Home / Romansa / Sebuah Penyesalan / Cemetery Beijing

Share

Cemetery Beijing

Author: TheCalm
last update Last Updated: 2021-12-29 06:23:07

Tiba-tiba, dua mobil Hummer hitam datang persis di depan kuburan dengan membawa pasukan berseragam hitam putih yang berjumlah sepuluh orang termasuk orang kepercayaan Jibs, yaitu Alex. Salah satu dari mereka melangkah dengan cepat menghampiri Steven, lalu menodongkan pistol di punggungnya. Sementara Steven sedang menendang-nendang Paula. Mengetahui dirinya sedang tidak aman Steven bergeming sejenak dan berhenti menendang. Sementara dua orang lainnya juga Alex segera menyelamatkan Paula yang sudah hampir sekarat dan berdarah-darah.

Kekuatan Steven pun tiba-tiba menjadi semakin kuat, badannya berbalik lalu mendorong pria yang menodongnya dengan kencang. Membuat pria tersebut terhampas jauh ke belakang kurang lebih berjarak sepuluh meter.

Melihat itu, mereka segera menembakan pistolnya pada Steven berkali-kali. Akan tetapi itu tidak sama sekali berpengaruh pada tubuhnya, bahkan peluru pun tidak bisa menembus kulitnya. Membuat segerombolan pria itu behamburan, lalu masuk ke dalam mobil sambil membopong tubuh Paula yang tidak berdaya. Begitu pula pria yang terhempas tadi, dia pun tertatih-tatih menyelamatkan diri, kemudian masuk ke dalam mobil.

Kekuatan Steven memang seperti kerasukan oleh super power yang kuat. Akan tetapi setelah kepergian mereka dia pun kembali normal, bahkan tubuhnya sekarang tidak bertenaga kemudian ambruk tepat di dekat nisan Lyn.

Setelah beberapa saat beristirahat untuk mengumpulkan tenaga, Steven pun mencoba beranjak dan berdiri.  Tetapi kekuatannya masih belum bisa menopang tubuhnya, dia pun akhirnya terjatuh tidak sadarkan diri.

Sementara di dalam mobil Paula meringis ngilu, “A-aduh, badanku….”

“Cepat! Bawa dia ke Mr. Jibs Chaudry!” ujar Alex sambil menepuk bahu temannya yang sedang mengemudi. Karena begitu banyak cedera Paula pun tidak sadarkan diri, pria-pria yang berseragam itu segera membawa Paula ke rumah sakit milik pribadi ayahnya.

-Beberapa jam yang lalu-

Sepeninggalnya Paula dari Sky Night Club, para bodyguardnya kebingungan karena yang dikawal menghilang begitu saja, sedangkan mobil Paula terparkir aman di parkiran.

Kemudian Alex segera menelpon Paula. Akan tetapi Paula tidak mengangkatnya, kendati demikian Alex mengetahui keberadaanya dari hasil melacak gps yang aktif pada handphonenya. Hingga akhirnya Paula ditemukan.

***

Alex memarkirkan mobilnya di depan rumah yang mewah ini. Kemudian dia pun bergegas masuk ke dalam ruang kerja pemilik rumah yaitu, Jibs ayah dari Paula Cristian.

“Tuan...Tuan, Nona Paula ada di rumah sakit dan sudah mendapatkan perawat,” lapor Alex pada Jibs.

“Siapa yang menganiaya anakku?” tanya Jibs sangat marah.

Alex menghampiri lalu berbisik. Seketika wajah chaudry marah. “Teman kencan Paula?” Jibs terkejut.

“Menurut penyelidikan, dia bernama Steven Alessio!” jawab Alex.

“Dia itu pembisnis dunia dari segala penjuru, asetnya di mana-mana. Paula bertemu dengannya di kala ada meeting di Karachi. Dan, Paula putrimu sangat menyukainya!”

Jibs mendadak mendelik, matanya yang bulat membuat wajahnya semakin sangar dan tidak bersahabat. “Apa hubungan antara putriku dengannya, Alex?” tanya Jibs penasaran.

“Putrimu bukan hanya sekedar menyukai, tetapi dia juga terlibat atas pembunuhan istri dari Steven. Itulah yang membuat Steven sangat marah padanya!” jelas Alex tegas.

Mendengar penjelasan dari Alex, Jibs yang sudah mengetahui siapa putrinya dia hanya tersenyum dingin. “Paula memang selalu membawa masalah. Tapi karena dia putriku, lenyapkan Steven dan aku tidak ingin Paula menemuinya lagi!” titah Jibs garang.

“Tapi Tuan, Steven sudah ada di bawah naungan Agent Penyelidik dari Karachi, kami tidak bisa gegabah untuk melakukannya. Sedangkan team mereka sudah mengantongi semua riwayat Non Paula!” Alex menjelaskan semua kejadian.

Jibs menoleh pada Alex. Dia pun berbicara sangat kasar, “Untuk apa aku bayar kalian, kalau tidak bisa menyelesaikan itu?”

Alex menunduk. Dia mengerti Jibs adalah seorang yang tidak peduli dengan hal apa pun dan bisa dikatakan kalau dirinya adalah pembunuh berdarah dingin tanpa rasa takut terjerat hukum. Kemudian Alex menoleh kepada bawahannya yang ada di sampingnya,  dia pun berbisik, "Cari tahu keberadaan Steven dan pantau Paula!"  Setelah itu bawahannya langsung pergi meninggalkan Alex dan Jibs.

Alex hendak melangkah, namun Jibs menghentikannya, “Alex, aku tidak ingin Paula pergi ke mana-mana setelah dia sembuh. Perhatikan gerak-geriknya! Tidak boleh lengah!”

Alex hanya mengangguk, dia pun segera ke luar dari ruangan.

-Cemetery Beijing-

Steven masih tertidur di atas kuburan Lyn, hingga penjaga kuburan membangunkannya, “Tuan...Tuan...kamu baik-baik saja?”

Steven menggercapkan kedua matanya dengan pelan, lalu dia pun duduk agak sedikit menyender pada batu nisan Lyn. Badannya masih sangat lemas, sedangkan matanya menyisir ke sekeliling kuburan. Dia pun bingung dan bertanya, “Pak, Bapak penjaga kuburan?”

Bapak tua mencoba membantu membangunkan badan Steven, dia pun memapahnya ke tempat duduk yang ada di pendopo tempat berteduh untuk para peziarah. Mereka pun duduk berdampingan.

“Betul, Bapak adalah penjaga kuburan di sini dan sudah lama, nama Bapak, Chen.” Jawab Bapak tua yang mengaku bernama Chen ini.

Seketika pikiran Steven pada Bapak yang mengaku bahwa dirinya adalah penjaga kuburan, dia pun berusaha sangat keras untuk mengingat namanya.

“Bapak kenal dengan nama...nama....."

"...A-apa ya?" ungkap Steven yang masih berusaha mengingatnya.

"Yeah, An Toan!" ucap Steven dengan yakin.

Chen terkejut mendengar nama itu, “Bagaimana kamu bisa tahu nama dia?” tanyanya sangat heran.

Steven balik bertanya, “Bapak tahu dia? Katanya dia adalah penjaga kuburan, Bapak kenal dia?”

Chen menatap wajah Steven penuh arti namun tidak diungkapkan, dia pun beranjak dari tempat duduknya lalu dengan cepat pergi meninggalkan Steven yang masih kebingungan serta penasaran akan jati diri An Toan. Melihat Chen pergi begitu saja dia pun mencoba berdiri dan hendak mengejarnya, tetapi Chen berjalan begitu cepat, sedangkan kaki Steven masih sangat lemah. Akhirnya dia hanya memandang Chen dengan isi kepala penuh pertanyaan. Siapa An Toan ini? Siapa dia? Kenapa aku mendadak seperti memiliki kekuatan yang sangat luar biasa? Apa yang sebenar telah terjadi?

Steven pun berusaha berjalan. Lalu, melangkah menuju ke mobilnya yang tiba-tiba sudah terparkir di depan pintu masuk kuburan. Padalah semalam tidaklah demikian, mobilnya berhenti persis di depan kuburan Lyn. Itu semua membuat Steven semakin dibuat gila karenanya. Kendati masih bingung, tangannya meraih gagang pintu BWM 6i, lalu langsung duduk di atas jok dan menstarter mobilnya. Akan tetapi tidak segera melajukannya, dia menyender sejenak, sementara tangannya meraba saku kemejanya dan mengambil kayu yang panjangnya berukuran 3 Inch dengan lebar 1 inch ini. Sejenak matanya memperhatikan dengan seksama tulisan yang tertera, sayangnya Steven tidak mengerti apa pun yang tertulis. Dia pun segera memasukannya kembali ke dalam saku, lalu segera melajukan mobilnya untuk pergi ke apartemennya.

***

Seminggu telah berlalu dari kejadian menakutkan itu. Paula pun sudah berangsur pulih dan mulai kembali beraktivitas seperti biasanya.  Akan tetapi ketika dia hendak pergi ke luar dari rumah penjaga mencegahnya, “Nona tidak boleh ke luar dulu!”

Paula menepisnya, “Jangan halangi aku, atau aku tabrak pintu itu!” gertaknya sambil menstarter dan menancap gas mustangnya dengan cepat.

BRAK!

Paula menabrak pintu gerbang hingga menjadi beberapa bagian.

“Pak Alex! Nona Paula kabur!” lapor penjaga pada talkie walkie yang ada di tangannya.

Di ujung talkie walkie Alex menjawab, "Cepat kejar dia!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sebuah Penyesalan   Akhir Cerita

    Semua yang ada di dalam ruangan mengarah ke arah Jibs dengan terheran-heran.Tidak untuk Dexe juga Mawar yang memang masih ada di dalam rumah, mereka dengan cepat memberitahukan kepada atasannya akan keberadaan Jibs di sini. "Bagaimana bisa lelaki ini ada di sini?" Dexe bergumam dan hampir bersamaan dengan Mawar. Jibs berjalan ke arah sofa, kemudian dengan santainya duduk disertai dengan menopang kaki. Matanya pada Amie, kemudian pada Jhon. Lama sekali pandangan mengarah pada lelaki bertubuh kurus itu. "Akhirnya, Kamu menghirup udara bebas juga setelah berpuluh tahun lamanya menjadi budakku!" Ucapan terlontar begitu saja dari mulut Jibs. "Pacarmu, aku rampas kehormatannya. Kepintaranmu pun, Aku yang dikenal banyak orang. Aku sudah puas menikmati semua milikmu. Jadi, tidak apa-apa jika sekarang giliran Kamu yang menikmatinya." tambahnya lantang. Jhon mengepalkan kedua tangannya, dia sangat marah begitu mendengar kejujuran dari Jibs. Namun, Steven mengelus halus pundaknya, memberikann

  • Sebuah Penyesalan   Jibs Tidak Mudah Untuk Ditaklukkan

    "Cepat Nyonya, Nona...kalian harus segera keluar dari sini. Rumah ini akan dihuni oleh pemilik sebenarnya!" Marwa menggertak kasar dengan menggebrak pintu. "Siapa penghuni rumah ini?" Catherine penasaran. Tiba-tiba Jhon Rudolf, Steven dan Dexe datang dari ruangan bawah. Mereka memang sudah ada di sana setengah jam yang lalu. Steven membawa Jhon ke sini, padahal tadinya berpikiran untuk langsung ke rumah Amie, istrinya. Merasa kalau Jhon sudah sangat berhak di rumah yang semestinya ditempatinya sejak dahulu. "Bapak ini adalah pemilik rumah ini, Nyonya, Paula! Bapak ini yang telah dizolimi oleh istri juga, Jibs bapakmu!" ungkap Steven dengan tangan menepuk bahu Jhon. Catherine tersenyum tipis sembari mengangguk-angguk kepalanya. "Semoga Amie bisa menerima kenyataan pahit nantinya. Tuan tahu 'kan kenapa Tuan menikahinya dulu?" ungkap Catherine sedang mengompori. Steven mengerlingkan matanya mengarah pada Catherine. Dia ingin bertanya panjang lebar, akan tetapi merasa bukan saatnya se

  • Sebuah Penyesalan   Bu, Kenapa Diam?

    -Flashback on- Di atas jembatan panjang di United Kingdom. Catherine merasa tidak berguna, harga dirinya sudah diinjak-injak oleh kekasihnya sendiri. Pasalnya, setelah saling menikmati surga dunia. Pria yang akan berjanji untuk menikahinya pergi entah ke mana. Sebulan. Dua bulan berlalu. Catherine masih menunggu dan keadaannya sudah berbadan dua. Sakit hati, merasa tercampakan, frustasi, adalah perasaannya kini. Jembatan itu disusurinya tepat tengah malam, air matanya mengalir deras. Kedua orang tuanya pasti marah kalau mengetahui dirinya tengah mengandung, lebih parahnya kekasihnya itu pergi entah ke mana. Sedang tidak karuan datanglah Jibs Choudry, dia tengah mabuk. Mereka belum kenal satu sama lain. Terbersit di kepala Catherine untuk menjebaknya. Jibs sedang meracau tak karuan, dia memang pecandu alcohol, buatnya minuman itu sebagai penenang dirinya saat kalut dan stress. Memang dia tidak minum seperti layaknya peminum urakan di jalanan. Dia duduk manis di dalam mobilnya atau pun

  • Sebuah Penyesalan   Keluarnya Jhon Rudolf dari Kurungan Jibs

    Steven tidak menjawab yang Amie tanyakan. Dia bergegas meninggalkan apartemennya. “Steven….” Amie berteriak agak kencang, membuat lelaki berwajah sempurna itu menoleh dan menghentikan langkahnya, “Iya?” “Malam ini jangan lupa temui Aline! Dia berada di rumah….” Pemberitahuan itu terhenti ketika matanya melihat Rizwan yang masih menyamar menjadi cleaning service. “Ibu lagi di rumah mana?” Pertanyaan Steven membuat Amie gelisah karena dirinya merasakan kalau wajah cleaning service itu tak asing untuknya. Kemudian cepat sekali mendekat ke arah Steven. “Ibumu ada di rumahku yang ada di pinggir kota!” Ucapan itu hampir berbisik. Kemudian Amie pun menepuk bahu Steven. “Pergilah! Kamu hati-hati!” pungkasnya dengan mata masih melirik ke Rizwan. Akan tetapi itu membuat Steven penasaran serta mengartikan kalau itu adalah kode pemberitahuan. Dipanggilah cleaning service itu olehnya, “Permisi! Helo! Kamu!!” Sayangnya, Rizwan berpura-pura tidak mendengar seolah memahami kalau dirinya telah dicur

  • Sebuah Penyesalan   Ada Apa?

    Langkah kaki itu semakin ke depan. Ke dalam kamar tepatnya. Tangannya menekan pintu yang dibelakangnya tumpukan kardus air mineral. Pintu ditekan dan hampir menjepit tubuh Dexe yang merebah dan tenggelam ke pojokan. “Ok. Sampai ketemu besok pagi!” ujar laki-laki yang sudah rutin memantau Jhon Rudolf. “Oh, ya. Saya malam ini mau makan banyak. Bawakan kambing panggang, nasi biryani, dan beberapa gulab janum. Jangan lupa salad juga buah. Satu liter sprite!” Permintaan Jhon membuat laki-laki itu mengangguk. Dia seolah paham kalau nafsu makannya baru menggugah seleranya karena kamar telah bersih dan wangi. Cetrek! Cetrek! Suara pintu terkunci dua kali oleh laki-laki yang di pinggangnya ada pistol membuat Dexe menarik napas lega. Dexe masih menunggu beberapa detik untuk memastikan lelaki tersebut tidak kembali. “Dia akan kembali nanti malam, itu pun pelayan yang akan membawakan makanan untukku. Kamu siapa?” Jhon sekarang duduk di pinggir tempat tidurnya dengan tatapan kedua matanya ke

  • Sebuah Penyesalan   Menyamar

    "Sudah kalian pergilah!" Jibs pun ikut menyuruh. Ketiga wanita itu pun langsung ke luar rumah dengan menggunakan sopir pribadi Jibs pergi ke toko berlian langganan mereka. Sementara Catherine yang sudah mencium sesuatu rancangan suaminya tak banyak berbicara apalagi mengintrogasi. Dia cukup memahami kalau suaminya tak bisa ditantang. Sekarang mereka sedang di toko berlian dan langsung memilah yang cocok untuk dikenakan pengantin wanita di pesta nanti. ***Dexe sekarang menyamar menjadi seorang ahli nuklir dan mengaku teman Jibs sewaktu di universitas dulu. Pengakuan itu pada penjaga dengan memberikan beberapa bukti. Kendati penjaga masih menunggu jawaban dari Jibs yang tidak mengangkat teleponnya. "Cepatlah! Dia sudah menyuruh untuk ke sini sekarang! Aku pun tahu dia sedang sibuk untuk mempersiapkan acara putrinya." Dexe meyakinkan penjaga. Penjaga pun kembali melihat foto-foto dan hasil karya-karya Jibs yang terlampir di dalam map warna cokelat. "Taruh identitasmu di sini! Masukl

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status