''Apa ini? Sangat mengerikan,'' sinis Huan saat melihat benda di hadapannya. Baginya, sama sekali tidak berlebihan mengatakan benda di hadapannya ini mengerikan. Bagaimana tidak, bentuk dari benda itu sama sekali tidak jelas atau bisa dibilang tidak berbentuk. Jika dia menebak, maka itu akan menjadi gumpalan kain kaku yang ditumpuk menjadi satu dengan warna yang dicampur secara asal.
''Itu kotak penyimpanan barang,'' gumam Gale pelan. Merasa sakit hati karena karyanya dianggap mengerikan, walaupun sebenarnya bukan dia yang membuat. Jangan menyalahkan dia karena tidak bekerja. Hanya ada kain dan sebatang kayu yang disediakan untuk ujian. Lagipula, dia juga tidak bisa menggunakan sihir. Ah, jangan lupakan teman setimnya yang hanya bisa menggerakan benda ke kanan dan kiri dengan sihir tidak menentu.
Dengan mata menyipit, Huan memutar-mutar benda mengerikan yang disebut kotak penyimpanan oleh pembuatnya. ''Apa yang bisa dia lakukan? Merapikan barang yang disimpan di
Gale diam, tidak menanggapi sapaan yang datang. Memilih untuk mengabaikan kehadiran tak nyata sang penguasa Thavacyria dan memasukkan makanan ke mulutnya. Lui yang pada dasarnya tidak peduli dan tidak pernah merasa sakit hati dengan berbagai pengabaian, terus melanjutkan pembicaraan hangatnya.''Bagaimana menurutmu? Sekolah yang kupilihkan untukmu sangat bagus, kan. Kau pasti merasa berhutang budi padaku. Tentu saja itu harus. Aku tidak pernah sepeduli ini pada siapapun, khususnya makhluk sepertimu.''Jawaban tetap tidak datang. Gale telah memutuskan untuk membungkam mulutnya sendiri dengan makanan selagi batinnya bergejolak. 'Sangat bagus sampai aku hampir dibunuh di hari pertama masuk sekolah.''''Omong-omong, apakah Kau sudah memiliki satu teman? Oh, Caesar tentunya tidak dihitung.'' Semakin diam Gale semakin usil pertanyaan Lui. Dia tidak memberikan jeda barang sedetikpun dan langsung melanjutkan ke pertanyaan lainnya, ''Ini hari keduamu di sana, ya
Ritual yang berlangsung selama dua setengah jam berlalu, diikuti dengan rutinitas-rutinitas berulang yang membosankan. Begitu juga dengan Gale. Kembali ke kelas percobaan dan memulai ujiannya. Seperti biasa, Huan menjelaskan tentang ujian yang akan dijalani hari ini dengan raut yang lebih serius dari biasanya.Penghancuran. Nama yang Huan beri untuk ujian kali ini. Walaupun namanya mengerikan, namun bukan berarti ujiannya adalah menghancurkan segala sesuatu dengan sihir. Alasan pemberian namanya adalah sihir yang akan dipelajari termasuk sihir untuk mempertahankan diri. Menyerang dan bertahan.Berbeda dari pengendalian sihir dasar dimana semua murid harus menguasainya, penghancuran hanya mengharuskan para murid menguasai sihir yang sesuai dengan elemen masing-masing. Adapun elemen-elemen itu, terbagi menjadi enam. Air, api, tanah, angin, kehidupan dan langit. Gale sebelumnya sudah pernah mendengar tentang elemen air, api, tanah, dan angin, tapi dua lainnya masih asing
''Bagaimana bisa ada Ervent di sini?!" Sontak setelah Sydney berteriak, keributan terjadi. Masing-masing mulai mundur beberapa langkah, menjauh dari Gale yang seolah tampak seperti monster mengerikan bagi mereka.Tercengang, Gale menoleh. Menemukan Jean yang juga memiliki ekspresi pucat di wajahnya. Tubuh mungil itu membawa kaki-kakinya untuk melangkah mundur, jauh dari jangkauan Gale tanpa sadar.Salah seorang yang tadinya bergerak mundur, berhenti. Tangannya mengepal dan ia berseru, "singkirkan makhluk itu!" Tepat setelah kata-kata itu terdengar, serpihan api menyerempet pipi Gale. Adegan itu terjadi hanya dalam setengah detik sebelum Gale sendiri bisa bereaksi. Bau anyir darah disertai rasa sakit yang tajam segera menusuk indera perasanya.Decihan tidak puas datang. Itu adalah seorang pria bertubuh besar dengan otot-otot yang menonjol di balik setelan cokelatnya. Tongkat kecil yang terselip di antara jemari tebalnya hampir tidak terlihat. Wajahnya penuh
Menyaksikan pertunjukan penuh drama di depannya, Gale hanya bisa memutar bola matanya dan bergumam tentang betapa gilanya pasangan ini. Tanpa seizin pemiliknya, dia menuangkan teh untuk dirinya sendiri, meminumnya sembari termenung.Barulah ketika dentingan cangkir dengan meja mencapai sudut ruangan, Charlie mengakhiri perdebatan, ''baiklah, baiklah, kita yang salah. Lagipula sudah terlanjur, mau bagaimana lagi.'' Kemudian duduk di sebelah Gale dan menyilangkan kedua tangan di depan dada. Sedangkan Caesar mengerutkan kening, namun tidak membantah.''Jadi apa yang harus kulakukan? Sepertinya berita ini sudah menyebar cukup jauh.'' Gale bergantian menatap Charlie dan Caesar.''Sangat jauh,'' Charlie mengoreksi perkataan Gale. ''Bahkan mungkin sudah menyebar ke seluruh Scootharts.''Caesar berdiri di depan jendela prancis, mengamati dari jauh, kerumunan yang berlari ke sana ke mari dengan sangat cepat. Beginilah caranya, berita tentang kejadian yang baru saj
Luka berdarah telah ditutupi perban. Gale menatap lengannya yang dililit perban putih, mendesah tak berdaya. Tatapannya beralih pada wanita yang sedang meminum teh lavendernya seperti biasa dan pria tampan yang berdiri membelakangi di sudut ruangan. Gumaman-gumaman kecil terdengar dari pria itu, sepertinya sedang menghubungi seseorang.Beberapa saat kemudian, Caesar berbalik, mengangkat salah satu alisnya saat mendapati tatapan Gale yang terarah padanya. Cepat-cepat Gale mengalihkan pandangannya begitu tertangkap, tepat ketika Caesar juga membuka mulutnya, ''Aku sudah menelpon Lui. Tapi dia tidak menjawab, sepertinya sedang ada pertemuan. Jadi aku meninggalkan pesan untuknya.''''Yah, Yang Mulia memang selalu sibuk,'' sahut Charlie santai. Dia kemudian beralih menghadap Gale. ''Omong-omong, apakah Kau sudah mendapatkan elemenmu? Jika tidak salah, hari ini kelasmu akan dikelompokkan sesuai masing-masing elemennya. Ini juga ujian terakhir, bukan?''Sejenak Gale me
''Tidak masalah, bukan, Kepala Sekolah? Lagipula tidak ada aturan Scootharts yang melarang hal ini.'' Setelah kata-kata itu terlontar, Sydney menyeringai penuh kemenangan. Dia sangat yakin kepala sekolah akan menyetujui permintaannya.Dengan tenang, Charlie meniup rambut yang jatuh mengenai matanya, berpikir. Sudut matanya melirik dua makhluk yang berdiri di samping kanan dan kiri, berjauhan. Yang berwajah tampan saat ini sedang menggertakan giginya kesal dan sesekali mengeluarkan umpatan pelan. Sedangkan di sisi lain, Gale menatap pria tampan itu dengan tatapan mencibir. Namun, begitu tertangkap, dia segera menundukkan kepalanya. Menemukan tindakan ini, Charlie merasa sedikit lucu dan merenung, sikap Ervent sangat berubah-ubah.Fokusnya kembali pada salah seorang di antara kerumunan. Wajah itu masih menunjukkan kecongkakan. Sepertinya tanpa Charlie memberikan tanggapan, bocah itu sudah tahu keputusan Charlie. Senyuman tersungging. Charlie berdehem sebelum mem
Malam semakin gelap. Hampir seluruh makhluk yang bernapas sudah terlelap dalam tidur nyenyaknya. Tidak ada yang berniat melewatkan istirahat paling tenang setelah menjalani berbagai kegiatan berat. Namun, terkadang sepadat apapun aktivitas hingga lelah menguasai tubuh maupun pikiran, masih tetap ada yang tidak bisa memejamkan mata. Dan Gale salah satunya.Sedari tadi, Gale sudah berusaha terlelap, bahkan mencoba menghitung domba di pikirannya. Sayangnya, berapa banyak usaha yang ia lakukan selalu gagal untuk membuatnya terpejam. Saat matanya terpejam dan hanya kegelapan yang dilihatnya, kepanikan yang entah berasal darimana menyerbunya.Matanya kembali terbuka. Berpikir tentang apa yang membuatnya panik. Namun, setelah menemukan tidak ada yang bisa membuatnya begitu panik, Gale kembali memejamkan matanya. Hanya bertahan sebentar sebelum kepanikan itu kembali menyerangnya. Hal ini berlanjut hingga fajar menyingsing. Pada saat itu jugalah, Gale terlelap dalam kegelisahan
"Lama tidak bertemu, Sydney." Begitu tatapan mereka bertemu, Charlie melambaikan tangannya dengan senyum di matanya. Seolah melihat sesuatu yang menjijikan, Sydney mengalihkan pandangannya dan berdecih. Ketidaksukaannya ditunjukkan dengan sengaja.Menangkap tindakannya, Charlie hanya tertawa ringan. Menoleh ketika menemukan pandangan Gale terarah padanya. Tanpa sadar, saat mata mereka bertabrakan, Gale bertanya, "Kau mengenalnya?" Menyadari maksud pertanyaan Gale, kedua manik indah itu berkedip pelan, menyipitkan matanya dan baru akan menjawab saat sebuah penghalang muncul di tengah-tengah kedua kerumunan yang terbagi."Pertarungan akan dimulai dalam dua puluh menit. Mohon persiapkan diri masing-masing!" peringatan dari seorang wanita berkacamata datang secara mengejutkan.Gale menoleh untuk melihat anggota timnya yang tidak mencapai puluhan. Yang tidak ia sangka adalah, hampir seluruh pasang mata tertuju padanya, seolah bertanya, apa langkah selanjutnya? Ini jelas adalah tatapan penu