Aku melangkah dengan lesu keluar dari ruangan pimpinan redaksi, ya bagaimana tidak? Dipanggil hanya untuk dimarahi karena belakangan ini dinilai tidak bisa mencari isu yang menarik. Padahal aku juga sudah berusaha sekuat tenaga, tapi memang belakangan ini belum ada isu menarik lain selain film fenomenal 'Squid Game’ yang sedang viral dan ‘Kasus pernikahan Rizky Billar dan Lesti Kejora ’.
Aku harus mencari ke mana lagi, tetapi sebagai atasan ia tetap saja tidak mau tahu, yang ia mau cuma isu yang menarik bisa menaikkan rating website dan tentu juga untuk pendapatan. Tapi yang tidak aku suka, dia bilang aku sudah tidak kompeten lagi dalam pekerjaan, makanya aku harus mampu bisa menemukan isu yang bisa menarik perhatian Prayoga sialan itu.
Kulirik jam dinding yang tergantung manis di depanku, ya waktunya makan siang. Semoga saja aku bisa mendapat inspirasi di sana. Mungkin efek setelah dimarahi membuatku tidak nafsu makan, maka kuputuskan untuk memilih coffee shop yang berada di mal bawah apartemen tempatku bekerja.
Memesan secangkir ‘Espresso’ mungkin bisa mengembalikan mood-ku yang sedang jelek ini. Aku paling tidak suka kalau ada yang menghinaku, terlebih setelah aku berusaha sekuat tenaga. Tapi ya bagaimana pun juga aku harus mampu mempertahankan perkejaanku ini, terlebih-lebih setelah aku harus kehilangan pekerjaan karena ulah ‘si berengsek’ itu.
Ya, hingga saat ini aku belum bisa memaafkan dia, karena kesombongannya itu aku harus menelan pil pahit kehilangan pekerjaan impianku dan kemudian akhirnya terdampar menjadi wartawan dunia entertainment. Aku memang sebenarnya kurang menyukai pekerjaan ini awalnya, tapi lama-kelamaan aku sudah mulai enjoy dengan semua ini, meski si Prayoga tidak pernah berhenti menekanku.
Seorang pelayan menghampiriku memberikan menu, namun tanpa melirik buku menu lagi aku langsung memesan minuman kopi favoritku. Sesudah mencatat menu pesananku, sang pelayan tersebut segera berlalu. Kembali pada tujuan awal yakni mencari inspirasi, aku lantas melayangkan pandangan ke sampingku ini. Tunggu, rasanya mataku menangkap sosok yang kukenal.
Bukankah itu ‘Si Berengsek’? Tunggu dulu, kenapa ia makan siang dengan Sean Ho ? Aku tahu betul Sean adalah model keturunan Cina yang sudah menyatakan dirinya sebagai gay. Mungkinkah mereka memiliki suatu hubungan? Ya aku cukup tahu William Wang atau biasa kupanggil ‘Berengsek’ tidak pernah dikabarkan memiliki seorang pasangan.
Baiklah, sepertinya ini akan menjadi sebuah isu yang pasti bisa mengalahkan film fenomenal 'Squid Game’ yang sedang viral dan ‘Kasus pernikahan Rizky Billar dan Lesti Kejora ’. Dengan begini aku pasti akan langsung mendapat pujian dari Prayoga dan aku juga tidak akan ditekan terus menerus olehnya.
Dan mungkin ini bukanlah hari sial untukku, aku bisa duduk di samping Sean dan William, aku pun jadi bisa menguping apa yang mereka bicara dan ini pastinya akan menjadi lebih mudah. Pelayan yang baru selesai mencatat pesanan mereka pun kini sudah berlalu, aku menajamkan pendengaranku untuk mengetahui apa yang kira-kira mereka bicarakan.
“Oh yah… Will, weekend ini ada rencana apa?” itu suara Sean.
Pertanyaan Sean membuatku semakin yakin bahwa ada sesuatu diantara mereka, ini terlalu aneh jika memang hanya sebuah masalah pekerjaan. Tunggu, suara ‘Si Berengsek’ terdengar begitu intens, ini membuatku semakin yakin ada sesuatu diantara mereka.
Seorang pelayan menghampiriku dan meletakkan kopi pesanku, “Terima kasih.” Sang pelayan pun langsung berlalu dan sial aku jadi sedikit ketinggalan pembicaraan mereka. Oke Deeva ayo pasang telinga lagi.
“Pulau Sepa, masih kawasan Pulau seribu sih dan aku yakin kamu pasti suka, karena pantainya masih cantik banget,” kudengar Sean kembali mendominasi pembicaraan.
Hmm… ternyata mereka mau pergi ke Pulau Sepa, ya aku tahu pulau itu dan itu pulau masih cukup sepi. Lalu kenapa Sean memilih tempat itu? Tunggu, rasanya aku tahu kenapa itu. Ya, itu pasti karena mereka memang memiliki sebuah hubungan yang spesial.
Seorang pelayan menghampiri mereka dan akhirnya keduanya diam menikmati makanan mereka masing-masing. Tunggu dulu, rasanya aku melihat William memperhatikan Sean dengan tatapan yang cukup mencurigakan. Ini semakin meyakinkan saja, ya akan kubuktikan mereka memang memiliki hubungan terlarang itu.
“Sean… kamu tidak ajak teman-temanmu juga?” kali ini kudengar William angkat bicara
“No… Will , it's only just us…” Apa? Apa aku tidak salah dengar jawaban Sean barusan ? Berarti memang benar, sudah tidak salah lagi dugaanku.
Aku bisa melihat ekspresi bahagia ‘si berengsek’ itu, baik mungkin memang ini kesempatanku untuk menujukkan siapa dirimu yang sebenarnya William. Aku masih terus mencoba menguping pembicaraan mereka berdua, tapi sudah tidak ada yang terlalu menarik lagi. Tapi tunggu dulu kenapa William terdengar begitu perhatian sekali. Ia ingin mengantarkan Sean? Hmm… William, aku tidak menyangka kamu bisa seperti itu.
Setelah melihat keduanya berpisah aku pun segera membayar minumanku dan bergegas kembali ke kantor. Aku sudah siap untuk rencana selanjutnya, aku akan mengikuti liburan mereka dan mengambil momen-momen mesra mereka yang akan kujadikan isu paling menarik.
*******
Aku sengaja berangkat lebih dulu dari William dan Sean, aku sudah tiba di Pulau Sepa pada Jumat sore. Mereka akan datang besok, maka aku sudah harus melakukan persiapan terlebih dulu. Aku memang tidak bilang kepada Prayoga, aku ingin memberikan ini sebagai isu kejutan untuknya. Ia tidak berhak untuk meremehkan aku, karena aku memang mampu mencari isu yang lebih menarik dan mengalahkan isu-isu lain yang masih menjadi trending topic.
Malam ini aku nikmati sebagai liburan, namun besok aku siap bekerja mengejar berita yang tidak dketahui oleh wartawan mana pun. “Deeva… kamu memang beruntung, karena kamu tidak hanya akan menyenangkan Prayoga, tapi mendapatkan kesempatan untuk membalaskan dendammu dengan menghancur nama baik ‘Si Berengsek’ itu…” ucapku pada diri sendiri.
Ini pasti akan menyenangkan melihat orang yang kubenci akan hancur, sama seperti ia dulu menghancurkan karirku dulu. Aku kehilangan pekerjaan impianku karena ia selalu menolak untuk aku interview, aku tidak tahu kenapa ia selalu menolak untuk ku-interview. Aku pun tahu, sedikit media yang diberikan kesempatan untuk bisa melakukan interview dengannya.
Sekali ia memberikan kesempatan untuk aku bisa mewawancarinya, aku malah datang terlambat dan ia pun tidak mau memberikan kesempatan lagi untuk tetap melakukan wawancara. Hal itulah yang membuat atasanku marah hingga akhirnya memecatku dan aku menjadi kehilangan pekerjaan impianku. Ya semua itu memang karena William, maka dari itu ia harus membayar semuanya.
Jam sudah menujukkan pukul sebelas malam, aku perlu beristirahat untuk aksiku esok hari lagi, kucoba memejamkan mata meski pikiranku masih berkelana untuk rencana pintarku esok.
******
Suara deburan ombak dan cahaya matahari menembus jendela kamar membangunku. Maka aku bergegas pergi ke kamar mandi dan bersiap-siap menyambut kedatangan William dan Sean. Rasanya aku sudah tidak sabar melihat mereka, aku harus bisa mengabadikan momen mesra mereka dan aku pun bisa mendapatkan perhatian Prayoga kembali.
Aku sengaja menunggu mereka di pantai, mereka pasti datang dari arah sana. Dengan penyamaran yang telah kupersiapkan tentunya. Dari kejauhan aku melihat sebuah kapal datang mendekat, aku yakin mereka pasti ada di sana. Sontak aku mengambil posisi yang bagus untuk mengambil foto mereka berdua.
Senyumku langsung merekah melihat keduanya turun dari kapal dan ya kulihat William tiba-tiba menggengam tangan Sean. Keduanya pun terlihat begitu bahagia, tanpa ragu-ragu langsung kuambil gambar mereka. Ya satu gambar dan akan masih banyak foto lain lagi akan kucuri dari kalian.
Keduanya nampak berjalan santai dan tertawa bersama, aku sebenarnya ingin sekali bisa mendengarkan pembicaraan mereka, tapi itu tidak mungkin. Ya aku tidak akan bisa mengambil gambar mereka dengan jarak yang terlalu dekat. Mereka menghentikan langkahnya tidak terlalu jauh dari laut, sepertinya mereka akan membangun tenda di sana.
Benar-benar pasangan yang sedang dimabuk asmara, ini akan semakin jadi menarik lagi sebab aku akan lebih mudah mengabadikan gambar-gambar kemesraan mereka. Aku pun kemudian duduk dan memperhatikan segala aktivitas mereka dari kejauhan, keduanya terlihat sedang membangun tenda.
Aku tidak menyangka William mau melakukan hal seperti ini, yang kutahu dia sangat tertutup atau bisa dibilang anti sosial, tapi sekarang ia sampai mau melakukan hal seperti ini. Ya ini pasti karena Sean, ia sudah berhasil mengubah William.
.
Matahari kini benar-benar berada tepat dikepala kami, cukup menyiksa bersembunyi tepat dibawah terik matahari. Tapi memang demi karir dan balas dendamku, maka aku harus mampu bertahan.
Tidak lama kemudian mereka berdua yang sudah selesai dengan perkerjaan mereka berdua nampak duduk berdua dibawah payung yang sudah mereka pasang. Ah, akhirnya saat-saat yang kutunggu datang. William terlihat merangkul mesra pinggang Sean, sedangkan Sean menyandarkan kepalanya di pundak William.
Aku berjalan pelan-pelan mencoba mencari posisi yang bagus untuk mengambil momen mesra tersebut. Aku bisa mengambilnya dari samping dan beruntung pantai ini sepi, jadi tidak akan ada yang mengganggu pekerjaanku. Dua buah foto yang cukup intim, dua orang pria bergandengan tangan dan sekarang berangkulan mesra. Tapi ini tidak cukup kurasa, aku masih harus menunggu aksi mereka selanjutnya.
Kulirik jam yang melingkar manis di tanganku, ternyata sudah pukul satu siang sekarang dan untung aku sempat membawa roti dan air minum. Maka kuputuskan untuk bersantai sejenak menikmati bekal yang kubawa, tapi mataku tetap mengawasi dua sejoli itu. Dan mereka ternyata juga sudah mulai membuka bekal mereka dan sudah seperti dugaanku bahwa mereka akan melakukan aksi suap-suapan.
Kuletakan makananku dan mengambil kamera kembali, ini foto ketiga dan aku harap masih banyak adegan mesra mereka lagi. Benar-benar pasangan yang sedang dimabuk cinta, rasanya aku tidak percaya William mampu melakukan hal seperti itu. Sosok yang terkenal cukup dingin mau melakukan hal konyol romantis kepada seorang pria, bayangkan seorang pria yang berjenis kelamin sama dengannya.
William dan Sean terlihat begitu bahagia dan aku jamin setelah foto-foto yang kuambil ini tidak akan ada senyuman di wajah William lagi. Kembali kuambil gambar Sean yang sedang menyuapkan makanan kepada William. Seusai makan mereka hanya saling berbicara. Lagi-lagi sayang aku tidak bisa menguping pembicaraan mereka.
Tapi momen ini pun tidak boleh kulewatkan, kembali kameraku mengambil gambar mereka. Tapi bukan momen seperti ini yang kucari, aku ingin hal yang lebih intim lagi. Aku yang sudah mulai merasa bosan pun bangkit berdiri mencoba berjalan-jalan ke arah yang berbeda dengan tempat William.
Aku berjalan mencari obyek lain yang bisa kufoto, lautan dan pasir yang masih terlihat begitu asli belum tercemar sedikit pun memberikan aku hiburan. Ya pantai ini memang sangat cantik, wajar saja mereka memilih tempat ini. Aku duduk diatas pasir putih melihat deburan ombak yang berlomba, mendapat hiburan sekaligus bekerja memang ini perpaduan yang sangat cocok untukku saat ini.
Tidak terasa aku duduk sendirian menikmati deburan ombak, langit ini sudah mulai berubah sedikit menguning di bagian barat. Kuputuskan kembali ke tempat tadi, tapi aku tidak melihat William dan Sean di kemah mereka. Ke manakah mereka pergi ? Aku pun mencoba mencari mereka ke segala arah. Tunggu, aku baru saja melihat mereka berjalan santai bergandengan tangan, sesekali Sean bergelayut manja di pundak William.
Wajah William terlihat tak henti-hentinya memancarkan rona bahagia, sedangkan tangan William menggenggam erat tangan Sean. Yeah another picture, saat matahari akan tenggelam memang ada momen romantis. Tunggu… I think, I see something, William menarik Sean dalam pelukannya.
Buru-buru kuarahkan kamera yang sedari tadi kupegang ke arah mereka, yah i got it again. Tidak lama kuambil gambar sebuah adegan yang sudah kutunggu-tunggu dari tadi. Akhirnya bisa kudapatkan juga , gambar William mencium bibir Sean mesra tepat di saat matahari tenggelam.
Aku Alan, Gillian, Cipta dan Monica kami pergi bersama-sama dan herannya kenapa mereka tidak mengajak William juga. Memang alasannya adalah karena William harus disibukan dengan pekerjaan sehingga aku tidak tetap memaksanya untuk tetap ikut bersama kami. Padahal aku juga ingin dia bisa ikut bersama kami. “Sean, kenapa kok diam aja?” tanya Monica begitu kami sudah bersantai di salah satu café mal tujuan kami. “Eum, gak apa-apa kok,” jawabku cepat. “Pasti pak William kan? Udah Sean dia gak apa-apa, dia kan memang lagi sibuk sama pekerjaan.” Aku menarik nafas, “Apa gue terlihat berlebihan Mon, tapi kan gue cuma takut kehilang
Sebenarnya Monica sempat berkata ingin menemaniku untuk business trip ke Cina, tapi aku melarangnya mengingat statusnya kini sudah menjadi istri orang. Meski aku sendiri sudah cukup mengenal suami Monica, tapi tetap saja aku merasa tidak enak jika aku mengajaknya. Maka sebagai gantinya dia akan selalu mengingatkan aku untuk meminum obatku selama berada di Cina Setelah tiga hari aku sibuk dengan pekerjaanku yakni membahas tentang aplikasi terbaru buatan perusahaan kami yang kini bekerja sama dengan pembuat game asal Cina. Semua berjalan dengan baik, meski aku kembali teringat Sean dan aku mulai berpikir apakah aku tidak mencoba mencarinya di sini? Aku masih ingat bahwa ayahnya berasal dari sini, mungkinkah Sean kembali ke tanah kelahiran ayahnya?
Tiga tahun berlalu dan selama itu pula juga aku berada di Chongqing, memulai kehidupan baruku di tempat kelahiran ayahku. Dengan uang yang diberikan oleh Mr Wang, aku mewujudkan impianku untuk membuka sebuah restoran bakmi di dekat kawasan wisata Xiuhu Park. Memang untuk itu aku mengeluarkan uang yang cukup banyak, sehingga aku menambahkan dengan uang tabunganku sendiri. Namun semua pengorbananku tidak sia-sia, karena aku berhasil wujudkan impianku. Selama tiga tahun ini mencoba untuk mengikuti semua permintaan Mr Wang untuk tidak sekalipun muncul dihadapan William, menghilang begitu saja bahkan aku menghilang dari semua teman-temanku dulu. Hal ini aku lakukan semata-mata untuk William, agar dia bisa kembali kepada kelu
Akhirya sampai juga di part ini, ya ini adalah part terakhir yang postig di W*****d, jadi pembaca cerita saya di w*****d mungkin berpikir ini adalah endingnya. Tapi ini bukanlah ending yang sebenarnya. Ending yang sebenarnya ada chapter 28 dan memang tiga chapter selanjutnya hanya saya berikan kepada pembaca yang membeli versi novelnya. Dan untuk di sini tenang,para pembaca bisa membaca cerita ini sampai chapter 28 hanya cukup dengan membeli menggunakan koin. Jadi pembaca yang penasaran mohon ditunggu, chapter selanjutnya akan tetap di update setiap hari hingga tiga hari kedepan. Semoga suka dan jangan lupa boleh minta komentar serta vote ya. Terima kasih...
Semenjak kepergian Sean yang tiba-tiba itu sudah membuat Pak William seperti kehilangan separuh jiwanya. Meski kini dia memang kembali tetap bekerja seperti biasa dan kembali pada kedua orang tuanya, aku tidak melihat sosok pak William yang dulu begitu ceria ketika bersama Sean. Semuanya hilang bersama perginya sahabatku, Sean.Aku sendiri tidak tahu di mana keberadaan dia sekarang, apakah dia memang sudah meninggalkan negara ini atau memang masih berada di negara ini juga ? Dalam setahun belakangan ini Sean tidak pernah sekali pun mencoba menghubungiku atau pun Alan yang aku tahu adalah sahabat terbaiknya. Ia seakan memang ingin tidak ditemukan oleh siapa pun juga.Seperti hari-hari biasanya pak William datang ke kantor melakukan pekerjaannya seperti biasa, tapi kini terlihat sangat memprihatinkan. Tubuhnya kurus dan rambutnya
“Sean…. aku pulang,” panggilku seraya mengunci kembali pintu apartemen . Tapi aneh sekali, apartemen ini begitu sepi, di mana Sean? Bukankah tadi dia bilang tidak pergi hari ini? Kemudian aku melihat kamar tidur kami namun Sean masih tak ada juga. Tidak biasanya Sean seperti ini, tapi sudahlah aku akan menunggunya dulu. Aku lantas kembali ke ruang tv untuk menunggunya di sana. Hingga jam enam sore Sean belum kembali, ponselnya pun sudah beberapa kali kucoba hubungi tapi tidak bisa. Ponselnya mati, aku sudah mulai tidak bisa tenang lagi. Sean, kamu ke mana ? Tunggu-tunggu aku tidak boleh panik, kali-kali saja teman-tem