Share

5. Ketakutan

"Ibu saya kenapa dok? kenapa dengan ibu saya?" air matanya terus keluar dengan deras, perasaannya tidak enak.

Ririn mengusap-usap punggung Zahra. "Tenang Ra." ia pun sama ikut sedih. Tapi, ia tidak menunjukkan ekspresinya. 

"Ibu anda kekurangan banyak darah, sehingga perlu memerlukan banyak darah. Tapi, di rumah sakit ini untuk stok golongan darah o sedang tidak ada." jelas dokter.

Zahra menghapus air matanya kasar. "Saya dok, saya. Golongan darah saya o dok." 

"Baik kalau begitu ikut saya, saya periksa dulu." ucapnya.

Zahra mengangguk, ia langsung mengikuti dokter tersebut.

Zahra tersenyum melihat ibunya yang berada di sampingnya, untungnya golongan darahnya sama, sehingga ia dapat membantu ibunya. 

"Cepat sembuh bu." 

---o0o---

Zahra setia menemani ibunya yang masih belum siuman, ia terus memandangi wajah ibunya. Perlahan ia mengecup kening Rita lama, lalu tersenyum. 

Sekarang hatinya tenang, ia lega kalau ibunya sudah baik-baik saja. Tangannya memegang tangan ibunya, perlahan ia mengusap-usap lembut, matanya tidak henti-hentinya memandangi ibunya. 

Baru kali ini ia dekat sekali dengan ibunya sendiri, bahkan ia terus mencium Rita. 

"Ra." Zahra berbalik, perlahan melepaskan genggamannya.

"Ada apa Rin?" tanyanya.

"Lo liat sendiri aja di depan. Di sini biar gue yang jaga ibu lo." ucapnya. Zahra mengangguk pelan, sebelum keluar ia mengusap rambut ibunya.

"Zahra pamit keluar dulu ya bu." sambil tersenyum, lalu langsung menuju keluar.

---o0o---

Zahra mengerutkan keningnya bingung. "Leo, Caca?" tanyanya.

Zahra melihat tangan Caca yang memeluk lengan Leo, lalu ia menatap Leo. "Ada apa?" tanyanya.

"Sakit?" tanyanya datar.

"Bukan. Ibu aku yang sakit." jawabnya.

"Emangnya lo mampu bayar administrasi ibu lo?" tanya Caca pedas, itu membuat Zahra sakit mendengar perkataan Caca barusan.

Zahra tersenyum. "Insyaallah mampu."

Caca menatap Zahra tidak suka. "Dengan cara?" 

Zahra menghela napas sebar. "Dengan cara berkerja." 

Caca tertawa, ia memperhatikan Zahra dari atas sampai bawah. "Kerja? Oh gue tau, pasti lo kerjanya sebagai pelacur ya?" tuduhnya, lalu kembali tertawa.

Zahra mengepalkan tangannya kuat, matanya memanas, bahkan air matanya perlahan turun. Lalu ia mendekat, menatap Caca marah. "Jangan asal tuduh, aku bukan seperti itu!" ia melayangkan tangannya untuk menampar pipi Caca. Namun sayangnya Leo sudah lebih dulu menahan tangan Zahra, ia menatap Zahra dingin.

"Jangan sentuh pipi mulus cewek gue, singkirin tangan kotor lo itu!" lalu menghempaskan tangan Zahra.

Zahra menatap Leo tidak percaya, air matanya terus keluar dengan deras. Mendengar perkataan Leo barusan, membuat hatinya teriris dan itu membuat Caca tersenyum lebar.

"Jaga ucapan kamu Leo, aku tau aku—"

"Zahra." Zahra berbalik menatap Ririn.

"Ibu lo Ra, ibu lo—"

"Ibu kenapa Rin, ibu aku kenapa?" Zahra langsung memotong ucapan Ririn dan segera langsung berlari karena mendengar teriak dari ruang rawat ibunya.

"IBU!" Zahra langsung memeluk Rita erat, ia  

menangis melihat ibunya yang terus mengamuk.

"DOKTER, DOKTER!" Zahra terus berteriak memanggil dokter.

Dan Ririn langsung keluar memanggil dokter, yang belum datang juga.

Leo dan Caca hanya diam, mereka hanya menonton tanpa membantu Zahra yang terus menenangkan ibunya.

"HAHAHAHA." Rita mengacak-acak rambutnya, ia terus tertawa dan ia terus memberontak.

Zahra terus memeluk ibunya erat. "Ibu Zahra mohon jangan kaya gini, hiks..." ia tidak kuat melihat ibunya seperti itu.

"Permisi. Biar saya periksa." ucap dokter yang baru saja datang dengan suster dan Ririn.

Rita terus memberontak, bahkan ia tidak segan-segannya menghempaskan alat pemeriksa yang dokter itu pegang. 

"Tolong semuanya keluar dulu." perintah dokter, lalu mereka langsung keluar dan kini hanya tersisa dokter, suster dan Rita yang sedang ditangani.

"Sus tolong suntikan." pinta dokter itu.  

Suster itu mengangguk, lalu mengambil suntikan yang ia bawa dan memberikannya pada dokter.

Dokter itu langsung menyuntik Rita, hingga Rita tidak lagi memberontak, lalu matanya perlahan tertutup.

---o0o---

Zahra terus menangis, ia takut ibunya terjadi apa-apa. Zahra sangat menyayangi ibunya, ia lera mati-matian untuk terus menjaga ibunya, ia takut ibunya akan pergi seperti waktu dulu. 

Dulu Rita dengan teganya pergi meninggalkan Zahra waktu usianya berumur sepuluh tahun, ia sama sekali tidak peduli pada anaknya. Rita meninggalkan Zahra ketika Zahra sedang tertidur pulas, bahkan ia sempat menyesal karena seharusnya ia membuang anak yang sama sekali ia tidak inginkan.

"Ibu?" Zahra bangun dari tidurnya, ia meraba-raba di sebelahnya dan ternyata...

Kosong.

"Ibu hiks...hiks...Zahra takut." Zahra terus menangis sambil memeluk boneka kesayangan, matanya melihat lemari yang terbuka sedikit, lalu dengan penasaran ia langsung membuka lemari itu.

Kosong.

Ke mana semua baju ibunya?

Jantungnya berdetak lebih cepat, ia terus menangis. Ibunya pergi meninggalkan dirinya.....

Sendiri.

Zahra langsung berlari keluar, ia mencari ibunya yang entah pergi ke mana. Ia sangat takut jika ibunya benar-benar pergi, Zahra belum siap untuk itu.

"Ibu di mana? Zahra takut bu, hiks....hiks...Ayah tolong Zahra. Zahra takut sendirian, hiks... hiks..." selama diperjalanan Zahra terus menangis.

Dan suatu ketika ibunya datang kembali, di usianya yang sudah dua belas tahun dan itu membuat Zahra senang dan sangat berterima kasih pada Allah yang telah mengabulkan doa-doanya selama ini.

"Aku takut Rin. Aku takut ibu ninggalin aku kaya dulu lagi, hiks...hiks..." Zahra memeluk Ririn, ia menangis di pelukan Ririn.

Ririn meneteskan air matanya, ia ikut sedih. Zahra begitu kuat menghadapi cobaan yang Allah berikan, dia tidak pernah mengeluh. Di saat umurnya yang masih kecil, dia kehilangan kasih sayang dari orang tuanya. Ririn pun bingung dengan sikap ibunya Zahra, yang selalu bersikap kasar pada anaknya dan bahkan tidak menganggap Zahra anaknya. 

Caca memutar bola mata malas melihat Zahra yang terus-terusan menangis, dia gampang sekali menangis. "Gitu aja cengeng!" ejeknya. 

Leo menoleh, ia menatap Caca tajam. "Jaga mulut lo!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status