Share

Bab 12

“Pokoknya aku tidak menginginkanmu bajingan!” Siska menutup telepon.

Melihat ponsel dengan layar hitam, wajah Ray sangat muram.

Sesaat kemudian, ponselnya berdering.

Ketika Ray membukanya, semuanya penuh dengan sms informasi transaksi.

Siska membeli semua jenis furnitur, sms informasi tagihan terus berdatangan.

Ray memikirkan isi perjanjian perceraian, wajah tampannya dipenuhi kabut. Ray berkata kepada Ardo, “Ardo, periksa apakah dia pergi ke Citra Garden hari ini.”

“Baik!” Ardo buru-buru pergi untuk memeriksa.

Setelah beberapa saat, dia kembali dan melaporkan, “Tuan, nyonya memang pergi ke Citra Garden. Dia juga menyewa beberapa petugas kebersihan untuk bersih-bersih di sana.”

Sepertinya dia memang berencana pindah ke Citra Garden.

Ray meremas surat perjanjian perceraian di tangannya.

Dua tahun lalu, perusahaan Johan Leman berada dalam krisis dan semua properti keluarganya dijual, termasuk rumah Keluarga Leman di Citra Garden.

Kemudian, Siska memintanya untuk membeli rumah tersebut. Ray tidak menyangka bahwa itu akan menjadi jalan keluarnya untuk bercerai.

Ray mendengus, “Hubungi pihak bank dan blokir kartunya.”

*

Di mal.

Siska dan Bella membeli furnitur.

Bella berkata, “Siska, ayo beli lebih banyak, beli apa pun yang kamu suka. Kudengar Ray membelikan wanita itu rumah mewah senilai lebih dari 200 miliar. Dia saja bisa menghabiskan begitu banyak uang, kenapa kamu tidak? Kamu masih istri aslinya. Mumpung kalian belum bercerai, biarkan bajingan itu menderita!”

Siska menganggap itu masuk akal.

Dia bahkan tidak pulang ke rumah untuk mengambil pakaiannya, dia langsung membeli yang baru. Dalam satu hari, dia membeli lusinan set baju, termasuk tas dan sepatu.

“Halo Nyonya Oslan, totalnya 7 miliar.” Petugas kasir memanggilnya sambil tersenyum.

Siska menyerahkan kartu hitam.

Tapi hasilnya, tidak dapat berfungsi.

Petugas kasir berkata, “Nyonya Oslan, kartu ini sepertinya sudah mencapai batas, tidak ada uang yang bisa ditarik.”

“Tidak mungkin.” Siska terkejut. Ini adalah kartu kedua Ray dan tidak pernah bermasalah.

Bella berkata, “Siska, mungkinkah ini perbuatan Ray?”

Siska berpikir itu mungkin. Dia telah membeli banyak furnitur dan menghabiskan dua puluhan miliar. Ray seharusnya mengetahuinya.

Dia menelepon pihak bank dan bertanya.

Pihak bank berkata, “Halo Nyonya Oslan, kartu tersebut telah diblokir oleh Tuan Oslan. Dia perlu menelepon dan mengonfirmasi secara langsung sebelum dapat dibuka blokirnya.”

Siska merasa kesal.

Benar saja, pria bajingan inilah yang melakukannya!

Bella berkata dengan marah, “Perbuatan Ray keterlaluan. Dia begitu murah hati kepada selingkuhannya, masa dia pelit kepadamu?”

Siska berkata, “Dia memang tidak menyukaiku.”

“Sekarang bagaimana?”

“Pakaian tidak perlu dulu. Kita kembali ke Citra Garden saja. Aku akan menelepon Bibi Endang nanti dan memintanya untuk mengemasi barang-barangku dan mengirimkannya.” Intinya, Siska tidak ingin kembali ke rumah itu.

“Baiklah. Lagi pula, perabotannya sudah dibeli dan hidup barumu akan segera dimulai!” Bella ikut berbahagia untuknya.

Mendengarkan perkataannya, Siska juga mulai menantikan kehidupan yang lebih baik setelah bercerai.

Mulai sekarang, dia akan tinggal di Citra Garden, bersenang-senang bersama sahabatnya setiap hari dan tidak perlu bertemu Ray lagi.

Bella mengantar Siska kembali ke Citra Garden.

Saat mereka sampai di tempat itu, hari sudah gelap.

Siska turun dari mobil dan berkata, “Bella, terima kasih telah menemaniku hari ini. Kamu pulang saja.”

“Oke.” Bella akan berkencan dengan pacarnya malam itu, lalu dia pergi.

Siska berjalan menuju rumah.

Begitu mendekat, dia melihat sebuah mobil Cullinan terparkir di halaman. Ray sedang duduk di dalam mobil, sosoknya yang tinggi seakan menyatu dengan malam.

Mendengar langkah kaki, Ray mengangkat kepalanya dan menatapnya dengan mata samar, penuh perasaan intimidasi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status