masjid.
Bang Arham mencari kunci pintu yang terletak di tempat biasa dan hanya anak-anak Emak saja yang tahu.
Emak tinggal di rumah ini dengan Bik Neti, orang yang selalu setia menemani Emak.
Pernah Bang Arham menawarkan diri untuk tinggal disini bersamaku dan juga anak-anak, tapi ditolak oleh Emak.
Emak bilang kalau sudah menikah, baiknya berpisah dari orang tua. Agar si suami menjadi mandiri dan tak terus-menerus bergantung pada orangtuanya. Begitu pula dengan si Istri, agar dapat bertanggung jawab terhadap suami dan anak-anaknya.
Karena kalau tinggal terus-menerus bersama mertua atau orang tua, bisa jadi si istri tak bisa leluasa, dan akhirnya ikut bergantung pada mertuanya. Begitu kata Emak.
Dan akhirnya semua anak Emak, hidup terpisah dari Emak. Tapi mereka selalu rajin mengunjungi Emak hampir setiap minggu mereka bergantian untuk menengok Emak, tak terkecuali dengan Bang Arham.
Anak Emak ada Empat, dan keempatnya itu adalah laki-laki semua. Mereka sudah menikah semua dan memiliki anak. Anak-anak Emak sangat kompak sekali, dan mereka kalau sudah kumpul, rumah ini terasa ramai sekali.
Terkadang terbesit rasa iri di dalam hati, kalau kami semua sedang berkumpul disini. Karena hal itu tak pernah terjadi lagi di hidupku setelah kepergian Ayah dan Ibu.
Dulu, sewaktu masih ada Ibu, kami masih sering berkumpul hanya untuk sekedar bersenda gurau. Tapi kini setelah Ibu tiada, semuanya juga ikut berubah. Saudaraku semuanya menjadi sibuk sendiri.
Apalagi semenjak keuangan kakak dan adikku menanjak dengan pesat. Mereka seakan lupa, kalau disini masih ada saudaranya yang selalu merindukan kebersamaan dan canda tawa walau hanya sesaat.
Ceklek! Pintu pun akhirnya terbuka. Lalu kami pun segera masuk ke dalam rumah, dan sebelumnya mengucapkan salam terlebih dahulu.
"Assalamualaikum!" Ucap kami serempak.
"Wa'alaikumsalam." Kami menjawab salam masing-masing.
Di rumah Emak terasa sangat nyaman sekali, walaupun rumah ini tak terlalu luas, tapi jika masih ada seorang Ibu, pasti akan lebih bermakna dan membuat siapa saja terasa nyaman di dalamnya. Seketika aku jadi teringat oleh Almarhum Ibuku, yang kini mungkin telah berbahagia di SurgaNYA.
Bang Arham langsung ke kamar mandi dan ingin mengganti baju. Karena memang sengaja baju Bang Arham tak dibawa semua ke kontrakan kami. Begitu juga dengan baju anak-anak, banyak yang ditinggalkan disini.
Jadi sewaktu-waktu jika kami ingin menginap, anak-anak dan juga Bang Arham sudah mempunyai baju salin disini. Kalau bajuku pribadi memang tak ada disini, karena memang aku yang tak mau, oleh karena itu, setiap kami bepergian aku selalu membawa baju sendiri dan juga baju anak-anak serta baju Bang Arham.
Tak lama, beberapa menit kemudian. Terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekat, itu adalah suara sendal Emak yang sudah pulang dari Shalat Tarawih.
"Assalamualaikum, eh … ada tamu toh ternyata, Masya Allah cucu Nenek yang sholeh dan sholehah, kapan datang sayang?" Emak langsung menyapa kedua cucunya dengan penuh kasih sayang. Mereka semua saling berpelukan.
Emak memang mertua idaman para menantu di dunia ini, wanita yang hatinya suci, murah hati, penuh kasih sayang dan perangainya yang sangat baik, bak bidadari yang turun dari kayangan.
Dan kini menantu yang beruntung itu adalah aku. Aku bersyukur memiliki mertua seperti Emak. Terima kasih ya Allah. Engkau telah pilih kan Ibu pengganti untukku.
Lalu aku segera beranjak dari tempat dudukku, dan langsung menyalami Emak. Mencium punggung tangan Emak dengan khidmat.
"Ya Allah, Lila sayang. Kok kalian datang nggak bilang-bilang sih, Nak? Kan kalau kalian bilang mau kesini, Emak bisa masak makanan yang enak untuk kalian semua," ujar Emak sambil mengelus-elus punggungku.
"Iya, Mak. Sengaja bikin kejutan, hehehe. Udah Emak nggak usah repot-repot ya? Kami semua udah pada makan kok, kami juga bawain makanan untuk Emak. Semoga Emak suka, ya?" Jawabku sambil menjelaskan pada Emak.
"Repot-repot segala sih, Nak? Nggak usah orang mah. Uangnya simpan aja mending untuk anak-anak." protesnya lagi, aku pun hanya tersenyum menanggapi ucapan Emak.
"Eh, Emak udah pulang ternyata." Bang Arham tiba-tiba keluar dari kamarnya, dia kini sudah rapi dan sudah mengganti baju.
"Iya, Arham. Kamu baru kelar mandi ya? Kalian mau makan apa? Biar Emak masakin," tanya Emak lagi. Emak memang selalu seperti itu. Selalu senang jika anak, menantu dan cucu-cucunya datang.
"Nggak usah, Mak. Kami semua udah makan. Malah kami udah beliin makanan untuk Emak," jawab Bang Arham lagi.
"Iya sih, orang mah nggak usah repot-repot, Lila juga tadi udah bilang sama Emak," ucap Emak sambil tersenyum.
Lalu kami pun mengobrol ringan dengan Emak, sedangkan anak-anak bermain dengan mainannya masing-masing yang memang sudah tersedia di rumah Emak.
Memang entah sengaja atau bagaimana, Emak selalu menyiapkan mainan anak-anak di rumahnya. Kata Emak untuk mainan cucu-cucunya kalau sedang berkunjung kesini, jadi mereka nggak bete. Emak sangat pengertian sekali.
Saat kami semua sedang mengobrol seru, tiba-tiba ponselku bergetar dan ada pesan masuk, setelah dicek ternyata pesan dari Kakak pertamaku yaitu Kak Virda. Kakakku yang tinggal di luar pulau.
[Assalamualaikum, La. Kamu apa kabar? Sehat semua kan? Oh iya, kakak mau tanya. Tadi kenapa kamu sama Arham nggak ikut buka bersama di Mall sama Majid dan Virra? Kakak lihat di statusnya Majid dan yang lainnya, semua pada buka bersama, ada Sisil juga malahan. Tapi kakak perhatiin cuma kamu yang nggak ada disana, memangnya kamu kemana? Atau memang nggak bisa ikut?] Kubaca pelan-pelan pesan dari Kak Virda.
Sebenarnya Kak Virda adalah Kakak yang baik dan peduli, lebih mendingan kalau dibandingkan dengan Bang Majid. cuma entah kenapa, Kak Virda mudah sekali terhasut oleh perkataan orang lain. Yang belum tentu kebenarannya.
Dia juga sering berpesan padaku dan Bang Arham, agar kami tidak menjadi orang yang malas. Agar hidup kami tak selalu susah terus, begitu katanya.
Setiap dia menelpon, pasti dia akan selalu berkata seperti itu. Dan aku iyakan saja, karena memang Kak Virda tinggal jauh dariku, jadi dia tak melihat secara langsung bagaimana kehidupanku.
Aku orang yang pantang mengeluh, walau sesulit apapun akan tetap kusembunyikan semampuku. Oleh karena itu, mereka semua selalu berspekulasi dengan pendapatnya masing-masing.
[Wa'alaikumsalam, Kak. Alhamdulillah semua baik-baik disini. Kakak apa kabar? Sehat semua kan disana? Iya aku memang nggak ikut tadi, karena aku lagi ada pesanan kue, jadi absen untuk acara buka bersama.] Jawabku yang sengaja berbohong. Karena tak mungkin juga untuk mengatakan yang sebenarnya pada Kak Virda. Sama saja seperti sedang mengadu, kalau aku menceritakan yang sebenarnya. Dan nanti malah panjang urusannya, karena Kak Virda akan bertanya kembali pada Bang Majid dan juga Virra.
[Oh, gitu? Iya sih, tadi juga Majid bilang, katanya udah ajak kamu untuk buka bersama, tapi kamunya banyak alasan katanya.
Emangnya usaha kue kamu lagi rame ya? Syukur deh kalau gitu, biar hidup kalian cepat berubah kayak kita semua. Nggak gitu-gitu aja. Oh iya, bilangin juga sama si Arham. Coba cari pekerjaan yang keren dikit, jangan jadi tukang ojek terus, biar kamu juga bisa hidup enak. Emang kamu mau hidup susah terus?] Jleb! Pesan dari Kak Virda terasa menusuk ke dalam hati.
Aku tak habis pikir, kenapa Bang Majid bisa-bisanya berkata seperti itu dengan Kak Virda. Padahal jelas-jelas aku sudah mengajak Bang Majid dan juga Virra untuk buka bersama. Tapi mereka yang selalu saja beralasan. Dan kenapa kini seolah-olah jadi aku yang disalahkan? Ya Allah, kenapa jadi begini?
#Saudara Rasa Orang Lain (5)Aku tak habis pikir, kenapa Bang Majid bisa-bisanya berkata seperti itu dengan Kak Virda. Padahal jelas-jelas aku sudah mengajak Bang Majid dan juga Virra untuk buka bersama. Tapi mereka yang selalu saja beralasan. Dan kenapa kini seolah-olah jadi aku yang disalahkan? Ya Allah, kenapa jadi begini?🌹🌹🌹Aku termenung memikirkan ucapan Kak Virda di WhatsApp tadi. Aku juga belum membalas pesannya lagi.Terkadang aku berfikir, kenapa di dunia ini, hanya harta dan kedudukan yang menjadi tolok ukur pada diri seseorang.Kenapa sesama saudara bisa saling merendahkan dan menjatuhkan hanya karena rezeki mereka yang berbeda.
#SAUDARA RASA ORANG LAIN (6)Bukannya aku nggak mau untuk menjaga Faraz, tapi kalau aku tak berjualan, pemasukan pun otomatis menjadi berkurang. Karena hanya mengandalkan pemasukan dari Bang Arham saja.Akhirnya kuputuskan untuk datang sebentar ke rumah Bang Majid besok pagi. Sepulangnya dari rumah Emak nanti.Aku juga sudah mengatakan pada Bang Arham perihal ini semua. Kata Suamiku itu, gapapa aku datang dulu saja untuk mengatakan langsung pada Bang Majid bahwa aku nggak bisa menemani Faraz karena harus berjualan.🌼🌼🌼Pagi pun kini telah menyapa, Emak sedang menyapu halaman rumah yang sudah dipenuhi oleh dedaunan yang jatuh dari ranting-ranting pohon.Aku pun bersiap-siap sambil menunggu Bang Arham selesai beberes. Aku juga sudah selesai membantu Emak untuk membereskan rumah walau ada Bik Neti, tapi kami semua tetap melakukan pekerjaan rumah.Setelah semuanya selesai, kami pun pamit pada Emak, da
#Saudara Rasa Orang Lain (7)"Arham! Lila! Sombong sekali kamu dengan kami sekarang. Saran Abang, kalau orang miskin jangan punya sifat sombong, takut besok-besok butuh bantuan Saudara." Ucap Bang Majid dengan lantangnya saat aku dan Bang Arham sedang berjalan keluar dari rumahnya.Kami pun langsung menoleh, sebenarnya aku tak ingin menghiraukan ucapan Abangku itu. Tapi karena kata-katanya yang cukup menyakitkan, membuat kami berdua reflek menoleh."Maaf, Bang. Bukannya kami sombong, tapi memang kami saat ini lagi nggak bisa, karena memang Lila sedang ada orderan kue, maafkan kami Bang, kalau sudah mengecewakan Abang dan juga Kakak." Tutur Bang Arham menjelaskan lagi, dan mungkin dia juga sedang mengendalikan hatinya agar tidak terbawa emosi.Pprraaaangg!!! Tiba-tiba terdengar suara seperti benda berbahan kaca yang jatuh dari arah taman rumahnya
#Saudara Rasa Orang Lain (8)"Tadi, kan Lia sama Raffa lagi main dekat depan, Bu. Terus tiba-tiba Tante Sisil datang. Dia bilang kalau orang miskin jangan main di halaman rumah Papi, nanti kotor. terus Lia tanya, memangnya kenapa kalau orang miskin ke rumah Papi? Eh, dia malah langsung dorong Lia, Bu. Sampai Lia jatuh dan akhirnya kena pot bunga Mami Arimbi, dan langsung menimpa tangan Lia." Tuturnya panjang lebar, menjelaskan semua pertanyaan di dalam hati."Astaghfirullah, benar begitu Nak ceritanya?" Aku terhenyak saat mendengar cerita dari mulut Lia langsung. Kenapa Sisil bisa setega itu dengan Lia, hanya karena kami miskin. Terlalu merendahkan sekali Sisil itu.Tak lama Bang Arham pun yang sudah selesai mandi datang dan berkumpul bersama kami di ruang tamu. Hari sudah siang dan Bang Arham akan segera berangkat untuk mencari nafkah."Udah, D
#Saudara Rasa Orang Lain (9)Terkadangidup memang selucu itu, saudara kandung sendiri yang seharusnya menjadi tempat sandaran, tapi malah menjauh seolah menjadi seperti orang lain. Dan sebaliknya, orang lain tapi seperti saudara sendiri.Niatku nanti akan meminta bantuan pada Bang Arham dan juga Iparku dari pihak Bang Arham, dan juga keponakannya. Biasanya mereka di bulan Ramadhan ini banyak waktu senggang, sekalian berbagi rezeki pada mereka juga. Agar semakin berkah.Aku bergegas untuk segera mencatat bahan-bahan kue untuk dibeli besok pagi. Karena belinya dalam jumlah yang banyak, maka harus dicatat, aku nanti setibanya di pasar aku tidak sampai lupa akan apa yang mau dibeli.🌼🌼🌼Kini hari sudah sore, matahari jugs perlahan telah kembali ke peraduannya.Anak-anak sudah terbangun sedar
#Saudara Rasa Orang Lain (10) Selesai menyantap makanan berbuka puasa, kami pun melanjutkan untuk sholat Maghrib berjamaah. Dan setelah itu membereskan semua bekas peralatan makan saat berbuka tadi. Setelah semuanya selesai, Bang Arham dan juga anak-anak telah bersiap untuk segera pergi ke Masjid untuk melaksanakan sholat tarawih, begitupun denganku. Tak lama terdengar suara Adzan Isya bergema di seluruh jagat raya ini. Memanggil para hamba-Nya untuk segera bersujud, menunaikan perintahnya yaitu melaksanakan sholat Isya sekaligus sholat tarawih. Dan kami berempat pun segera berangkat menuju ke masjid untuk segera melaksanakan sholat isya sekaligus tarawih. Di sepanjang jalan saat menuju ke masjid, banyak anak-anak sedang bermain. Orang-orang yang berlalu lalang untuk segera menuju ke Masjid juga. Ramadhan kali ini terasa syahdu dan juga semarak. Karena semuanya menyambut dengan riang gembira dan suka cita. 🌼🌼🌼 Kini kami semua sudah sampai di rumah, kami semua baru saja pulang
#Saudara Rasa Orang Lain (11)"Kemarin Sisil nginap di rumah aku, dia bantuin input penjualan di toko online aku. Nah, aku tidur duluan karena udah ngantuk banget. Sedangkan dia masih asyik sama laptopnya di ruang tamu sendirian. Sedangkan para karyawan juga udah pulang. Saat aku mendusin, aku malah ngeliat dia sama Yoga lagi berpelukan, Kak. Dan kakak tahu setelah itu mereka ngapain? Mereka ciuman lama sekali, mereka selingkuh, Kak! Huhuhu," jelasnya, dan kini dia semakin menangis sesenggukan.🌼🌼🌼"Astaghfirullah, benar begitu kejadiannya, Vir?" Sontak aku langsung terkejut, karena mendengar cerita dari Virra.Padahal kemarin waktu di pusat kuliner, aku melihat Sisil sedang bersama laki-laki lain dan itu bukan Y
#Saudara Rasa Orang Lain (12)Hari ini kami mau berkunjung ke rumah Kakak Iparnya Bang Arham, yaitu ke rumah Kak Alma. Karena kami akan meminta tolong padanya untuk membantu membuat kue dimulai besok pagi. Sedangkan malam nanti sepulangnya sholat tarawih, aku akan membereskan bahan-bahan kue yang akan digunakan besok pagi.🌼🌼🌼Kini kami berempat telah sampai di rumahnya Kak Alma, aku dan anak-anak bergegas untuk turun, sedangkan Bang Arham memarkirkan motornya.Tok!Tok!Tok!"Assalamualaikum, Kak." Ucapku sambil mengetuk pintu.