Home / Fantasi / Sayembara Cinta Sang Pangeran / Situasi Buruk Panti Asuhan

Share

Situasi Buruk Panti Asuhan

last update Last Updated: 2023-01-24 21:07:11

Karena kedai Bronson begitu ramai pengunjung, William harus puas hanya bisa curi-curi pandang ke arah meja nomor 5 dimana gadis bernama Amelia yang telah membuatnya tertarik dengan sangat kuat sedang berbincang seru bersama teman-temannya yang barbar itu.

Sementara dia yang menyamar menjadi pelayan kedai harus pontang panting mengantarkan pesanan para pengunjung kedai. Belum lagi nyonya gemuk pemilik kedai bernama Susan itu begitu galak kepadanya bila dia berlama-lama mengambil makanan dan minuman yang telah disiapkan di konter pemesanan menu.

Hampir tengah hari rombongan gadis pelajar bangsawan itu membubarkan diri untuk pulang, begitu juga Amelia yang telah berganti baju biasa tadi setelah baju seragamnya ditumpahi air limun oleh William. Satu per satu mereka membayar orderan menu masing-masing di kasir yang dilayani oleh Nyonya Susan Bronson sendiri. 

Amelia selalu mengalah kepada teman-temannya dan dia yang terakhir membayar serta meninggalkan tempat itu. Saat ia hendak melangkah keluar dari pintu depan kedai, lengannya ditarik kuat oleh seseorang lalu diseret mundur ke lorong menuju toilet. 

Setelah lengannya dilepaskan dan mereka saling bertatapan, Amelia mengenali siapa orang yang menyeretnya dengan kasar sekaligus tidak sopan. "Willy?!" serunya dengan mata membulat penuh. Kedua lengan pemuda itu memerangkap tubuh Amelia di dinding lorong toilet yang sebenarnya berbau urine tak sedap.

Sepasang mata ungu itu begitu indah sehingga membuat William terbengong-bengong sejenak. Tampaknya sang pangeran kesengsem berat kepada gadis di hadapannya. Pertanyaan yang tadi sudah disusun dengan rapi di otaknya seolah sirna bagaikan asap rokok yang dihembuskan sekali saja.

"Hai, Boy—sebaiknya kau punya alasan yang bagus dengan menyeretku ke mari!" ujar Amelia berusaha bersabar sekali lagi kepada pemuda berparas tampan yang menurutnya sedikit ceroboh itu.

William pun menggaruk-garuk kepalanya salah tingkah. Dia lalu berkata, "Ehm ... apa aku boleh berkencan denganmu kapan-kapan? Dimana rumahmu, Nona?"

Sebersit senyuman terkembang di bibir bersudut runcing merah ceri itu lalu ia menjawab, "Maafkan aku, tetapi anggap saja aku seperti menu spesial di restoran mahal. Kau bisa melihatku, tapi mungkin tak mampu mendapatkannya! Aku permisi dulu, Will." Dengan gesit gadis itu kabur dari hadapan William dan buru-buru keluar dari kedai Bronson.

"WILLY! DIMANA KAU? DASAR PEMALAS!" Teriakan Nyonya Susan yang menggelegar sontak membuat lamunan indah William pecah berkeping-keping. Dia berlari tergopoh-gopoh mendatangi depan konter pemesanan menu dimana majikan barunya itu bertolak pinggang dengan wajah menyeramkan seperti naga siap menyemburkan api dari mulutnya.

"Ya, Nyonya Susan?" ucap William dengan seringai konyol di wajahnya berharap tak ada semburan panas yang akan diterimanya dari wanita gemuk itu.

Sebuah helaan napas dalam untuk menenangkan dirinya disertai perintah, "Will, antar dua nampan ini satu per satu ke meja nomor 6 dan 7. Jangan terbalik, oke? Setelah itu bantu aku menimba air di sumur dapur. CEPAT!" 

"Siap, Nyonya Susan!" sahut William lalu segera mengerjakan tugas-tugasnya. Dia yakin telah kehilangan jejak Amelia, berarti dia harus bekerja lagi di kedai Bronson besok agar memiliki kesempatan untuk menemui gadis bermata ungu memesona tadi kembali.

Dengan kereta kuda keluarga Stormside yang berlambangkan huruf S dan petir di bagian sisi pintu penumpang kanan kiri, Amelia diantarkan ke Madam Tania's Orphanage. Hanya gadis itu saja yang mengunjungi panti asuhan di desa sebelah, Mayflower Village. Teman-temannya selalu mencari alasan bila Amelia mengajaknya ke tempat yang mereka anggap kumuh dan penuh gembel kata mereka.

Sekitar satu jam perjalanan membawa Amelia hingga ke depan sebuah bangunan 5 lantai berbentuk seperti kastil beratap runcing-runcing berjendela kaca sangat banyak dengan dua menara di barat dan timur. Sebenarnya tampilan kastil yang digunakan sebagai panti asuhan itu dari arsitektur luarnya nampak megah. Namun, kondisi penghuni bangunan tersebut jauh dari kata sejahtera. 

Orang hanya ingin menitipkan anak dan bayi yang dibuang karena dilahirkan tak sesuai harapan keluarganya tanpa memberikan uang sumbangan sedikit pun. Kondisi keuangan panti asuhan menjadi tidak sehat. Madam Tania, pengelola panti asuhan itu sudah menua dan mulai menurun vitalitasnya untuk membuat kerajinan tangan yang dapat dijual ke pasar rakyat di hari tertentu.

Dan Amelia adalah salah satu dari orang-orang dermawan yang memiliki kepedulian untuk penghuni panti asuhan itu. Seperti hari ini dia memesan dari kedai Bronson; 100 bolu cokelat, 100 croisant, dan 100 roti isi daging. Semuanya diberikan cuma-cuma dari tabungan uang sakunya.

"Turunlah dulu, Lady Amy. Aku akan membawakan makanan untuk penghuni panti asuhan setelahnya," ujar Jeffrey Ross, kusir kereta pribadinya sekaligus sobat Amelia yang selalu membantunya mengurus banyak hal.

Kaki berbalut sepatu bots kulit unta warna coklat itu menapak ke permukaan tanah lalu melangkah cepat memasuki pintu depan Madam Tania's Orphanage. 

"Teman-teman ... Kak Amy, datang!" seru salah satu bocah berusia di bawah 10 tahun yang sedang bermain bersama di lantai ruang depan kastil. 

Belasan anak menghambur mengerumuni Amelia dengan ramah menyapa kedatangannya. Semua di kastil itu mengenalnya karena gadis itu sering membantu banyak pekerjaan di kastil untuk meringankan pekerjaan Madam Tania. Wanita kulit hitam berusia 65 tahun itu memiliki terlalu banyak hal untuk dikerjakan setiap harinya.

"Bagaimana kabar kalian, Kids?" sapa Amelia yang dijawab bervariasi oleh bocah-bocah bertubuh kurus dengan berbagai usia yang mengelilinginya. Gadis itu menghela napas diam-diam, dia merasa usahanya untuk memberikan kesejahteraan bagi anak yatim piatu penghuni panti asuhan itu masih kurang dari cukup.

"Baiklah—dimana Madam Tania?" 

Gadis kecil dengan rambut pirang berkuncir dua berusia sekitar 7 tahun bernama Caroline menjawab pertanyaan Amelia, "Madam ada di halaman belakang kastil menurunkan pakaian dari tali jemuran, Kak Amy."

"Ohh, terima kasih, Olin. Kakak akan membantu Madam Tania dulu ya, Semuanya. Sampai nanti!" pamit Amelia lalu bergegas menuju ke halaman belakang kastil. 

Ketika dia melihat wanita tua berkulit hitam itu sibuk dengan pakaian jemuran kering yang nampaknya begitu banyak, Amelia pun segera membantunya. Dia menduga hari ini adalah hari mencuci pakaian kotor mingguan. Memang anak-anak panti asuhan yang berusia di atas 10 tahun bangun pagi sekali saat matahari masih belum terbit dan mereka membantu Madam Tania mencuci pakaian semua penghuni kastil. 

"Selamat sore, Madam! Apa aku boleh membantumu?" sapa Amelia yang segera ditanggapi dengan derai tawa dari Madam Tania.

"Setiap bantuan selalu berharga, Amy. Kuharap usiaku lebih muda 30 tahun agar bisa lebih gesit mengerjakan pekerjaan rumahan seperti ini!" ujar wanita tua berkulit hitam itu.

Memang dengan bantuan Amelia yang masih muda dan gesit, pekerjaan itu terselesaikan lebih cepat. Kemudian mereka berdua pun duduk bersama sejenak di undakan teras halaman belakang sembari menatap matahari senja yang mulai turun di langit sebelah barat

"Apa kondisi keuangan panti memburuk, Madam?" tanya Amelia yang sebenarnya sudah tahu jawabannya.

Madam Tania mengangguk dengan raut wajah murung. Dia menjawab, "Aku hanya berharap musim dingin tak akan tiba dengan cepat. Kasihan anak-anak bila harus menahan rasa dingin yang membeku menusuk tulang. Selimut lama sudah semakin usang dan tipis karena dicuci berulang kali, begitu pula pakaian mereka—" Isakan tangis tertahan terdengar dari wanita tua itu.

Dalam benaknya Amelia berpikir bagaimana caranya agar ada dana untuk dikumpulkan sebagai sumbangan untuk panti asuhan yang menaungi sekitar 100 anak yatim piatu di Mayflower Village ini. Seberapa hematnya dia menabung uang sakunya, itu pun tak akan cukup. Apakah dia bisa melakukan penggalangan dana atau memohon kepada ayahnya agar memberi sumbangan? 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Apa yg akan Amelia lakukan untuk membantu keuangan panti asuhan?
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sayembara Cinta Sang Pangeran   Sebuah Epiphany yang Indah (THE END)

    Musim dingin yang panjang mulai berganti menjadi musim semi dimana tunas-tunas tumbuhan bermunculan di permukaan bumi usai tertutupi salju yang mencair dan menguap terkena sinar matahari. Kehamilan sang ratu pun telah sampai pada bulan-bulan akhir jelang kelahiran anak pertamanya. Dan Istana Wisteria begitu tak sabar menyambut kehadiran calon penerus tahta berikutnya. Keseharian Ratu Amelia Lancester diisi dengan banyak kegiatan kunjungan ke fasilitas publik serta acara sosial mewakili keluarga kerajaan Wisteria.Dia merasa bahwa pendidikan di Wisteria Kingdom terlalu bergantung kepada Drakenville karena memang fasilitas serta tenaga pengajar yang ada masih kurang. Ratu Amelia senang berdiskusi hal-hal menarik yang membawa kemajuan untuk negerinya bersama sang raja. Hingga suatu hari Raja William Lancester membuat sebuah terobosan baru untuk membangun sekolah yang mirip seperti Drakenville National School. "Amy, sesuai pembicaraan kita sebelumnya aku telah membuat beberapa pengatur

  • Sayembara Cinta Sang Pangeran   Romansa Di Musim Dingin

    Angin musim dingin memang berhembus membekukan tulang bagi banyak orang. Namun, banyak pasangan pengantin baru yang menikah sebelum memasuki musim yang dibenci sebagian orang karena begitu menyiksa dengan suhu di bawah 0° Celcius. Jenderal Jason Oliviera yang menikahi Sersan Yuna Almeira adalah salah satu pasangan yang beruntung itu. Di musim salju kali ini dia memiliki partner untuk menghalau rasa dingin sepulang bertugas di luar rumah. Istri yang baru dinikahinya itu mempunyai semangat yang bagus berkaitan dengan kehidupan di balik pintu kamar tidur mereka. Sama seperti ketika sore ini sepulang acara pembubaran panitia royal wedding Pangeran Ares dan Lady Queenta."Hai, Tuan Jenderal yang tampan. Bagaimana harimu?" sapa Yuna sembari membantu melepaskan jubah jenderal besar Drakenville berbahan kain Kashmere yang dikenakan suaminya."Hai, Istriku yang jelita. Hari yang melelahkan seperti biasa ditambah cuaca buruk yang melengkapi skala sebuah hari menyebalkan," jawab Jenderal Jason

  • Sayembara Cinta Sang Pangeran   Sang Duke Muda dan Gadis Kecil

    Rombongan kereta tamu undangan dari Wisteria Kingdom sampai di depan Istana Drakenville yang megah. Raja William Lancester bersama Ratu Amelia turun dari kereta kencana memasuki istana yang indah dengan hiasan patung pahatan artistik dan bunga-bunga segar dekorasi yang meriah.Di ruang tamu istana Pangeran Ares dan Lady Queenta Larson sendiri yang menyambut kedatangan tamu dari Wisteria Kingdom. Keluarga Larson mendapat gelar kehormatan bangsawan karena akan menjadi besan keluarga kerajaan."Selamat datang, Your Majesty. Lama tak bersua, semoga kabar Anda dan keluarga baik-baik saja!" sambut Pangeran Ares dengan pelukan hangat untuk Raja William."Terima kasih atas penyambutan Anda, Pangeran Ares. Jadi apa segala persiapan pesta royal wedding telah lengkap?" sahut raja Wisteria sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan istana yang megah itu.Pangeran Ares pun menjawab, "Segalanya telah siap untuk besok pagi. Hari ini mungkin sebaiknya digunakan untuk beristirahat saja di

  • Sayembara Cinta Sang Pangeran   Musim Dingin dan Kenangan

    "Amy, selamat atas pernikahanmu dengan sang pangeran. Kalian berdua sama-sama beruntung memiliki satu sama lain," ucap Madam Tania usai menerima donasi besar dari Ratu Amelia Lancester.Wanita muda yang telah mendampingi Raja William Lancester naik tahta baru-baru ini pun menjawab, "Terima kasih, Madam Tania. Kuharap bantuan dariku akan sanggup untuk menolong anak-anak di panti asuhan ini melewati musim dingin yang akan tiba sebentar lagi. Angin yang dingin menusuk tulang mulai berhembus bukan?" "Kau benar, Amy. Bersyukur atas segala kebaikanmu untuk kami di sini. Dan sampaikan salam hangat kami untuk paduka raja. Beliau pemimpin muda Wisteria yang luar biasa, banyak kemajuan kesejahteraan rakyat di pedesaan yang terjadi semenjak beliau menggantikan mendiang Raja Alderan," puji Madam Tania penuh syukur.Amy pun menjawab dengan rasa bangga, "Akan kusampaikan salam kalian pastinya. Suamiku itu memang seorang pemimpin yang luar biasa. Beliau pekerja keras yang berhati mulia.""Lihatlah

  • Sayembara Cinta Sang Pangeran   Wisteria Royal Wedding Day

    Sebelum musim dingin tiba Pangeran William Lancester menemui baginda raja yang kondisinya agak berat untuk bertahan lebih lama. Di dalam kamar peristirahatan Raja Alderan Lancester, ada perdana menteri Wisteria dan juga beberapa petinggi militer di sana."Puteraku, kudengar kau telah menemukan calon istrimu. Kerja bagus, Nak. Sebaiknya segeralah kalian berdua menikah sebelum aku tak mampu memberikan restuku lagi," titah paduka raja dengan napas yang berat sambil berbaring di ranjang kebesarannya.Memang itu hal yang ingin dia bicarakan dengan ayahandanya, sang pangeran pun menjawab, "Baik, Ayah. Aku akan meminta pegawai istana untuk segera menyiapkan acara pernikahan tersebut. Bertahanlah lebih lama lagi untuk menyaksikan kebahagiaan puteramu ini, Baginda Raja!""Segera lakukan persiapan untuk holy matrimony hari ini juga di kamar peristirahatanku. Pesta perayaan pernikahan itu bisa menyusul nanti, aku pun tak akan bisa duduk menghadirinya. Uhuk ... uhuk ...," desak Raja Alderan seray

  • Sayembara Cinta Sang Pangeran   Sebuah Kisah Cinderella yang Berbeda

    "Bagaimana sekolahmu, Queenta?" tanya Tuan Robert Larson ketika makan malam bersama dengan keluarga besar Larson.Gadis itu menghentikan makan malamnya dan menjawab, "Segalanya lancar dan baik-baik saja, Pa. Bulan depan kami akan naik kelas tingkat akhir di senior highschool.""Ohh, bagus kalau begitu, Nak. Belajarlah yang rajin agar dapat meneruskan bisnis keluarga Larson nantinya," nasihat ayah Queenta lalu ia pun meneruskan makan malam dan membiarkan anggota keluarga lainnya berbincang di meja makan.Ketika hidangan penutup dihidangkan di meja makan, Harvey menghampiri Tuan Robert Larson di kepala meja makan dan berbisik, "Sir, ada rombongan dari kerajaan Drakenville yang ingin menemui Anda, nyonya, dan nona muda."Alis ayah Queenta berjengit sedikit terkejut. Dia lalu berkata kepada Harvey, "Persilakan mereka duduk dulu di ruang tamu. Aku akan segera menemui mereka bersama anak dan istriku!" Dia pun memberi tahu Minerva Larson dan puterinya agar ikut menemui rombongan dari Drakenv

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status