Beranda / Romansa / Scarred Hearts / Sekretaris Baru Sang Suami

Share

Sekretaris Baru Sang Suami

Penulis: bittermelon
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-02 08:08:05

Sejak menikah dengan Mas Arya, Alyasha tidak penah sekalipun mencampuri urusan bisnis suaminya. Menurutnya, mereka memiliki keahlian di bidang masing-masing. Mas Arya dengan perusahaannya, Alyasha dengan kariernya di bidang modelling. Dengantidak saling mencampuri pekerjaan masing-masing, mereka berarti saling menghormati satu sama lain.

Sesekali, Alyasha akan mampir di kantor untuk sekedar menemui Mas Arya, atau terkadang sambil membawakan bekal yang dibuatnya dengan mencobai menu baru yang ia tonton di Yutube yang menurutnya menarik.

Mereka berdua telah berpacaran sekian tahun lamanya sebelum memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Semua karyawan perusahaan mengenal Alyasha. Demikian juga Alyasha, ia mengenal hampir semua orang yang bekerja di Royal Garmen Company. Bahkan, ia juga sampai hapal nama sekuriti maupun cleaning service yang sering membersihkan kantor suaminya.

Alyasha sangat mengagumi Mas Arya. Parasnya yang tampan, dan tubuh proporsional yang bisa membuat wanita manapun tidak bisa untuk mengalihkan pandangan darinya. Bahkan, setelah mereka menikah pun, Alyasha beberapa kali memergoki wanita lain yang mencuri-curi pandang ke arah suaminya. Meski Mas Arya jelas-jelas menggandeng tangannya, atau merangkulnya, itu tidak lantas membuat mereka berhenti mlirik suaminya.

Beruntungnya Alyasha, Mas Arya tampak tidak pernah memedulikan wanita lain manapun. Pandangannya hanya tertuju kepada Alyasha seorang. Senyum maupun cintanya hanya untuk Alyasha seorang. Terkadang, Alyasha merasakan kepuasan tersendiri melihat bagaimana Mas Arya memperlakukannya, sementara para wanita itu hanya bisa menggigit bibir sambil memandang iri.

Tidak hanya perihal penampilan luar yang membuat Alyasha jatuh cinta berkali-kali. Sifat Mas Arya yang berpendirian dan bertanggung jawab, juga sikapnya yang santun serta teramat penyayang, membuat Alyasha merasa tidak ada lagi lelaki lain yang lebih baik darinya.

Mas Arya tidak akan pernah mau mengakui hasil kerja keras orang lain sebagai miliknya. Sekalipun ayahnya telah memiliki sebuah perusahaan besar yang siap diwariskan kepadanya, Mas Arya lebih memilih untuk merintis perusahaannya sendiri dari nol. Merasai jatuh bangun, pahit manis perjuangan untuk mengembangkan perusahaan hingga sampai sebesar sekarang.

Ia adalah sosok laki-laki yang idaman wanita manapun. Setiap kali memikirkan Mas Arya dan keluarga kecilnya, Alyasha senantiasa merasa betapa beruntungnya ia, lelaki seperti Mas Arya memilih untuk bersama dengan wanita sepertinya.

Hari itu, Alyasha mendapat day off dari perusahaan. Ia telah bekerja selama dua minggu penuh tanpa mengambil libur sekalipu, Dan bosnya, Lars, mencak-mencak menyuruhnya untuk tidak bekerja terlalu keras. Meski Alyasha menikmati pekerjaannya, dan tidak merasa bekerja keras sama sekali, ia mengiyakan saja saat Lars memerintahkannya untuk mengambil libur.

Setelah menjemput Annanda dari TK, Alyasha berniat memberi kejutan pada sang suami dengan menghampirinya ke kantor. Berbekal masakan rumah yang ia taruh dalam box makan siang, Alyasha mengangguk pada resepsionis yang menyapanya dan langsung menuju kantor Mas Arya.

Ruang kantor Mas Arya berada di lantai paling atas. Mas Arya menggunakan seluruh area lantai atas sebagai kantornya. Ia tidak terlalu suka bekerja di keramaian di mana banyak karyawan-karyawan lain berlalu lalang. Area yang sunyi membantunya lebih berkonsentrasi.

Kantornya sendiri dilengkapi dengan ruang tamu, dan balkoni. Bahkan, ada juga ruang tidur kecil yang Mas Arya sering gunakan dulu sewaktu ia masih baru membangun perusahaannya karena ia sering sampai harus bermalam di kantor. Begitu menikahi Alyasha, Mas Arya tidak lagi pernah bermalam di perusahaan. Ia lebih memilih untuk pulang dan menghabiskan waktu dengan keluarga.

Alyasha sedikit mengerutkan dahi melihat ada sebuah ruang lain di samping pintu kantor Mas Arya. Memang, ia sudah cukup lama tidak mengunjungi Mas Arya ke sini, jadi ia tidak tahu soal ruangan baru itu. Alyasha akan menanyakannya nanti pada Mas Arya.

Alyasha mengetuk pintu pelan. Tidak ada sahutan dari seberang pintu, ia berpikir mungkin Mas Arya tidak mendengarnya. Mungkin ia sedang di toilet, atau terlalu berkonsentrasi pada pekerjaan sehingga tidak menyadari suara ketukan pintu.

Alyasha membuka pintu perlahan dan langsung memasuki ruangan. Kantor Mas Arya yang luas memiliki kaca buram setinggi orang dewasa untuk memisahkan ruang kerja dengan balkoni dan ruang tamu. Alyasha tidak menemukan siapapun di ruang kerjanya.

"Mas?" panggil Alyasha sambil melangkah menuju ruang tamu. Resepsionis di kantor depan tidak memberitahu kalau hari ini Mas Arya bertemu dengan seorang tamu, jadi, Alyasha cukup yakin ia tidak akan menemukan siapa-siapa di sana. Mungkin Mas Arya sedang di toilet, pikirnya.

Jantung Alyasha hampir terasa seperti berhenti ketika melihat Mas Arya sedang duduk di salah satu sofa ruang tamu bersama seorang perempuan. Mereka duduk sangat berdekatan. Bahkan, tangan Mas Arya terlihat memegang kedua sisi wajah wanita itu. Wajah mereka begitu dekat.

Dari tempatnya berdiri, Alyasha hanya bisa melihat punggung Mas Arya, sementara wajah wanita itu dihalangi sepenuhnya oleh tubuh Mas Arya. Melihat posisi ambigu mereka yang seperti sedang berciuman, A;yasha merasa seluruh tubuhnya melemas.

"Mas...." ucapnya dengan suara bergetar. Lunch box ditangannya dicengkeram erat samapai menggeretak.

Mas Arya langsung menoleh kepadanya. Ada raut terkejut di sana ketika ia melihat Alyasha, namun, langsung ditutupi dengan wajah sumringah.

"Alya?"

Mas Arya langsung bangkit menghampirinya. Alyasha memerhatikan wanita tidak dikenal yang masih duduk di sofa dengan bibir memerah dan bekas lipstik yang sedikit pudar. Ada air yang sekilas tampak menggenangi mata wanita itu. Tampak seakan mereka memang sedang melakukan apa yang ada dalam pikiran Alyasha.

Wanita itu buru-buru membenahi kemeja dan rambutnya, lalu tersenyum pada Alyasha.

"Kamu tidak bilang mau mampir," Mas Arya meraih lunch box dari tangan Alyasha, masih sambil tersenyum, sama sekali tidak memerhatikan ekspresi di wajah sang istri.

Alyasha berusaha menarik napas dan menenangkan diri. Ia menelan ludah yang terasa kering dan bertanya, "siapa itu, Mas?"

Mas Arya menatap Alyasha bingung, kemudian menoleh pada wanita yang berdiri di belakang mereka. Kesadaran tampak di wajahnya.

"Oh, iya, kamu belum mengenal sekretaris baruku, ya." Mas Arya menggestur si wanita untuk mendekat. "Ini Jesselyn. Jessy. Sekretaris baru yang sudah bekerja sekitar lima bulan. Jessy, ini Alya, istriku."

Jesselyn mengulurkan tangan terlebih dahulu. Alyasha menatap tangan itu beberapa saat, kemudian menjabatnya sekilas.

"Jessy. Saya sudah mendengar banyak tentang Mbak Alya dari Pak Arya."

"Alyasha," jawab Alyasha singkat, tanpa tersenyum.

"Jessy, kalau kamu sudah mendingan, kamu balik ke kantormu dulu. Nanti kita bicarakan soal schedule rapat untuk besok," kata Mas Arya.

"Baik, Pak."

Jesselin mengangguk dan berlalu pergi.

Alyasha menarik napas dalam-dalam. Mas Arya memerhatikan wajahnya, dan baru menyadari warna muka Alyasha yang sedikit pucat. Ia segera menuntun istrinya untuk duduk di sofa.

"Kamu nggak apa-apa? Wajahmu agak pucat," kata Mas Arya sambil menyentuh dahinya.

Alyasha menggigit bibir, ia bertanya agak ragu, "Tadi.... Mas lagi ngapain sama Jesselyn?"

Merasa pertanyaannya terlalu terlihat curiga, ia menambahkan, "Aku ganggu diskusi kalian, ya?"

"Enggak, kok. Itu tadi Jessy ngambil berkas di lemari paling atas, terus berkasnya jatuh, nggak sengaja kena mukanya dia. Jadi, Mas periksa kalau-kalau ada lebam. Syukurlah, dia baik-baik aja. Cuma katanya matanya agak perih kemasukan debu."

Alyasha merasa agak lega setelah mendengar penjelasan Mas Arya. Ia juga jadi merasa bersalah karena menduga yang tidak-tidak tentang suaminya.

Tetapi, cara Jesselyn menatap Alyasha tadi terasa seperti sedang membandingkan dirinya dengan Alyasha. Juga caranya tersenyum kepada Mas Arya....

Alyasha menggeleng, berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran negatif yang muncul di benaknya. Ia segera meraih lunch box yang ia bawa dan menemani Mas Arya menikmati makan siang buatannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Scarred Hearts   Breakdown

    Apa yang kau inginkan, Annanda.Jika pertanyaan itu diucapkan padanya ketika ia masih kecil, Annanda akan memiliki banyak sekali jawaban. Banyak sekali hal di yang ia inginkan di dunia ini.Namun Annada yang sekarang bukan lagi anak kecil naif yang masih menatap dunia di sekitarnya dengan mata berbinar-binar penuh harap dan kebahagiaan. Banyak sekali hal yang telah disaksikan oleh kedua pasang mata itu, dan hal-hal tersebut telah membuat Annada berubah jauh dari ia yang dulu.Annanda menatap anak lelaki yang berdiri demikian dekat darinya. Wajah mereka demikian dekat hingga ia bisa mencium aroma mint napas Arga. Sepasang mata kelam yang tajam itu tampak seperti danau gelap tanpa dasar. Annanda ingin tenggelam di dalamnya, namun juga takut.Apa yang ia inginkan?Tidak ada banyak hal di dunia ini yang masih bisa ia sebut sebagai miliknya. Annanda yang sekarang tidak memiliki keberanian untuk untuk mengakui apakah ia diijinkan untuk meng-klaim sesuatu yang berharga seperti Arga sebagai m

  • Scarred Hearts   Perasaan yang Tidak Menentu

    Annanda menciumnya.Ulangi.Annanda menciumnya.Roger that!Arga sampai sama sekali tidak bergerak saking kagetnya ia. Ia hanya berdiri mematung di sana seperti orang bodoh, dengan bibir sedikit membuka karena syok. Jangan salah paham. Ini tentu saja bukan kali pertama ia ciuman, oke?! Walaupun bersetubuh lebih sering ia lakukan daripada berciuman, tetap saja ia bukannya orang yang sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam hal ini!Reaksinya yang hanya terpaku diam semata-mata dikarenakan syok! Sama sekali bukan karena ia tidak tahu harus melakukan apa dengan tangan, bibir, dan anggota tubuhnya yang lain. Otaknya benar-benar blank. Seperti kartu memori yang tidak sengaja ter-format dan kini kosong melompong. Ia tidak bisa memikirkan apapun selain tubuh Annanda yang lebih pendek darinya berjinjit untuk meraih Arga yang tidak kepikiran untuk menunduk. Harumnya yang manis dan terkecap sampai ke belakang tenggorokan Arga. Hangat bibirnya...Annanda mengeluarkan suara pelan yang teredam

  • Scarred Hearts   Susah Dijelaskan, Mending Ciuman

    Hari sudah sore. Matahari sudah sangat condong di ufuk barat, hampir sepenuhnya tenggelam. Waktu berlalu dengan cepat ketika kau mendongkol sepanjang hari.Arga bermaksud untuk pulang. Sungguh. Ia bahkan telah mengambil jalan memutar untuk keluar lewat gerbang belakang karena Mahesa memberitahu bahwa Anna menunggunya di gerbang depan. Ia tidak ingin melihat wajah anak itu untuk sementara ini.Ia tidak ingin...."...."Anna mendongak ketika mendengar suara langkah kaki yang mendekatinya. Mata cokelat hangat itu bertemu dengan obsidian gelap milik Arga. Anak lelaki itu menahan keinginannya untuk segera berpaling dan lari. Atau berjalan mendekat untuk menghampiri gadis itu. Tidak, tidak. Coret kalimat yang terakhir. Arga tidak ingin menghampiri Annanda. Sama sekali tidak.Sepertinya ada sesuatu yang tercermin dalam ekspresi Arga, karena setelah beberapa saat berdiri diam dan memandangnya tanpa ekspresi, Annanda akhirnya memalingkan pandangan sedikit, sebelum membuka mulut untuk bicara.

  • Scarred Hearts   Friends with Benefit

    Ren sesungguhnya tidak benar-benar serius ketika ia menawarkan diri untuk berbicara pada Annanda.Annanda, meski ia adalah seorang gadis dan tubuhnya jauh lebih kerempeng daripada Ren, tetap saja menakutkan bagi anak laki-laki tersebut mengingat Ren pernah melihat sendiri bagaimana ia menyeret seorang kakak kelas dengan begitu brutalnya hingga hair extention kakak kelas tersebut lepas semua.Annanda sangat ganas. Muka juteknya sama sekali tidak menolong kesan pertama yang Ren miliki tentangnya.Namun Ren sudah terlanjur berkata pada Mahesa bahwa ia akan menemui Annanda. Ia tidak suka berbohong pada orang lain, terlebih pada sahabatnya sendiri.Maka, ketika Bastian dan Mahesa membereskan bola-bola basket yang mereka gunakan untuk latihan sebelumnya, Ren menyandang tas punggung di sebelah bahunya dan melangkah menuju gerbang depan sekolah.Ren melihat seseorang sedang berdiri di depan gerbang, memunggunginya. Namun orang tersebut jelas bukan Annanda.Dilihat sekilas pun, walau Ren hany

  • Scarred Hearts   Menghindar, Mengabaikan

    Saran Niko untuk meminta maaf berputar-putar di benak Annanda seperti lebah yang mendengung mengganggu.Haruskah ia melakukannya? Namun, Annanda tidak pernah memilikiskillyang baik dalam membangun komunikasi dengan orang lain. Ia tidak tahu bagaimana harus mendekati Arga yang terlihat sekali sedang menghindarinya dan masih kesal padanya.Lama-lama, Annanda jadi pusing sendiri. Hatinya terus menerus mendesaknya untuk mendekat dan menyapa, namun, kata-kata tidak mau keluar dari bibirnya.Alhasil, beberapa kali berpapasan dengan Arga, ia selalu terdiam dan membeku di tempat sembari memaku pandangan pada sang pemuda namun ia tidak mengatakan apapun.Arga hanya menatapnya sekilas sembari mengangkat sebelah alis. Meliha

  • Scarred Hearts   Yuk, Pacaran

    "Jadi?"Niko mengangkat kepalanya sedikit. Ia baru sadar Annanda menuntunnya ke sebuah ruangan yang jauh dari keramaian. Tidak ada siapapun di sini. Hanya meja dan kursi yang ditumpuk-tumpuk dan kardus-kardus yang entah berisi apa. Sepertinya ini ruang kelas lama yang dialihfungsikan sebagai gudang.Annanda menunggu jawaban dengan tangan disilangkan di depan dada. Ekspresinya sedatar permukaan meja, namun, Niko hampir bisa melihat api tak kasat mata berkobar di belakang tubuhnya.Niko menelan ludah sembari berpikir alangkah beruntungnya ia karena belum juga dihajar hingga detik itu."Anna," ucap Niko. "Mau jadi pacarku, nggak?"Ia mungkin akan dihajar di detik selanjutnya.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status