Share

Saya Siap Menjadi Istri Pak Bos
Saya Siap Menjadi Istri Pak Bos
Penulis: Apple Leaf

Bab 1

“Apa pun yang terjadi, jangan tunjukkan wajah kamu ke ruang makan. Bawa makan malam kamu ke kamar sekarang juga!”

Lulu mengernyit mendengar ucapan ibu sang kekasih yang terdengar dingin dan memperingatkan. Tidak biasanya wanita paruh baya itu menggunakan nada seperti itu padanya. Apalagi Lulu sudah menghabiskan sepanjang sore memasak menu-menu yang Felia inginkan.

Lagi pula, mereka selalu makan bersama sebelumnya.

“Kenapa begitu, Tante?” Lulu yang masih bingung bertanya.

“Ck. Turuti saja perintah saya,” kata Felia, ibu kekasih Lulu, dengan nada kesal seraya mendorong tubuh kurus Lulu.

Lulu menuruti perintah Felia tanpa banyak bertanya lagi.

Di dalam kepala Lulu selalu diisi pemikiran yang mana ia harus berbakti dan selalu menurut pada calon ibu mertuanya.

Namun, karena penasaran, Lulu mencoba mengintip dari balik tembok dapur, tidak benar-benar langsung pergi ke kamarnya.

Netranya memperhatikan punggung Felia yang menjauh dan menghilang di balik tembok. Namun, tak lama kemudian, Felia kembali bersama Jovan, kekasih Lulu, dan seorang wanita berpenampilan anggun dengan perawakan tinggi dan langsing.

Jovan dan wanita itu berjalan berdampingan, bak pengantin menuju pelaminan.

“Pa, lihat Jovan dan Aini sudah tiba.” Suara Felia bernada ceria dengan mata cerah kala mengucapkan nama Aini, bahkan terdengar lebih lembut.

Dahi Lulu semakin mengernyit.

Siapa itu? Tanya Lulu dalam hati.

Manik Lulu terbelalak sempurna tatkala melihat Jovan dengan santai melingkarkan lengan pada pinggang Aini. Wanita itu pun mendongak dan membalas dengan seulas senyum manis. Mereka seakan tengah menggoda satu sama lain.

Apa arti dari gerakan itu, Kak Jovan? Kamu itu tunanganku!

Rasa cemburu membakar Lulu menyebabkan ia menggertakkan gigi. Sama sekali tidak terima melihat Jovan bersikap manis pada wanita lain.

Segera muncul keinginan Lulu untuk menerobos ke ruang makan. Akan tetapi, suara Banyu, ayah Jovan yang tiba di ruang makan saat itu, berhasil mengakhiri niat Lulu.

Banyu tampak manggut-manggut dan wajahnya bahagia melihat perempuan yang berdiri serasi dengan putranya.

“Ini calon menantu Papa? Kamu membuat pilihan yang benar, Jovan. Aini sangat anggun serta memiliki wajah lembut keibuan. Dia pasti akan menjadi ibu yang baik untuk anak-anak kamu.”

“Iya, Pa. Ini Aini yang aku bicarakan waktu itu,” sahut Jovan mengenalkan Aini pada sang ayah. Lalu Jovan beralih pada Aini. “Ai, ini Papaku. Beliau sangat senang saat aku bilang akan mengundang kamu makan malam di rumah kami,” katanya.

Aini tersipu mendengar pujian ayah Jovan barusan. “Selamat malam, Om. Saya Aini,” sapa Aini bernada sopan dan memancarkan senyum lembut. Perempuan itu mengulurkan tangan ke depan Banyu.

Banyu segera membalas menjabat tangan Aini dengan penuh keramahan. Lelaki itu menarik tangannya lalu berkata, “Kalian pasti sudah lapar. Ayo, duduk. Jangan hanya berdiri.” Banyu menoleh pada putranya, “Jovan layani Aini dengan baik.”

Jovan mengangguk mantap. “Pasti, Pa.”

Jovan menarik kursi di samping kanannya dan mempersilakan Aini untuk duduk.

Mereka pun mulai menyantap makan malam seraya berbincang hangat, tanpa peduli akan orang yang telah memasak makanan itu untuk mereka.

Bagaikan anak panah meluncur dan menusuk dada Lulu. Rasa sakit hati tak tertahankan mengaliri seluruh tubuhnya, hingga tubuhnya merosot ke lantai. Jadi Jovan mengenalkan perempuan itu sebagai calon istrinya? Lulu tak habis pikir dengan sikap Jovan, terang-terangan berselingkuh, bahkan sampai membawa perempuan itu ke rumah tanpa menjelaskan apa pun pada Lulu.

Lantas bagaimana dengan Lulu yang sudah bekerja keras selama empat tahun ini?

Saat Lulu lulus SMA empat tahun lalu, orang tuanya mengalami kegagalan bisnis. Keluarganya terpaksa harus pindah ke luar kota untuk memulai bisnis baru dan untungnya mereka masih punya rumah di luar kota.

Sayangnya, Lulu tak ingin tinggal jauh dari Jovan. Dengan terpaksa orang tuanya menitipkan Lulu di rumah Jovan. Berhubung mereka akan menjadi besan suatu saat nanti. Namun, tak ada yang pernah menyangka bahwa Lulu akan disia-siakan.

Sejak tinggal di rumah Jovan, Lulu mengerjakan semua pekerjaan rumah, sehingga keluarga Jovan tak membutuhkan pembantu.

Sekarang Lulu tak ada bedanya dengan pembantu.

Lulu merasakan hatinya hancur seperti kepingan kaca yang berserakan dan terpaksa harus menahan kepedihan itu sendirian.

Suara Aini kemudian menarik Lulu dari lamunannya dan ia mendengarkan dengan saksama, sambil menekuk lututnya di lantai.

“Aku tahu selama ini Jovan kesulitan karena harus tinggal bersama perempuan yang terobsesi padanya. Kalau saja perempuan itu bisa berpikir lebih dewasa, Jovan pasti nggak akan terbebani lagi,” kata Aini. Tatapannya memancarkan kepedulian.

Felia dan Banyu saling bertukar pandang. Awalnya mereka pikir, Aini akan cemburu mengetahui keberadaan Lulu yang tinggal bersama mereka. Nyatanya Aini sangat pengertian, bahkan sangat peduli pada Jovan, pikir keduanya.

Banyu mendesah ringan sebelum menyahut, “Dulu Om berjanji pada orang tua Lulu, untuk menjaga anak itu selama mereka di luar kota. Namun, sampai sekarang orang tuanya belum juga kembali. Kalau bukan karena janji itu, Om pasti tidak akan membiarkannya tinggal di rumah ini.”

Kemudian Felia pun menimpali, “Kamu tenang saja. Lulu nggak akan mengganggu kamu ataupun Jovan. Tante sudah merencanakan agar Lulu segera pindah dari rumah ini.”

Aini tiba-tiba memasang ekspresi tak setuju di wajah cantiknya. “Aku sebenarnya nggak keberatan, Tante. Tapi, Jovan punya posisi tinggi di Hotel. Kalau sampai para kolega tahu dan menggosipkan hal ini, nama baik Jovan akan tercemar.” Setiap kata yang diucapkan Aini terdengar begitu tulus. Namun, setiap kalimatnya juga mengimplikasikan agar mereka segera mengusir Lulu.

Mendengar Aini begitu peduli padanya, Jovan pun angkat bicara dan membuat keputusan saat itu juga. “Ma, Pa, aku ingin Lulu pindah malam ini juga.”

Tubuh ramping Lulu seketika membeku, bahkan bulu matanya yang lentik bergetar mendengar sang kekasih ingin mengusirnya malam-malam begini.

“Aku nggak terima. Jovan harus memberiku penjelasan!”

Lulu mengepalkan tinju kuat-kuat, rahangnya terkatup rapat dan emosi memaksanya untuk keluar dari persembunyian. Ia tak mengindahkan peringatan Felia. Lulu berhasil memaksa dirinya untuk berdiri dan membawa langkahnya menuju ruang makan.

Perhatian keempat orang yang duduk di meja makan segera tertuju pada Lulu. Mereka kehilangan selera makan dan atmosfer berubah suram ketika Lulu berhenti beberapa langkah dari meja makan.

Felia sontak berdiri, mengerutkan dahi tak senang. “Buat apa kamu ke sini?” Dia bertanya dengan suara rendah seraya diam-diam mencubit lengan Lulu.

Lulu melayangkan tatapan berang, menyebabkan Felia membelalak kaget. Pasalnya Felia belum pernah mendapatkan tatapan seperti itu dari Lulu. Lulu menampik tangan Felia dengan gerakan kasar, hingga wanita itu hampir kehilangan keseimbangan dan harus bertumpu pada sandaran kursi.

“Lulu,” bentak Jovan segera berdiri. “Jangan kasar sama Mama!” Lantas Jovan berjalan ke sisi Lulu sambil melemparkan tatapan jengkel.

Aini mengikuti Jovan, membantu memapah Felia yang tampaknya masih terkejut. “Tante baik-baik saja?”

Felia mengangguk kecil. “Tante baik-baik saja. Tapi, Tante nggak menyangka Lulu bersikap kasar sama Tante.”

“Di sini yang bersikap paling kasar itu Jovan, Tante. Jovan berselingkuh, padahal sudah punya kekasih,” kata Lulu bernada cukup keras sambil melirik Jovan. Ia lalu memutar wajahnya untuk melihat Aini di sisi kirinya. “Aku adalah tunangan dari pria yang kamu anggap sebagai calon suami. Dan kedua keluarga kami sudah setuju!” Ia menegaskan setiap kalimatnya.

Aini menggeleng tak percaya. “Kamu bukan tunangan Jovan. Dia sudah menjelaskan semuanya sebelum aku menerimanya sebagai kekasihku. Kamu itu cuma perempuan yang terobsesi sama Jovan.”

“Apa?”

“Kamu harus berhenti. Jovan nggak pernah mencintai kamu.”

“Kamu salah! Kami saling—”

“Hentikan, Lulu!” Felia memotong ucapan Lulu. “Bereskan pakaian kamu sekarang juga dan pergi dari rumah saya.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status