Wajahnya memerah karena malu dengan perbuatannya sendiri, dia terjatuh tepat ketika melangkahkan kakinya dua langkah memasuki ruangan rapat.Dalam hati Agatha bergumam, "Bagaimana ini aku sudah malu dan apa aku harus berpura-pura pingsan saja?" tanyanya dalam hati namun rapat ini sangatlah penting. Lagi pula Agatha seharusnya terlihat santai saja karena rapat ini hanya ada dirinya, Pak Seno dan beberapa orang Angga.Namun saat Agatha hendak berdiri tiba-tiba saja dia melihat sebuah tangan kekar yang terulur untuk membantunya.Agatha pun mendongakkan kepalanya dan tersenyum malu menatap Angga. Dia menerima bantuan Angga. "Kamu baik-baik saja Agatha?" tanya Angga.Tatapan beberapa orang yang berada di dalam ruangan menatap dirinya dan Angga. "Aku baik-baik saja Angga, terimakasih," jawab Agatha dan membuat Angga mengangguk.Mereka berdua pun berjalan berdampingan karena Angga menuntun Agatha untuk menuju kursinya.Melihat kejadian apa yang baru saja Teja membuat seseorang terlihat sini
Terkejut dan panik membuat Agatha langsung saja pergi berlari mendekati Pak Seno yang telah menyelamatkan nyawanya."Pak, bangun Pak!" ucapnya dengan menggoyangkan lengan Pak Seno agar membuka kedua matanya. Hingga akhirnya ambulan datang.Agatha yang sangat takut jika terjadi sesuatu yang buruk oleh Pak Seno terus saja memburu-buru para petugas medis yang membawa Pak Seno menunjuk ke rumah sakit. Ya, Agatha saat ini tengah berada di dalam ambulan karena dia harus bertanggung jawab sebab Pak Seno bisa terjadi seperti ini karena dirinya.Hingga akhirnya dia sampai di sebuah rumah sakit, selama perjalanan Agatha terus saja menangis tersedu-sedu karena merasa bersalah.Dia ikut mendorong brankar yang dimana ada Pak Seno yang tak sadarkan diri."Maaf Bu mohon untuk menunggu diluar saja," ucap perawat rumah sakit tersebut.Agatha yang terus saja melangkah dan bahkan dia ingin ikut masuk ke dalam untuk melihat keadaan Pak Seno. Dan kini dia tengah menunggu di luar untuk mengetahui keadaan P
Seno terlihat kesal dengan Agatha yang keluar dari persembunyiannya, apalagi ketika melihat raut wajah Ayahnya yang terlihat sangat marah besar."Jadi dia bersembunyi, Seno.... ""Iya, dia bersembunyi lagi pula jangan menyalahkan Agatha Ayah sendiri yang melarangnya!" cetus Seno."Kenapa kamu sekarang melawan Ayah Seno?" cetus Pak Broto karena sikap putranya yang berubah. "Ini pasti karena kamu kan Agatha?" ucapnya dengan menunjuk wajah Agatha menggunakan jari telunjuknya.Agatha terlihat kesal karena dirinya ditunjuk-tunjuk seperti itu apalagi dia disalahkan padahal dia tak tahu apapun. Agatha yang ingin marah namun tak bisa karena Pak Broto memiliki kekuasaan. "Saya tak melakukan apa-apa Pak. Dan saya memohon kepada Bapak jangan pecat saya!" ucap Agatha dengan sedih. Bagaimana jika dia nanti benar-benar dipecat? Mencari pekerjaan saat ini itu sangatlah sulit dan dia bahkan tak memiliki uang simpanan uang memberi makan keluarganya."Ayah tunggu keputusan kamu Seno!" ucap Pak Broto ya
Setelah berbincang dengan Angga dan dia melangkah kembali ke ruangannya namun dia lupa memberikan sebuah flashdisk yang berisi rincian dokumen yang sudah di copy, Seno pun kembali lagi ke tempat tadi dengan harapan kalau Angga belum pergi. Sebenarnya dia sangat malas untuk bertemu dengan Angga dan Seno pun tak tahu apa penyebabnya. Apa karena Angga merupakan masa lalu Agatha? Jika mengingat nama Angga dan Agatha justru membuat Seno mengingat satu hal. Ketika dia mendapatkan informasi bahwa Agatha pergi dengan Angga, dirinya langsung saja mencari dan dia bahkan sampai bertanya dengan satpam penjaga kantornya. Ketika Seno tahu jawaban satpam tersebut kalau Angga dan Agatha pergi makan siang di restoran depan kantornya, jika dibilang dirinya kalah selangkah oleh Angga justru membuat Seno bingung karena dia tak menyukai Agatha."Kemana Pak Angga?" ucapnya ketika sudah sampai namun tak melihat Angga atau mungkin Angga sudah pergi?Seno pun melangkahkan kakinya mendekati salah satu karyawa
Agatha telah menceritakan apa yang selama ini dia sembunyikan, bahkan Neneknya terkejut mendengar cerita cucunya. Dia yang tak menyangka jika pria sebaik Seno rupanya begitu buruk. Agatha yang kini tengah memeluk sang Nenek untuk menyalurkan rasa sedihnya."Sudah cukup itu semua masa lalu. Nenek tahu begitu sulit untuk melupakannya namun untuk apa kamu berada di dekatnya lagi?" tanya sang Nenek.Agatha terdiam, ucapan Neneknya benar namun dia juga terlihat bingung untuk apa dia berada di dekat Seno lagi sedangkan masa lalunya dengan Pak Seno begitu buruk walau Pak Seno sendiri tak mengingatnya namun tetap saja setiap bertemu Agatha selalu saja terbayang-bayang."Aku juga tak tahu, lagi pula itu tak perlu dibahas lagi Nek karena Pak Seno tak mengingatku. Dan aku memberitahukan ini semua kepada Nenek karena agar Nenek cukup untuk memintaku untuk bersama terus-menerus dengan Pak Seno!"Sang Nenek menganggukkan kepalanya, dia tentu saja tak memaksa lagi dari pada cucunya nanti tersiksa."
Terdengar suara keributan yang berada dari ruangan kerja Pak Seno namun tak ada satu pun yang berani mendekat dan melihat. Hingga akhirnya kemunculan seseorang memecahkan kerumunan yang berkumpul di depan ruangan Pak Seno."Ada apa ini?" tanya Agatha yang hendak memberikan berkas yang akan ditandatangani oleh Angga."Anu Bu... itu.... ""Itu... anu apa si?" celetuk Agatha dengan kesal terhadap salah satu teman kerjanya itu."Ibu dengar tidak, ada keributan di dalam sedangkan kami mau melihatnya tapi tak berani," jawab rekan kerjanya yang lain.Agatha mencoba memperjelaskan pendengarannya, benar adanya jika suara keributan itu berasal dari dalam ruangan tersebut. "Bukankah yang berada di dalam Pak Seno dan Angga," ucapnya dalam hati dan sontak langsung saja mencoba membuka pintu namun pintu tersebut terkunci. "Kalian para pria bantu untuk mendobrak pintu ini!" ucap Agatha kepada para pria yang sedang berada di depan layar komputernya.Mereka semua menganggukkan kepalanya dan melaksanak
Kedua tangannya terus saja memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit, entah mengapa itu bisa terjadi lagi dan kini dalam pikirannya terus saja terbayang-bayang sesuatu. Seno tak mengerti apa itu. Tangannya yang tak bisa diam untuk memukul terus wajahnya hingga membuat Agatha terbingung apa yang terjadi dengan bosnya itu."Bapak... Pak Seno kenapa si?" tanyanya dengan bingung sambil menyentuh tangannya untuk menghentikan apa yang sedang dilakukan Pak Seno. Sebab kepalanya akan terasa sangat sakit dipukul-pukul seperti itu. "Sudah Pak hentikan!""Arghh... arghhh.... " Teriak dengan kencang karena rasa sakit yang dia rasakan, wajahnya bahkan kian memerah. Pandangannya semakin lama terus memudar dan apapun yang dilihatnya terus bergoyang. Hingga akhirnya pandangnya gelap dan dia pun terjatuh pingsan.Bruk!"Pak Seno... Bapak kenapa? Ayo bangun!" ucap Agatha dengan menepuk-nepuk pelan pipi bosnya itu. Namun hasilnya Pak Seno tetap saja menutup mata dan Agatha sontak berlari begitu saja
Bertengkar dengan memperebutkan pria yang sama, siapa sangka jika dirinya bertemu dengan teman dulu ketika kuliah. Dia mengenali siapa yang bersama dengan Pak Broto tadi, Sela teman atau lebih tepatnya bukan teman karena mereka tak pernah berbagi cerita. Dan untungnya Sela tak mengenali dirinya karena saat ini Agatha tengah menyamar sebagai Akira kekasih Seno."Kamu siapa wanita gatal? Aku ini kekasih Seno, jadi mohon minggir!" ucap Akira yang hendak kembali masuk ke dalam karena sebelumnya dia dihalangi, namun justru kembali dihalangi dengan tubuh Sela."Gila kamu ya, siapa yang gatal? Aku ini calon Istrinya, kalau tak percaya tanya saja sama Om Broto. Jadi aku tak mengizinkan wanita gila seperti kamu masuk," jawabnya dengan tatapan yang tajam.Agatha tertawa kecil, mungkin Sela pikir dia saja yang bisa seperti itu. Agatha pun bisa menjadi gila, walau dirinya kini tengah menyamar sebagai Akira namun dirinya tetap memiliki sikap yang sama dengan Agatha."Dih orang gila kok teriak gila