Home / Romansa / Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO / Bab 227. Ikut Pulang Denganku

Share

Bab 227. Ikut Pulang Denganku

Author: Silvania
last update Last Updated: 2025-05-20 13:03:56

Arnold kembali ke ruangannya setelah gagal membujuk Sisca.

Sisca bersikeras ingin membawa kasus ini ke pihak berwajib, dan Arnold pun tidak tinggal diam. Ia percaya sepenuhnya pada istrinya, hanya saja sejak awal Arnold berharap semuanya bisa diselesaikan secara baik-baik tanpa keributan.

"Aku memohon demi istriku. Apa dia pikir aku lebih percaya orang yang baru kukenal daripada istriku sendiri yang telah menemaniku bertahun-tahun?" gumam Arnold sepanjang lorong menuju ruangannya.

Saat memasuki ruang kantor, mata Arnold terpaku pada kunci mobil dan black card yang tergeletak di atas meja.

Ia langsung berlari untuk memastikan bahwa yang dilihatnya benar-benar milik Emily.

"Jangan bilang kau mau pergi meninggalkanku!"

Arnold meremas black card itu hingga patah menjadi dua.

Tanpa pikir panjang, ia bergegas keluar sambil menghubungi Robert.

“Iya, Tuan!”

“Cari keberadaan Emily. Dia kabur. Cek namanya di semua maskapai, pastikan tidak ada yang terlewat!”

Arnold langsung memutus pa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 227. Ikut Pulang Denganku

    Arnold kembali ke ruangannya setelah gagal membujuk Sisca. Sisca bersikeras ingin membawa kasus ini ke pihak berwajib, dan Arnold pun tidak tinggal diam. Ia percaya sepenuhnya pada istrinya, hanya saja sejak awal Arnold berharap semuanya bisa diselesaikan secara baik-baik tanpa keributan. "Aku memohon demi istriku. Apa dia pikir aku lebih percaya orang yang baru kukenal daripada istriku sendiri yang telah menemaniku bertahun-tahun?" gumam Arnold sepanjang lorong menuju ruangannya. Saat memasuki ruang kantor, mata Arnold terpaku pada kunci mobil dan black card yang tergeletak di atas meja. Ia langsung berlari untuk memastikan bahwa yang dilihatnya benar-benar milik Emily. "Jangan bilang kau mau pergi meninggalkanku!" Arnold meremas black card itu hingga patah menjadi dua. Tanpa pikir panjang, ia bergegas keluar sambil menghubungi Robert. “Iya, Tuan!” “Cari keberadaan Emily. Dia kabur. Cek namanya di semua maskapai, pastikan tidak ada yang terlewat!” Arnold langsung memutus pa

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 226. Fitnah Sisca

    Sisca keluar dari ruangan Presdir dengan senyum kemenangan di bibirnya. "Beruntung sekali hari ini aku membawa bekal. Sesuatu yang tidak aku rencanakan justru memuluskan jalanku untuk membuat Emily salah paham. Aku tidak sabar ingin menceritakan kejadian pagi ini kepada Sarah. Dia pasti akan memujiku dan memberiku banyak uang!" Sementara itu, di ruangannya, Arnold yang menyadari perubahan ekspresi wajah Emily segera memeluknya. "Tunggu di sini. Jangan ke mana-mana. Aku tidak akan lama, oke?" Emily menjawab dengan anggukan. Meski hatinya terasa sesak, ia berusaha menahannya. "Aku tidak akan lama. Aku akan minta Sisca mengantarkan minuman untukmu. Ingat, jangan ke mana-mana!" tegas Arnold sambil berlalu meninggalkan Emily. Emily tetap duduk di tempatnya sambil menatap kosong ke arah sofa tempat Arnold tadi duduk menikmati sarapan dari Sisca. "Dulu kau tidak mau makan sembarangan, tapi kini dengan mudahnya kau memakan bekal buatan asistenmu. Arnold, ada apa denganmu?" gumamnya pel

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 225. Menenangkan Diri

    Emily duduk bersimpuh di antara dua nisan orang tuanya setelah menaburkan bunga. “Papa, Mama, Emily rindu…” Tanpa bisa ditahan, butiran air mata mengalir deras di kedua pipinya. Pandangannya mulai kabur. “Sebentar lagi Emily akan menjadi seorang ibu. Ternyata tidak mudah mengandung seorang bayi, Ma. Sekarang Emily bisa merasakan betapa beratnya Mama dulu saat mengandung Emily.” Emily mencurahkan isi hatinya. Tak ada teman yang bisa diajak bicara seperti kedua orang tuanya—yang mencintainya tanpa syarat. “Mama, terima kasih untuk cinta dan kasih sayangnya. Papa, terima kasih telah menjadi ayah yang berjuang tanpa lelah membesarkan Emily.” Ia bangkit perlahan dari duduknya. Kepalanya sedikit pusing karena terlalu lama menangis. “Papa, Mama… Emily pamit dulu. Mungkin Emily akan sering ke sini. Dan… maafkan Emily karena telah mencintai laki-laki yang salah.” Dengan berat hati, Emily melangkah meninggalkan makam orang tuanya. Perasaannya sedikit lega setelah mencurahkan isi hatinya

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 224. Firasat Seorang Istri

    Arnold menghela napas pelan. Dia sebenarnya paling tidak suka ditekan. "Bukan tidak mau, tapi aku hanya menjaga apa yang sudah Papa William atur di Maurer. Mungkin aku bisa saja mengganti semua karyawannya, tapi harus dengan alasan yang jelas. Tidak mungkin, kan, aku memecat Sisca hanya karena istriku cemburu." Arnold mencubit pelan pipi Emily yang tampak chubby. Sejak hamil, Emily memang menjadi lebih sensitif. Emily mengangguk. Ia kecewa, namun cukup tahu diri untuk tidak ikut campur lebih dalam ke dunia kerja Arnold. "Nanti aku akan mengenalkan Sisca, biar kamu tidak berpikiran kalau aku bermain di belakangmu." Diusapnya pipi Emily. Arnold bahkan tidak pernah terpikir untuk menduakan istrinya, saking cintanya pada Emily. Emily melanjutkan makannya dengan perasaan dongkol. Yang membuat Emily semakin kesal, Arnold mulai meninggalkan kebiasaan saat makan bersama. Biasanya, Arnold tidak akan pergi sebelum makanan di piring Emily habis. Namun kali ini, dia pergi tanpa menunggu Emi

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 223. Kolaborasi Sisca dan Sarah

    "Sukses?" tanya Sarah tanpa basa-basi. "Sepertinya begitu. Semua yang kau katakan tentang Arnold benar adanya. Dia gampang sekali dibodohi." "Aku bersamanya cukup lama sebelum wanita licik itu merebutnya dariku. Jadi, sudah pasti aku tahu semua tentang dirinya. Hal sekecil apa pun aku tahu, Sisca. Jadi, kau hanya perlu mengikuti arahanku!" jawabnya sambil tertawa puas. "Tapi awalnya aku sungguh kesal. Dia membentakku, Sarah. Dia sangat menyebalkan, padahal ayahnya tidak pernah bersikap kasar padaku." "Dia memang arogan, tapi hanya di awal. Dengan mempertahankan sikap polosmu itu, aku yakin dia akan tunduk padamu. Dan pastikan kau tidak gagal. Dengan bersikap polos seperti itulah Emily merebut Arnold dariku, dan sekarang dia harus merasakan bagaimana rasanya suami yang dicintainya direbut oleh orang lain—dengan cara licik seperti yang dia lakukan dulu!" "Tenang saja, Sarah. Kau cukup duduk manis dan mempercayakan semuanya kepadaku. Ngomong-ngomong, Arnold sangat tampan. Kau y

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 222. Tendangan Pertama

    "Kapan suamiku pulang?" tanya Emily kepada sopirnya. "Saya kurang tahu, Nyonya. Tapi saat saya berangkat menjemput Nyonya tadi, Tuan belum datang." Emily mengangguk. Ia pun turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. "Sayang, maafkan aku!" Kedatangan Emily langsung disambut oleh Arnold di depan pintu. Ia masih mengenakan jasnya; rupanya, ia juga baru saja pulang. Emily tidak menjawab. Ia berlalu meninggalkan Arnold karena terlalu kesal. Namun, baru beberapa langkah menjauh, Arnold memeluknya dari belakang. "Tunggu sebentar, aku bisa menjelaskannya," bisiknya lirih. Emily masih diam. Ia terlanjur kecewa dan enggan menjawab. "Saat aku hendak menyusulmu ke klinik, Sisca pingsan. Hanya ada aku dan dia di dalam lift. Kami pulang agak telat karena menyelesaikan beberapa laporan proyek. Aku terpaksa membawanya ke rumah sakit, dan sialnya, baterai ponselku habis. Aku lupa mengecasnya." 'Sisca? Aku tidak mengenalnya,' batin Emily. Ingin sekali bertanya, namun ia menahannya.

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 221. Kemana Dia?

    Emily mengurungkan niat untuk meletakkan jas Arnold ke dalam keranjang pakaian kotor. Ia menaruhnya di atas buffet, lalu menghampiri Arnold yang tengah terlelap hanya mengenakan boxer. Ditelitinya wajah dan tubuh suaminya, namun tidak ada yang mencurigakan. ‘Ah, mungkin hanya perasaanku saja. Arnold tidak mungkin macam-macam, apalagi ada Robert. Robert tidak akan membiarkannya berbuat yang tidak-tidak di belakangku,’ batinnya, mencoba menenangkan diri. Tidak baik berprasangka buruk, apalagi suaminya selalu memberinya kabar ke mana pun dia pergi. Emily merebahkan tubuh di samping Arnold dan ikut tertidur. --- Pagi menyapa. Emily mengerjapkan mata perlahan saat merasakan sesuatu menggelitik perutnya. Karena matanya masih berat, ia hanya menyentuh perutnya yang ternyata sudah terbuka. "Tidurmu nyenyak, Sayang?" suara serak Arnold langsung membuat mata Emily terbuka sempurna. "Kau sudah lama bangun?" "Lumayan. Aku menunggumu bangun, tapi kau tampak sangat lelap, jadi aku tidak teg

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 220. Kelebihan Sisca

    Terdengar helaan napas pelan. Belum satu jam Arnold berada di Maurer, Sisca sudah berkali-kali mendapat teguran dari atasan barunya itu. "Apa kau tuli?" tanya Arnold yang sejak tadi menunggu jawaban dari Sisca, namun belum juga mendapat respons. Sisca segera mengangguk. "Baik, Tuan. Saya akan memakai pakaian yang lebih tertutup mulai besok," janjinya. Padahal, hampir semua pakaiannya mini. Mau tak mau, Sisca harus berbelanja pakaian baru. "Ya sudah, kau boleh keluar." Sisca mundur perlahan sebelum akhirnya keluar dari ruangan Presdir. Sesampainya di meja kerjanya, Sisca menghempaskan tubuh ke kursi dan memejamkan mata. Dia menghela napas berat. "Dimarahi Tuan Arnold?" tanya Gwen, yang sudah sangat mengenal watak Arnold. Pengalaman bekerja bersamanya beberapa tahun lalu membuat Gwen tahu betul apa yang disukai dan tidak disukai Arnold. "Hmm." "Makanya, jangan kecentilan!" kelakar Gwen sambil meletakkan tumpukan file di atas meja. "Aku nggak centil. Aku bahkan datang pagi-pagi

  • Sebatas Rahim Sewaan Tuan CEO   Bab 219. Sekretaris Baru Meresahkan

    Emily menyipitkan matanya, menatap sang suami yang mendongakkan kepala, menunggu jawabannya. "Aku tanya kamu karena kamulah yang akan tersiksa menahan rindu saat aku tidak ada di rumah!" ucapnya dengan penuh percaya diri, padahal jelas-jelas dia yang selalu resah ketika tidak ada kabar dari istrinya. "Apa tidak sebaliknya? Kau yang tidak bisa jauh dariku, hm?" Arnold bangkit dari posisi tidurnya dan langsung menarik tengkuk Emily, lalu menciumnya dengan lembut. "Karena aku mencintaimu, juga calon buah hati kita," gumamnya lirih setelah melepaskan bibirnya. "Jadi, apa kau mengizinkanku untuk kembali memegang Maurer?" "Aku bingung. Aku ingin kau selalu bersamaku, tapi aku juga tahu bahwa kau bukan sepenuhnya milikku. Kau milik orang tuamu, Arnold. Jadi sudah selayaknya kau membantu mereka, terlebih kondisi Papa seperti sekarang ini." "Jadi aku harus menerimanya, walaupun waktuku akan semakin sedikit untukmu?" tanyanya sambil menarik tubuh Emily dan memeluknya erat. Emily hanya di

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status