Beranda / Romansa / Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO / Bab 207. Memori Tentang Sarah

Share

Bab 207. Memori Tentang Sarah

Penulis: Silvania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-10 15:22:00

Emily terkesiap mendengar perkataan Arnold.

“Dari mana dia tahu?” batinnya.

“Bu-bukan seperti itu. Aku bosan di rumah, Sayang. Ini tidak ada hubungannya dengan Alex, sungguh!”

“Aku mungkin lancang membuka chat-mu, tapi itu tidak sengaja karena ponselmu berdering saat kau tidur. Emily, kau istriku. Seorang istri seharusnya meminta izin terlebih dahulu kepada suaminya jika ingin pergi dan bertemu orang lain—terlebih lagi jika itu lawan jenis.”

Arnold berusaha menahan amarah. Emily sedang hamil muda, tidak mungkin dia menekannya.

“Arnold, maafkan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku pikir hanya akan mengobrol sebentar di sela pekerjaanku.”

Emily menggigit bibir bawah, takut sekaligus merasa bersalah.

“Aku tidak masalah kalau kau ingin bertemu Alex, apalagi di rumah makanmu—tempat umum, bukan tempat pribadi. Tapi yang kupersoalkan adalah kau langsung menerima ajakan Alex tanpa bertanya padaku terlebih dahulu.”

Emily bisa melihat raut kekecewaan di wajah suaminya. Ia memang terlalu te
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 207. Memori Tentang Sarah

    Emily terkesiap mendengar perkataan Arnold.“Dari mana dia tahu?” batinnya.“Bu-bukan seperti itu. Aku bosan di rumah, Sayang. Ini tidak ada hubungannya dengan Alex, sungguh!”“Aku mungkin lancang membuka chat-mu, tapi itu tidak sengaja karena ponselmu berdering saat kau tidur. Emily, kau istriku. Seorang istri seharusnya meminta izin terlebih dahulu kepada suaminya jika ingin pergi dan bertemu orang lain—terlebih lagi jika itu lawan jenis.”Arnold berusaha menahan amarah. Emily sedang hamil muda, tidak mungkin dia menekannya.“Arnold, maafkan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku pikir hanya akan mengobrol sebentar di sela pekerjaanku.”Emily menggigit bibir bawah, takut sekaligus merasa bersalah.“Aku tidak masalah kalau kau ingin bertemu Alex, apalagi di rumah makanmu—tempat umum, bukan tempat pribadi. Tapi yang kupersoalkan adalah kau langsung menerima ajakan Alex tanpa bertanya padaku terlebih dahulu.”Emily bisa melihat raut kekecewaan di wajah suaminya. Ia memang terlalu te

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 206. Kejutan Black Box

    Para pelayan memasang telinga baik-baik demi bisa mendengar percakapan Tuan dan Nyonya mereka, namun yang terdengar hanya derap langkah kaki Arnold.Jantung Emily berdegup kencang saat melihat wajah tampan itu semakin mendekat. Tanpa ia sadari, Arnold kini sudah berada di sampingnya. Ia memutar barstool Emily hingga mereka saling berhadapan. Kedua tangannya bertumpu di pinggiran kitchen set."Sebelum aku mulai memasak, kau harus memberiku hadiah terlebih dahulu," bisiknya pelan sambil menyapukan hidung mancungnya ke rahang Emily.Emily semakin gelisah. Posisi mereka terlalu dekat.Dalam posisi terkurung, Emily berusaha memundurkan tubuhnya, namun Arnold dengan cepat menahan punggungnya agar tak terbentur pinggiran meja."Aku hanya mengambil hakku. Kau tak perlu setakut itu."Satu tangan Arnold merayap ke tengkuk Emily, lalu ia mendekat dan menyesap lembut bibir ranum itu.Takut dilihat para pelayan, Emily mencoba mendorong tubuh Arnold. Namun Arnold mengunci pergerakannya dengan merap

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 205. Permintaan Aneh Emily

    Alex merenung, mencoba mencerna perkataan Arnold. Sejauh ini, Yolanda tampak biasa saja, meskipun memang terlihat lebih agresif dibandingkan Angel."Apa sebaiknya aku menjauh saja? Mungkin aku tidak seharusnya dekat dengan sepupu Angel," gumamnya pelan.Alex berdiri, merogoh kantong celananya, lalu mengambil ponselnya dan menuliskan pesan untuk Yolanda sebelum pergi meninggalkan kediaman Tuan William.Sementara itu, Arnold masuk ke dalam dan menghampiri istrinya yang tengah duduk di samping Nyonya Ruby."Ma, aku akan membawa Emily pulang!"Arnold berdiri tepat di samping Emily dan mengusap kepalanya dengan lembut.Emily, yang merasa sedikit pusing akibat wangi parfum mahal milik ibu mertuanya, bersandar manja di perut suaminya. Tangannya melingkar di pinggang Arnold."Kita kan mau mengadakan pesta malam ini, jangan pulang, ya. Menginap di sini saja sampai lahiran!"Senyum manis merekah di bibir Nyonya Ruby. Ia sudah sangat lama menantikan momen ini dan ingin memanjakan Emily setiap sa

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 204. Berbagi Kabar Baik

    Arnold dan Emily saling menatap."Istri saya hamil, Dok?" tanya Arnold memastikan.Dokter Natasha mengangguk sambil tersenyum."Tapi, apa tidak apa-apa? Maksud saya, bagaimana dengan luka di rahimnya?" Arnold masih mengkhawatirkan kondisi rahim Emily. Ia tidak ingin kejadian keguguran paksa waktu itu terulang kembali."Seharusnya menunggu satu atau dua bulan setelah pengobatan selesai untuk memastikan bahwa rahimnya benar-benar siap untuk dibuahi. Namun karena sudah terlanjur, ya mau bagaimana lagi. Kita akan terus memantau. Saya yakin tidak akan terjadi apa-apa. Hanya saja, Nyonya Emily memang harus lebih berhati-hati, ya. Jangan melakukan aktivitas yang terlalu berat. Untuk hubungan intim juga sebaiknya dikurangi dulu di trimester pertama, karena pada usia kehamilan tersebut biasanya lebih rentan. Bukan dilarang, tapi harap lebih hati-hati ya, Tuan Arnold—mungkin bisa lebih pelan-pelan."Arnold tampak tersipu. Ia memang kerap kesulitan menahan diri ketika hasrat membara, apalagi sel

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 203. Congratulation

    Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Sally dan beberapa pelayan lainnya berdiri di depan pintu kamar sambil membawa nampan berisi makanan yang masih mengepulkan asap.Tok! Tok!Arnold yang sudah menunggu sejak tadi langsung berdiri dari duduknya dan membukakan pintu.“Susun di atas meja, Sally,” pintanya sambil tersenyum manis. Dua pelayan di belakang Sally melongo saking terpesonanya. Maklum, mereka jarang—atau bahkan belum pernah—berinteraksi langsung dengan Arnold sebelumnya.Sally menunduk sopan dan masuk, diikuti dua pelayan lainnya. Mereka dengan cekatan menyusun hidangan makan malam penuh warna dan aroma yang telah dipesan khusus oleh Arnold.Setelah selesai, Sally kembali menunduk dan berlalu keluar ruangan.Emily masih tertidur lelap. Ia bahkan tidak terusik oleh suara berisik dari piring-piring yang berbenturan dengan meja marmer.“Sayang, bangun,” bisik Arnold sambil mengusap lembut pundak istrinya dan mendaratkan kecupan di belakang kepalanya.Emily menggeliat pelan.

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 202. Aku Tidak Suka Wangimu

    Emily menatap tajam ke arah Arnold, membuat pria itu salah tingkah. Ia cukup sadar diri dengan kesalahannya—datang bersama Yolanda.Namun, dalam sekejap, ekspresi Emily berubah. Senyum manis kini terulas di bibirnya. Ia segera berdiri dan menghampiri Arnold.Tanpa aba-aba, Emily langsung memeluk suaminya erat dan mengecup pipinya. "Aku sudah menunggumu sejak tadi," ucapnya, masih dengan senyum mengembang."Maaf aku terlambat. Tadi Papa datang ke kantor bersama Yolanda, dan saat hendak pulang, mobil Yolanda mogok," jelas Arnold sambil melingkarkan tangannya di pinggang Emily. Keduanya bertingkah seolah Yolanda tak ada di sana."Kenapa Yolanda tidak ikut Papa?" tanya Emily, melirik sekilas ke arah wanita yang masih berdiri di belakang Arnold."Sayangnya Papa sudah pulang lebih dulu," jawab Arnold.Emily mengangguk. "Tak apa. Bagaimana kalau kita pergi sekarang?""Ehem!" Yolanda berdehem demi mendapatkan perhatian."Aku ingin mencoba masakanmu, Emily. Arnold bilang kau pandai memasak!""

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 201. Jangan Pergi

    Arnold menoleh sejenak ke arah Emily yang tampak sibuk dengan laptopnya.Maaf, Emily belum bisa kumiliki sepenuhnya. Bagaimana bisa dia meninggalkannya begitu saja? Tapi melihat Emily yang tampak acuh padanya, Arnold kembali berpikir untuk menjauh sementara waktu, seperti permintaan Emily barusan.“Suruh dia tunggu, aku akan segera ke kantor!”Ia menutup teleponnya, lalu menghampiri Emily.“Sayang, aku pergi dulu. Aku akan kembali saat jam makan siang. Kamu sarapan dulu, nanti sakit.”Arnold mengecup puncak kepala Emily dan mengusap pipinya sebelum beranjak pergi.Setelah kepergian Arnold, Emily menutup laptopnya dan menatap langit-langit. Dia tidak rela Arnold pergi menemui Yolanda. Namun, dia juga tidak bisa melarangnya.“Kenapa perasaanku tidak enak? Yolanda sepertinya menyukai Arnold…”Emily bangkit dari duduknya dan bergegas keluar, berharap Arnold belum pergi.Saat Emily keluar dari pintu belakang, mobil yang dikendarai Arnold tampak mundur perlahan.Arnold, yang melihat Emily b

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 200. Membujuk Emily

    "Untuk apa meminta maaf?" tanya Emily datar. Ia memejamkan mata, bahkan tidak sudi membalas pelukan suaminya."Aku salah. Aku minta maaf karena memberikan kacamata Sarah kepadamu.""Sudah berapa lama kau bercerai dengannya?" tanya Emily lagi.Arnold mengerutkan kening, tampak bingung dengan pertanyaan itu."Jawab!" desak Emily tak sabar."Kurang lebih setahun."Arnold hanya mengira-ngira. Ia tidak ingat persis—atau lebih tepatnya, tidak ingin mengingatnya."Kau masih mencintainya?"Arnold cepat-cepat menggeleng. "Aku hanya mencintaimu, sungguh!""Lalu kenapa kau masih menyimpan barang-barangnya, kalau sudah tidak mencintainya?!"Emily mendorong tubuh Arnold hingga pelukannya terlepas, lalu kembali menuju mobil."Sayang, tunggu!"Arnold mengejar Emily yang sudah membuka pintu mobil. Emily segera masuk dan membanting pintu. Terpaksa, Arnold ikut masuk karena Emily benar-benar dalam suasana hati buruk."Kau mau kita pulang ke rumah?""Mm," jawabnya singkat.Arnold melajukan mobil, mening

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 199. Merusak Mood

    Yolanda bergidik ngeri saat membayangkan kejadian terakhir ketika ia tanpa sengaja memakan seafood. Seluruh tubuhnya gatal dan muncul ruam kemerahan; ia bahkan kesulitan bernapas waktu itu.Yolanda menggeleng lalu berpamitan pergi ke kamar kecil."Sayang, malam ini menginap di rumah Mama lagi, ya. Kerabat Papa dan Mama akan pulang besok, jadi masih ada satu malam lagi untuk kita berkumpul di rumah," ucap Nyonya Ruby.Emily mengangguk, meskipun sebenarnya ia merasa tidak nyaman bersama Tante Mandy dan Yolanda. Namun, karena mereka tidak sering datang ke London, Emily berusaha bersabar.Lima belas menit berlalu. Tiga orang pelayan datang membawa troli berisi makanan dan dengan sigap menyusunnya di atas meja.“Kemana Yolanda? Kenapa dia belum juga datang?” tanya Nyonya Ruby, menoleh ke arah toilet.Tak lama kemudian, Yolanda muncul dengan langkah gontai.“Yolanda, kau kenapa? Apa kau sakit?” tanya Nyonya Ruby cemas.“Perut Yola sakit, Tante. Bolehkah Yola pulang duluan?” rengeknya dengan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status