Share

Bab 2

Author: BalqizAzzahra
last update Last Updated: 2025-02-20 06:38:45

🍁🍁🍁

Sore itu, Clara masak makanan kesukaan David dalam jumlah banyak. Dia ingin memanjakan suaminya dimulai dari memasak makanan yang pria itu sukai. Saat David pulang kantor, dia langsung menyambut dan menggiringnya pergi ke ruang makan untuk makan bersama.

"Sayang, aku sudah masak makanan kesukaan kamu loh. Ayo kita makan bersama," Clara menyunggingkan senyum manis.

"Kamu saja dulu yang makan, aku sudah kenyang. Aku tadi mampir makan di luar bersama dengan teman-temanku," sahut David dengan nada malas dan datar. Matanya menyiratkan pesan kalau dia enggan mengobrol dengan Clara.

Clara terdiam, dia duduk di sudut kamarnya dengan hati yang tak karuan. Sudah beberapa minggu terakhir, David berubah. Pria yang dulu penuh perhatian dan selalu membuatnya merasa istimewa kini terasa cuek juga dingin. Pertemuan mereka semakin jarang, dan bahkan ketika bersama, David lebih sering sibuk dengan ponselnya daripada berbincang dengannya.

Awalnya, Clara mencoba mengabaikan perubahan itu. Dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa mungkin David sedang banyak pekerjaan atau memiliki masalah yang tak ingin dibicarakan. Namun, semakin lama, alasan itu terasa semakin tidak masuk akal. Terutama ketika suatu hari, dia melihat David tersenyum kecil saat membaca sesuatu di ponselnya—senyum yang sudah lama tidak dia lihat saat mereka bersama.

Rasa curiga mulai menggerogoti pikirannya. Apakah David sedang menyembunyikan sesuatu? Atau lebih buruk lagi, apakah ada orang lain dalam hidupnya? Dengan hati berdebar, Clara akhirnya mengambil keputusan yang selama ini dia hindari. Dia akan mencari tahu sendiri.

Kesempatan itu datang, malam hari saat David pergi ke kamar mandi. Clara tanpa ragu mengambil ponsel David yang tergeletak di meja. Jemarinya sedikit gemetar saat membuka kunci layar—sesuatu yang dia tahu bisa menjadi bumerang jika David mengetahuinya. Tapi dia tidak peduli. Dia butuh jawaban.

Clara membuka aplikasi pesan dan mulai menggulir percakapan. Hatinya semakin berdebar ketika menemukan sebuah nama yang begitu familiar: Zoya.

Zoya adalah sahabat baiknya. Wanita yang selama ini dia percaya, yang selalu mendukung hubungannya dengan David. Tapi isi percakapan itu membuat dunia Clara seakan runtuh.

“Aku tidak sabar bertemu lagi besok. Aku suka saat kita bisa menghabiskan waktu berdua,” tulis Zoya dalam salah satu pesannya.

Clara menahan napas, matanya bergerak cepat membaca balasan dari David.

“Aku juga. Rasanya berbeda saat bersamamu. Lebih menyenangkan.”

Jantung Clara seperti berhenti berdetak. Dadanya sesak, matanya panas menahan air mata yang hampir jatuh. Ini tidak mungkin. Zoya? David? Bagaimana bisa? Sejak kapan?

Clara menarik napas dalam-dalam, berusaha mengendalikan emosi. Tangannya saat dia meletakkan kembali ponsel David di tempat semula.

Clara memilih untuk kembali duduk di atas ranjangnya, membiarkan tubuhnya tenggelam dalam empuknya kasur yang kini terasa begitu dingin dan asing. Kepalanya menunduk, matanya menatap kosong ke lantai, sementara pikirannya dipenuhi oleh pesan-pesan yang baru saja ia baca. Chat mesra antara David, suaminya, dengan Zoya, sahabat yang selama ini ia percaya sepenuh hati.

Air matanya mengalir deras tanpa bisa ia tahan. Sakit. Sakit yang teramat dalam menusuk relung hatinya. Dari milyaran wanita yang ada di muka bumi ini, mengapa David harus berselingkuh dengan Zoya? Mengapa orang yang selama ini ia anggap sebagai saudara sendiri justru menjadi pengkhianat paling kejam dalam hidupnya?

Tak lama, David keluar dari kamar mandi. Dia terkejut melihat Clara menangis sedih. Tatapan mereka bertemu, dan dalam sekejap, Clara melihat sesuatu dalam mata David—rasa bersalah.

“Ada apa? Kenapa kamu menangis?" tanya David.

Clara tertawa sinis, air matanya akhirnya jatuh. “David, apa kamu berselingkuh dengan Zoya?” Clara memberanikan diri menyudutkan pria itu.

"Apa maksud perkataan itu Clara?" omel David. Dia berpura-pura tidak tahu dengan tuduhan yang dilayangkan istrinya.

"Aku baru saja membaca chat mesramu dengan Zoya," jelas Clara. David membeku, dia seolah sedang mencari alasan untuk membela diri.

"Aku tidak berselingkuh dengan siapapun Clara, apa lagi dengan temanmu Zoya." David mengelak. Tapi dari sorot matanya Clara bisa tahu kalau suaminya sedang berbohong.

"Baik, kalau kamu tidak mau berkata jujur. Aku yang akan mencari kebenarannya sendiri!".

***

Clara duduk di dalam mobilnya, menatap ke arah hotel mewah di seberang jalan. Matanya tak lepas dari sosok suaminya, David, yang baru saja turun dari mobil. Jantungnya berdegup kencang, jemarinya mencengkeram kemudi erat-erat. Ia telah mengikuti David sejak sore, mencari kebenaran yang selama ini menghantuinya. Zoya, sahabat yang sudah ia percayai bertahun-tahun, telah menjadi bayang-bayang dalam kecurigaannya.

Tak butuh waktu lama, dari lobi hotel, seorang wanita muncul. Clara menahan napas saat melihat sosok itu—Zoya. Hatinya mencelos, berharap bahwa yang dilihatnya hanyalah ilusi. Namun, kenyataan begitu kejam. Zoya berjalan dengan langkah percaya diri ke arah David, dan pria itu menyambutnya dengan senyum yang sudah lama tak ia lihat terukir di wajah suaminya. Tanpa ragu, mereka berpelukan erat di halaman hotel. Seolah dunia hanya milik mereka berdua.

Air mata Clara mulai menggenang. Tubuhnya bergetar hebat, tapi matanya tetap tak berkedip, menolak berpaling dari kenyataan menyakitkan yang tersaji di depan matanya. Ia berharap ada penjelasan lain—mungkin mereka hanya bertemu sebagai teman. Namun, semua harapan itu hancur seketika saat David mencium bibir Zoya, menggenggam tangannya dengan mesra dan mereka berjalan bersama memasuki hotel.

Clara menutup mulutnya dengan kedua tangan, mencoba menahan isak tangis yang akhirnya pecah. Dunianya runtuh dalam sekejap. Ia merasa bodoh karena sempat membiarkan dirinya percaya pada kebohongan. Bagaimana mungkin dua orang yang paling ia percayai menghancurkan hidupnya seperti ini? Apa Clara pernah melakukan kesalahan pada Zoya selama ini? kenapa Zoya setega itu menikamnya dari belakang?

Bersambung....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Azzurra
David oon bin to Lo l ya Thor. udah tau istrinya curiga. ataukah memang David sengaja??? penisirin lanjutannya Thor
goodnovel comment avatar
Bunda kembar
............ahhhh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 75

    Tangis bayi menggema di ruang bersalin, disusul suara tangis bahagia dari Clara yang terbaring lemah namun tersenyum lega. Di sampingnya, Erick menggenggam erat tangan sang istri sambil menatap dokter yang membawa seorang bayi mungil dalam selimut biru."Selamat ya, Pak Erick, Bu Clara. Bayi laki-lakinya sehat dan kuat," ucap sang dokter.Erick nyaris tak bisa menahan air matanya saat sang perawat menyerahkan bayi itu ke pelukannya. Jantungnya berdegup cepat, takjub, dan penuh syukur saat menatap wajah kecil yang masih merah namun begitu sempurna.“Dia... luar biasa,” bisik Erick lirih, air mata menetes perlahan dari sudut matanya. “Terima kasih, Clara. Terima kasih banget...”Clara tersenyum lemah namun bahagia. “Akhirnya... dia datang juga ya.”Erick menunduk, menyentuhkan keningnya ke kening sang bayi. “Selamat datang, pangeran kecilku... Radja Pratama.”Clara menoleh pelan. “Kamu sudah siapkan nama?”Erick mengangguk. “Iya. Radja, karena dia pewaris kita. Pratama, karena dia yang

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 74

    Langkah kaki David terasa berat saat keluar dari lobi hotel, ditemani Agnes yang masih berusaha menyembunyikan wajahnya dengan kacamata hitam dan masker. Mereka berjalan cepat, seolah dikejar waktu dan rasa malu yang masih menggantung di udara.Namun, nasib berkata lain."David?" suara yang sangat dikenalnya membuat David langsung berhenti melangkah. Ia menoleh, dan di sana, berdiri Clara bersama Erick—mantan istrinya dan sahabat lama yang kini jadi rekan bisnis.Agnes spontan membeku di sampingnya.Clara tersenyum tipis, pandangannya tajam menyapu dari atas ke bawah. "Kalian berdua... dari dalam hotel?"David segera bersikap tenang. "Kami tidak bersama. Kebetulan saja kami masing-masing ada urusan di hotel ini."Agnes mengangguk cepat, seperti ayam disemprot air. “Iya, benar. Aku... aku ada meeting juga tadi pagi. Sendiri. Bukan sama dia.”Clara mengangkat alis, menyilangkan tangan. “Oh, ya? Tapi kenapa kalian keluar bareng... dan pakai baju yang sama kayak kemarin malam?”David meli

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 73

    Lampu neon berkedip cepat saat musik berdentum dari segala penjuru ruangan. Aroma alkohol dan parfum mahal bercampur menjadi satu di udara. David duduk di salah satu sofa VIP bersama Deren, asistennya yang paling setia. Gelas demi gelas ditenggak, masing-masing mencoba melupakan kekacauan yang baru saja terjadi dalam hidup David—perceraian dengan Clara, wanita yang dulu ia cintai, dan pengkhianatan yang tak bisa dimaafkan.“Minum lagi, Pak. Lupakan semuanya malam ini,” ujar Deren sambil menyodorkan segelas tequila.David menerima tanpa protes. Wajahnya sudah memerah, pandangannya mulai kabur. Namun rasa kosong di dadanya terasa lebih kuat dari efek alkohol mana pun. Ia tertawa keras tanpa alasan, berusaha mengubur rasa bersalah dan penyesalan yang terus menghantui.Beberapa jam berlalu, mereka berdua benar-benar mabuk. Deren bahkan tak mampu berdiri tegak, sementara David berjalan terhuyung-huyung menyusuri lorong gelap menuju pintu keluar. Kepalanya berdenyut, dan setiap langkah sepe

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 72

    Hujan turun perlahan, menyelimuti kota dengan udara dingin yang menusuk hingga ke tulang. Zoya berdiri di depan jendela apartemennya, memandang rintik hujan yang membasahi jalanan. Di belakangnya, Danis duduk di sofa dengan ekspresi muram, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menanggapi permintaan Zoya. "Aku sudah memutuskan, Danis," suara Zoya terdengar tegas namun lirih. "Aku tidak bisa terus seperti ini. Aku tidak mau menjadi orang ketiga dalam pernikahanmu." Danis menatapnya lekat, hatinya terasa diremas. "Aku hanya ingin bersamamu dan anak kita, Zoya. Aku merasa lebih dihargai saat bersamamu dibandingkan dengan…" Ia menghentikan kalimatnya, enggan menyebut nama istrinya. Zoya menarik napas dalam. "Danis, aku tidak bisa hidup dalam bayang-bayang hubungan yang tidak jelas. Aku tidak mau anak kita tumbuh dalam situasi yang penuh kebohongan dan ketidakpastian. Jika kau ingin berada di sisi kami, selesaikan dulu semuanya. Aku tidak akan menerima separuh hatimu." Danis men

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 71

    Clara menghela napas panjang saat duduk di teras rumahnya, menikmati semilir angin sore yang menerpa wajahnya. Hidupnya terasa lebih damai akhir-akhir ini. Tidak ada lagi gangguan dari Agnes yang selama ini selalu berusaha mengusik ketenangannya. Bahkan, David pun sudah jarang muncul di hadapannya. Semua terasa begitu tenang, begitu sempurna, apalagi dengan kehadiran Erick, suami yang selalu setia di sisinya.Erick muncul dari dalam rumah, membawa segelas jus jeruk dan menyerahkannya kepada Clara. Ia tersenyum hangat, lalu duduk di sampingnya. "Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanyanya sambil mengelus perut Clara yang semakin membesar."Tidak ada," jawab Clara, tersenyum kecil. "Aku hanya menikmati momen ini. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali aku merasa tenang seperti ini."Erick tersenyum, lalu mencium kening istrinya dengan lembut. "Kalau begitu, mari kita buat hari ini lebih menyenangkan. Bagaimana kalau kita pergi ke kedai jus favoritmu?"Mata Clara berbinar. "Itu ide y

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 70

    Agnes melangkah masuk ke dalam ruangan dengan wajah lesu. Thomas, yang sedang duduk santai di sofa dengan segelas wine di tangannya, menatapnya sekilas sebelum kembali menyesap minumannya. “Kamu terlihat seperti orang yang kalah,” sindir Thomas tanpa basa-basi. Agnes mendesah panjang, lalu menjatuhkan diri ke sofa di seberangnya. “Aku memang kalah, Tom. Aku menyerah.” Thomas menaikkan satu alisnya. “Menyerah? Sejak kapan Agnes yang kukenal tahu artinya menyerah?” Agnes menyandarkan kepalanya ke belakang, menatap langit-langit dengan tatapan kosong. “Sejak aku sadar bahwa aku tidak akan pernah bisa menyentuh perempuan itu.” Thomas mulai tertarik. Dia meletakkan gelasnya dan bersandar, menunggu penjelasan lebih lanjut. “Clara benar-benar beruntung,” lanjut Agnes dengan suara getir. “Ada dua pria yang menjaganya dengan nyawa mereka. Erick, suaminya sekarang. Dan David… mantan suaminya yang jelas-jelas masih punya rasa.” Mata Thomas melebar. “Clara? Tunggu… Clara yang kau ma

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 69

    "Hatchii!" Zoya buru-buru menutup mulutnya dengan tisu. Ia mengerutkan kening. Katanya kalau bersin tiba-tiba, itu tandanya ada seseorang yang sedang membicarakannya. Entah siapa, tapi dia malas memikirkannya lebih jauh. Yang jelas, hari ini dia hanya ingin menikmati waktunya tanpa gangguan. Duduk di sofa ruang tamunya yang luas, Zoya melirik ke arah putranya yang tengah bermain dengan Sus Juni. Bocah kecil itu tertawa riang, membuat hati Zoya sedikit tenang meski tubuhnya masih terasa lelah. Lelah bukan hanya karena kurang tidur, tetapi juga karena pekerjaannya yang menuntutnya untuk selalu tampak menggoda dan siap memanjakan para pria hidung belang. Hari ini, dia memutuskan untuk mengambil libur beberapa hari. Dia butuh istirahat, butuh waktu hanya untuk dirinya sendiri dan anaknya. Tidak ada pria yang menjamahnya, tidak ada tuntutan untuk bersikap manis atau mengobral senyum palsu. Namun, ketenangan itu hanya bertahan sesaat. Tok! Tok! Tok!Zoya mengernyit. Siapa yang dat

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 68

    Clara duduk di salah satu sudut ruang tamu, memperhatikan dengan sedikit canggung interaksi antara dua pria yang pernah dan masih mengisi hidupnya—David, mantan suaminya, dan Erick, suami keduanya. Tidak ada ketegangan di antara mereka, justru sebaliknya. Mereka terlihat terlalu akrab untuk ukuran dua pria yang pernah berada dalam hidup wanita yang sama. Dan semua ini gara-gara Agnes. Wanita itu telah membuat hidup Clara seperti roller coaster dalam beberapa minggu terakhir. Dari percobaan mencelakainya hingga berbagai intrik yang membuatnya hampir kehilangan kewarasannya. Namun yang membuatnya lebih bingung adalah kenyataan bahwa kini David dan Erick justru mendiskusikan Agnes dengan nada yang begitu santai, seakan mereka sedang membicarakan cuaca. Samar-samar, Clara menangkap percakapan mereka. "Agnes itu cantik, kaya... Kenapa dia tidak mencari pria single saja untuk diganggu?" ucap David dengan nada heran. Clara menajamkan pendengarannya. Agnes memang punya segalanya—kec

  • Sayang, Izinkan Aku Selingkuh   Bab 67

    Agnes duduk di depan cermin riasnya, menatap bayangan dirinya yang sempurna. Wajahnya tanpa cela, dengan hidung mancung, bibir penuh, dan mata tajam yang selalu berhasil menundukkan pria mana pun. Tubuhnya langsing dengan lekukan yang didambakan banyak wanita. Ia adalah model papan atas, seorang pengusaha sukses di industri kecantikan, wanita yang memiliki segalanya—harta, kecantikan, dan status sosial. Tapi kenapa… kenapa seorang Clara, wanita biasa yang hanya seorang ibu rumah tangga, bisa mendapatkan sesuatu yang tidak bisa Agnes miliki? Cinta. Bukan sekadar cinta biasa, tetapi cinta yang ugal-ugalan, menggebu-gebu, liar. Dua pria sekaligus menggilai Clara seperti hidup mereka bergantung padanya. Erick, pria berkarisma dengan latar belakang bisnis kuat, dan David, lelaki dengan aura bad boy yang liar namun memikat. Mereka berdua rela berseteru demi seorang Clara. Clara yang bukan siapa-siapa. Agnes mengepalkan jemarinya. Ia mengenal Dion, bahkan pernah mendekatinya. Namun

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status