Home / Lainnya / Selamat Malam Duniaku / Apakah aku harus melayanimu?

Share

Apakah aku harus melayanimu?

Author: Dewanu
last update Last Updated: 2021-09-01 14:48:54

Mira terusik dengan suara dengkuran seseorang. Badannya juga terasa pegal karena duduk terlalu lama tertidur di dalam mobil. Perlahan Mira membuka matanya mencari arah suara dengkuran seorang pria. Mira tersadar bahwa dia sedang bersama seorang pria bernama Ferdian. Sayup-sayup terdengar suara deburan ombak dihadapannya, ia tak bisa melihat dengan jelas karena masih gelap. Mira melihat angka yang tertera didalam jam digital di mobil itu. Waktu masih menunjukkan pukul tiga dini hari.

Emmmhhh!

Mira pura-pura memejamkan mata saat melihat gerakan pada tubuh Ferdian. Dia tidak mau kepergok sedang memperhatikan tidurnya.

"Kalau capek, kamu bisa tidur di belakang," tiba-tiba Ferdian berkata.

Mira terpaksa membuka mata dan melihat ke arah Ferdian. "Tidak perlu, sepertinya aku sudah tak mengantuk lagi." mereka terdiam.

"Kemana kita akan pergi?" tanya Mira.

"Kerumahku," jawab Ferdian singkat.

"Kerumahmu? Jangan bercanda Om, tolong turunkan saja Mira di terminal. Mira bisa pulang ke Jakarta."

"Tapi aku sudah membayar mahal untuk membawamu keluar dari tempat itu semalam."

Mira menatap tajam Ferdian, sayangnya suasana masih gelap dan mengaburkan raut wajah amarah yang terpancar diwajahnya.

"Tapi Mira tak pernah meminta Om Ferdian membayar untuk Nyonya Cherry..."

"Membayar? Apa maksud membayar yang kamu tahu?"

Mira tak tahu, mungkinkah itu serupa sewa atau beli? Apakah tubuhnya telah terjual dan dibeli pria disampingnya ini? Mira menggigit bibirnya, meremas pinggiran rok hingga memutih buku jarinya.

"Akan kuperjelas padamu, aku telah membayar seratus juta kepada Nyonya Cherry untuk bisa membawamu sepuasku. Jadi aku berharap kamu bekerja sama dengan baik."

Membawanya? Sepuasnya?

Lama ia merenungi kalimat barusan.

Mira menitikkan air mata, Ferdian yang dikiranya orang baik ternyata orang yang lebih jahat dari si botak. Dia hanya terisak tak mengerti lagi bagaimana dia akan lari dari kenyataan hidupnya.

"Dengar, anggap saja ini sebuah kontrak perjanjian. Kamu akan tinggal bersamaku sepanjang waktu yang aku butuhkan," 

"Apa? Kontrak? Aku tak pernah menyetujui apapun, mengapa bisa kontrak? Bahkan yang diuntungkan hanyalah Nyonya Cherry, haruskah dia menyetujui kontrak segila ini?" Batinnya.

Lagi-lagi Mira hanya bisa terisak, dia benci dengan kenyataan bahwa Ferdian tak ubahnya dengan orang-orang semisal Andres, Nyonya Cherry dan juga si botak. Dia sangat benci!

Lambat laun onggokan awan hitam beranjak dari tempatnya, burung laut mulai meramaikan suasana. Sinar matahari menembus cakrawala dengan sinarnya yang lembut. Andaikan suasana hatinya tak seburuk ini, ia akan sangat bahagia menyaksikan pemandangan pagi yang indah dan menyegarkan. Di tepi laut saat mentari menyembul dari ufuk timur, saat gulungan ombak menari menyambut  sinar mentari. Mira tak pernah merasakan rekreasi sekadar memanjakan matanya pada nuansa alam yang menyajikan keindahan seperti ini. Tapi pagi ini, dia tidak bisa mengatakan selamat pagi pada dunia. Karena pada dasarnya itu hanya akan memperlihatkan betapa menyedihkannya dirinya kini.

"Maaf karena disini tidak ada nasi, hanya ada roti selai untuk mengganjal perutmu," Ferdian menyerahkan dua bungkus roti dengan selai kacang tanah ke tangan Mira dan juga segelas coffee mix hangat sebagai minumannya. Mira menerimanya dan mengangguk.

Tidak masalah baginya sepotong roti, itu bahkan sangat berharga. Dia bahkan tak memiliki uang sepeserpun sekarang ini. Mira menatap Ferdian saat mengunyah roti yang dipegangnya, dia melihat juga bagaimana Ferdian sedang mengunyah roti yang sama dengan miliknya. Ferdian balas melihatnya.

"Adakah yang ingin kau katakan?"

"Apakah aku harus mengikutimu?" Tanya Mira.

"Tentu saja, aku telah mengatakannya kepadamu,"

"Dan juga melayanimu?"

Ferdian tersenyum. "Kamu memang pelayanku sekarang, kamu harus menuruti apa yang aku perintahkan kepadamu, itulah sebabnya aku harus berbaik hati kepadamu agar kamu melayaniku dengan baik, jelas?"

Mira masih menggantung tanda tanya, ia ingin bertanya apakah sebenarnya tugas yang dimilikinya termasuk juga melayaninya di tempat tidur? Karena Ferdian telah membelinya dari seorang mucikari.

Akan tetapi Mira tak berani bertanya lebih lanjut. Dikarenakan itu tampak seperti dirinya yang menginginkannya.

Tidak! Tidak! Itu tak boleh terjadi!

Mira menghela napas. Dia terlalu berbaik sangka pada pria ini kemarin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Selamat Malam Duniaku   Pulang

    Mira termenung, ia memikirkan tawaran Ferdian untuk bertemu dengan Tantenya dan juga adiknya.'Haruskah aku ceritakan semuanya? Menceritakan bagaimana aku hampir diperkosa si Botak lalu berakhir dibeli Ferdian?' Mira mengucek matanya, bibir tipisnya beberapa kali menjadi sasaran gigitannya sendiri. "Hei! Jangan mikirin yang enggak-enggak, aku udah bilang khilaf, tapi kamu masih diinget terus.""Hah? Maksudnya?""Tadi..."Ferdian menunjuk bibir Mira. "Kau menggigiti bibirmu, apa itu ciuman pertama kamu? Seolah kamu mengingat kejadian tadi. Nggak usah baperan, itu tak akan terulang lagi!" Wajah Mira bersemu merah, apa hal itu biasa dikalangan orang dewasa? Sehingga tidak segan-segan lagi untuk membahasnya? Itu sungguh memalukan baginya.Mira melengos, lalu bangkit meninggalkan Ferdian. Tapi Ferdian mengatakan sesuatu yang membuatnya berbalik melihatnya. "Oh ya, ini gaji bulan pertama aku bayar di mu

  • Selamat Malam Duniaku   Gadisku

    "Lagi?"Ferdian mengangguk. Tak ada cara lain karena ia sudah terlanjur mengatakan kepada ayahnya, ibunya dan juga Suroya. Apa jadinya kalau tiba-tiba mengatakan bahwa mereka sudah putus."Itu karena kau sepakat mengembalikan uang seratus juta itu hanya dengan berpura-pura menjadi pacarku.""Tuan Ferdian, apakah tidak ada cara lain?""Tidak Nona Mira, hanya itu yang bisa menyelamatkan dirimu dari hutang. Atau aku akan mengembalikan dirimu kepada Nyonya Cherry."Mira menyerah, ia tak bisa mengelak lagi."Oh ya, bagaimana dengan pakaianmu yang berantakan itu? Jangan sampai orang mengira aku melakukan hal-hal yang melampaui batas," cicit Ferdian yang tentu saja hal itu membuat Mira memutar bola matanya. Bukankah baru saja Ferdian melecehkan dirinya?*Mira memainkan ponsel yang baru saja diterimanya dari Ferdian. Bahkan Nomor pria itu sudah berada disana.Andai saja waktu itu dirinya sempat mengemas pakaian yang ada di rumah Elis, mungkin di

  • Selamat Malam Duniaku   Negoisasi

    "Mira," Ferdian tercekat melihat Mira yang kacau balau. Matanya bengkak dan merah, begitu juga bibirnya seperti tersengat tawon. Rambutnya berantakan dan sebagian basah karena membasuh wajah, begitu juga pakaiannya terdapat noda lipstik di ujung kemeja dan lengannya, itupun sebagian basah karena air yang terciprat."Mira, maafkan aku," Ferdian menghampiri Mira dan menggenggam tangannya lembut. Tangan itu sangat dingin."Astaga, ayolah kemari aku buatkan minuman hangat untukmu," ajaknya sambil membimbing Mira ke meja kerjanya.Secangkir teh hangat telah berada di tangannya, lalu ia mengambil sendok untuk menyuapi Mira."Aku terlalu egois tadi, aku tidak bermaksud melecehkanmu tadi, itu karena aku tak punya cara untuk membuatnya pergi."Mira menerima suapan Ferdian."Bisakah aku kembali ke rumah tanteku? Aku sungguh ingin kembali," lirih Mira kepada Ferdian.Kalau Mira kembali ke rumah tantenya, bukankah peluang untuk bertemu Andres juga

  • Selamat Malam Duniaku   Pelecehan

    "Aku memang berkepala batu untuk mencintaimu, dan aku akan lebih keras lagi dalam mencintaimu Ferdian, bukankah itu adil? Adil karena aku dulu pernah bersalah kepadamu."MataSuroya melirik Mira, ia bisa tahu bahwa Mira masih gadis ingusan dan akan merasa minder kalau ia memprovokasi gadis itu. Ia akan melakukan apapun untuk membuat gadis itu menyerah."Cinta macam apa kalau bertepuk sebelah tangan?""Hmm, kita lihat saja nanti. Kalian sepertinya masih baru saling mengenal. Lihatlah gadis itu, sangat gugup di dekatmu." celoteh Suroya. "Aku rasa kau hanya bisa menyentuh tangannya bukan?" Suroya malah ingin tahu sedekat apakah mereka."Benarkah?"Kali ini Ferdian berbuat nekat, dengan sekali gerakan ia memeluk Mira dan mencium bibirnya. Ia bahkan dengan sengaja melumatnya dengan rakus di depan Suroya. Ferdian memamerkan bagaimana ciumannya sangat intens kepada kekasih barunya.Mira yang terkejut tak bisa berbuat apa-apa karena kua

  • Selamat Malam Duniaku   Mungkin kau akan bosan

    Ferdian menoleh kearah suara itu. Ah, ternyata adalah ibunda tersayang yang sedang mengalunkan suaranya. Padahal ia mengira bahwa Suroya yang akan datang menemuinya, ia sungguh sedang berakting seolah Mira adalah kekasihnya."Ehem, ehem," ibunya berdehem membuat Ferdian tersipu malu. Ini seperti senjata makan tuan."Kenapa ibu datang nggak nelpon dulu?" Ferdian mengomel."Emangnya Ibu harus selalu laporan kemana Ibu pergi, hah?" katanya sambil meletakkan kotak berisi kue-kue buatannya. Matanya mulai mencari sosok yang tadi dilihatnya sedang bermesraan dengan putranya. Ia sungguh datang disaat yang sangat tepat."Siapa namamu, Nduk?" Ibunya mendekati Mira."Saya Mira, Ibu.""Kamu bekerja disini?""Iya, Bu," jawabnya malu-malu, sesekali sudut matanya melirik Ferdian."Ooh begitu. Saya ibunya Ferdian, tidak perlu sungkan ya," katanya kemudian."Terimakasih, Bu," ujar Mira sedikit bergidik karena teringat bagaimana ibu Ferdian mendesak putran

  • Selamat Malam Duniaku   Kantor

    Turun dari mobil, mata Mira tertumpu pada bangunan megah di hadapannya. Entahlah berapa lantai dan milik siapa gedung ini dia belum tahu pasti. Beberapa layar besar menghiasi sisi depan gedung tersebut. Sepertinya tayangan iklan beberapa produk ternama tampil dalam tayangan tersebut."Ayo, jalanlah dengan cepat!" Ferdian memerintah Mira.Mira mengikuti langkah lebar Ferdian setengah berlari. 'Katanya, dia harus berpura-pura seperti kekasihnya, tapi lihat saja cara berjalannya yang nggak tahu aturan' batinnya."Ah ya, kesini sebentar!" Ferdian menunggu langkahnya, lalu dengan cepat tangannya meraih telapak tangan Mira. Ia menggandengnya dengan santai. Beberapa orang yang melihatnya seperti mengalihkan pandangannya pada genggaman tangan mereka membuat Mira sedikit risih."Kak, aku malu," lirih Mira kepada pria itu."Kau malu, atau mau?" godanya.Mira menarik tangannya, memberengut karena kesal. "Apa yang akan mereka pikirkan nanti?"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status