Share

05

Aku mengangguk meyakinkan kondisiku dalam keadaan baik-baik saja. Rizam mengangguk kecut, semuanya terdiam beberapa saat memikirkan tentang suku kanibal itu, aku pun terpikir hal yang sama. Namun, kepalaku nyeri sesekali saat kupaksa mengingat hal itu. Aku pun mencoba menarik nafas membiarkan rasa lega di dadaku yang sedikit sesak karena terlalu banyak berpikir.

“Kalian sudah menunaikan shalat isya’?” Tanyaku mereka semua menggeleng cepat seolah baru tersadar dari lamunan. Azlan melangkah keluar segera mengakhiri pembicaraan kita. Aku menyusulnya semuanya pun demikian. Kami semua bergantian ke danau sebab beberapa orang di antara kami menjaga tenda agar tetap aman.

Setelah semuanya selesai, kami mendirikan shalat berlajut dengan makan malam. Nasi yang sudah matang sedari tadi kini sudah hampir dingin, tidak ada asap mengepul lagi di atasnya. Namun masih nikmat untuk di makan. Kami menghabiskan makan malam tanpa percakapan, setelah semuanya selesai aku kembali ke tenda. Aku masih sibuk dengan pikiranku, aku tidak bisa menuntaskan tugas. Aku meminta waktu istirahat lebih cepat dari malam kemarin.

Azlan memanggilku dari luar, aku berseru jengkel di buatnya, aku bahakan belum bsa menetralkan suasana di hatiku tapi Azlan sudah mengakacaukannya. Aku enggan beranjak keluar, aku membuka jendela tenda sebagai gantinya, Azlan menyuruhku keluar sebentar. Ia sedikit memaksa, aku berseru jengekel sekali lagi, dari kejauhan aku melihat Rizam menatap kami berdua. Akhirnya aku membuka tenda dan membiarkan Azlan tetap duduk di luar.

“Tanpa pengaman tenda kita dalam bahaya” Dia mengucapkan apa yang perlu ia ucapkan. Aku melihat sekeiling, ada jaring-jaring yang nyaris terpasang sempurna menutupi area perkemahan. Rumput hijau yang terhampar luas kini terbatas oleh jaring yang berjarak kecil-kecil antara satu dengan lainnya sehingga tangan pun tidak bisa melewatinya.

Aku keluar dari tenda menatapnya lebih jelas, sekitar lima belas kali lima belas meter sudah di penuhi dengan jaring. Tiga bagian telah tertutup sempurna dengan jaring, sisa satu yang belum di tutup jaring dengan sempurna. Tanpa menunggu lebih banyak waktu, aku segera mengangguk sebagai jawaban. Akhirnya jaring itu pun turun dengan kendali tali yang terpaut di samping tenda. Aku melihatnya terkesan, Azlan tersenyum sebagai jawaban atas jawabanku.

“Lalu, sampai kapan kita akan menggunakan jaring ini?” Pertanyaan itu membuat Rizam mengangguk. Ia mendengar percakapan kami, aku tersenyum ke arahnya dia menyeringai sambil menggaruk kepala yang tidak gatal, ia merasa seperti menguping pembicaraan.

“Aku membatasi ini setelah kita shalat subuh hingga beraktivitas di pagi hari. Aku akan membukanya setiap kita ada di wilayah tenda kita setiap siang hari. Jika kita meneliti maka jaring ini akan turun, selain itu di malam hari saat memasuki makan malam kita sudah akan menutup jaring ini “ Aku mengangguk mantap, menyetujui idenya.

“Setidaknya kita aman dari binatang buas….” Aku tidak melanjutkan ucapanku.

“Tidak hanya binatang buas, aku juga ingin kita semua aman dari manusia kanibal itu.” Ia menjawab mantap. Kay mengangguk di ikuti oleh Faleya dan lainnya.

“Lagipula, aku akan memikirkan cara agar bisa meningkatkan keamanan. Jaring ini hanya melindungi kita dua puluh persen sisanya kita harus bertarung jika ada marabahaya.

“ Aku setuju, namun sayangnya aku tidak pandai bermain pedang” Aku sedikit mengeluh.

“Kau perlu belajar, tapi tugasmu lebih penting. Kamu harus mampu mengendalikan diri dan pikiranmu” Ia menjelaskan. Aku mengangguk untuk kesekian kalinya mendengar jawabannya, terkadang dia bijaksana namun terkadang dia menyebalkan sekali.

“Apa kita punya tugas untuk besok?” Tanyaku lagi.

“Tidak, kita masih menggunakan jadwal kemarin, banyak tugas yang belum kita selesaikan dalam jadwal kemarin. Lagipula kamu perlu lebih banyak istirahat” Jelasnya lagi.

“Aku tidak mengerti. Biasanya kamu akan menyuruhku untuk tidak memanjakan diri. Waktu perjalanan menuju kemari seolah kau tidak ada ampun untukku. Tapi hari ini?’ Aku bertanya datar menunggu jawabnnya dengan tatapan tajam.

“Ini bagian dari ke kompakan tim” Ia menjawab sambil menaikkan alis. Dia sangat menyebalkan. Dalam hati aku berteriak ANDAIKAN DIA BUKAN SEORANG KAPTEN sudah ku hempaskan manusia yang satu ini. Namun aku mencoba mengendalikan diri untuk menjawab pertanyaannya.

“Baiklah, semoga setelah hari ini kamu akan sering menerapkan bagian dari ke kompakan tim untuk kami” Aku tersenyum menantang.

“Pembicaraanku denganmu tidak pernah singkat. Jadi, aku pergi lagipula tugasku banyak aku perlu menyelesaikannya malam ini” Dia tersenyum datar. Aku mengangguk puas, akhirnya si menyebalkan itu mengalah juga, meskipun ia tidak pernah benar-benar mau mengalah. Sebelum ia banyak memerintah aku beranjak masuk ke dalam tenda. Pikiranku dan perasaanku harus segera membaik itu yang lebih penting.

“Apa jadwal kita masih sesuai dengan misi kita?” Rizam bertanya saat Azlan tiba di sisi api unggun ia melemparkan kayu bakar sehingga api menyala lebih besar.

“Iya, aku menyetel target menyelesaikan misi jauh dari target asli yang di tentukan” Azlan menjawab pertanyaan Rizam. Dalam kelompok memamg harus selalu kompak dan adil. Namun, tak semua informasi harus di jelaskan kepada masing-masing anggota, ada kalanya beberapa informasi harus di simpan agar tidak menambah beban anggota agar mereka tetap fokus ke bidang masing-masing. Batas waktu kami menyelesaikan misi tidak ada yang tau, kami telah menyepakati ini dalam konferensi musyawarah terbuka yakni rapat yang diadakan sebelum kami memiliki tim. Dan di setujui oleh anggota elit yakni pasukan di bawah jabatan kapten, pasukan tertentu yang memiliki keterampilan di bawah jabatan kapten ini biasanya di sandingkan dengan misi kapten atau sebagai sekrestarisnya.

Sehingga anggota tidak bisa menolak keputusan kapten jika telah di setujui pasuka elit. Menjadi pasukan elit juga bukanlah hal yang mudah, setidaknya ada dua pasukan elit dalam tim penelitian. Dalam konferensi musyawarah terbuka Kami menyetujui hanya kapten yang bisa mengetahui informasi tenggat waktu itu demi kemaslahatan bersama sehingga kesepakatan ini menjadi aturan yang tidak bisa di ganggu gugat. Selain itu menjadi seorang kapten memiliki tugas dan hukuman yang sangat berat. Tapi, menjadi seorang kapten juga banyak keuntungannya terlebih dengan pengalaman dan apresiasi dari ketua tim jika berhasil menyelesaikan misi dengan baik hingga tuntas.

Dengan keputusan itu kami tidak meminta keadilan dengan memberitahu semua anggota tentang tenggat waktu pengumpulan data. Sebab, terkadang adil bukan mengetahui semuanya. Namun, mendapatkan informasi yang perlu tanpa banyak penolakan adalah jalan yang lebih baik dan aman, daripada menerima semua informasi yang nantinya justru akan membebani dan mengganggu misi anggota tim. Itulah mengapa, mejadi seorang kapten bukanlah orang sembarangan, ia mampu berpikir dua kali lebih cepat, dan melangkah dua kali lebih tangkas adalah hal yang perlu dimiliki sang kapten. Itulah sebabnya kita tidak bisa menolak peintah kapten, sebab mereka telah banyak di uji dan kemampuannya telah terlatih.

Sebagai anggota, kami hanya bisa berargumen dengan logis dan memiliki alasan yang kuat. Sisanya, kaptenlah yang menentukan argumen kita diterima atau di tolak. Semua itu tergantung tepat tidaknya kita berpikir dalam mencari solusi dan mempertimbangkan resikonya.

“Baik kapten, jawabanmu membuat diriku lebih tenang. Setelah mendengar perkataan Sena tadi pikiranku berkecamuk. Namun sekarang, sudah lebih baik.” Rizam tersenyum mengembang. Ia terlihat lega sekarang.

“Aku mengatakan ini, bukan berarti kamu perlu bersantai Zam, tugasmu harus selesai malam ini” Azlan berucap tegas. Rizam mengangguk, sambil melihat kearah tenda Sena, kemudian menatap api yang menyala menerangi wajahnya.

“Dalam tim kita perlu kesadaran, abaikan keegoisan. Dalam tim juga tidak ada kata baik-baik saja namun kita di damaikan oleh masalah.” Azlan mencoba menyemangati Rizam. Rizam mencerna kalimat Azlan dengan baik ia mengangguk sebagai jawaban. Rizam memikirkan kalimat itu lebih dalam, ada sesuatu yang menghangatkan hatinya.

Ia terpikir sejenak tentang ucapan Azlan ia meresapinya dengan diam dan mendalam. Maknanya sangat dalam meskipun terdengar sederhana. Azlan beranjak dari duduknya.

“Aku ingin menuntaskan tugasku Zam, jika kamu ingin memakai laptopku ia ada di dalam tas hitamku” Rizam mengangguk ia harus segera menyelesaikan tugasnya, pertama ia mengambil beberapa barang dari tenda serbaguna dan mulai meneliti daun yang ia simpan. Dira dan Azlan sudah membuat berbagai percobaan dari tumbuhan yang ia teliti tadi siang. Begitu pun dengan Kay dan Faleya, aku hanya menghela nafas menyelesaikan tugas yang tersisa meskipun sendirian. Tanpa banyak mengeluh aku akan menyelesaikan tugas ini semampuku. Jika tidak selesai melebihi waktu yang di tentukan maka aku akan begadang.

Angin malam yang berhembus dingin menyentuh permukaan kulit Rizam ia tengah sibuk mengetes berbagai bahan dengan campuran daun yang ia ambil tadi. Berkali-kali ia membuat cairan daun itu dan berkali-kali ia mengalami masalah, ia mencoba berpikir cepat. Suhu dingin malam memacunya bekerja sedikit lambat.

Rizam masih fokus dengan alat-alatnya di depan api, ia mengeluarkan buku tebal dari tas nya. Ia membaca dan memastikannya dengan bahan penelitian miliknya yang berserakan di depannya. Terlalu banyak dan sangat sensitif.

Api masih berkobar dengan sangat panas. Di dalam tenda Sena tidak bisa tidur sedetik pun, ia tidak bisa melakukannya. Akhirnya, setelah lama berbaring menatap lama langit-langit tenda. Ia keluar menghampiri Rizam yang sangat sibuk sendirian, ia menatap Faleya sedang berjuang keras dengan misinya begitu pun Dira.

“Biar ku lanjutkan sisanya, fokus saja ke penelitianmu. “ Aku tersenyum mengambil alih kendali buku dari tangan Rizam. Ia menatap enggan.

“Aku sudah membaik. Tidak baik mengistirahatkan tubuh terlalu lama bukan?” Jawabku sambil bertanya. Rizam tersenyum mengangguk, akhirnya kami berdua bekerjasama hingga larut melebihi batas waktu yang di tentukan. Kami memutuskan untuk lembur, aku sudah hampir menyelesaikan tugas. Rizam masih sibuk berkutat, aku akan segera membantunya jika tugasku telah selesai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status