Home / Lainnya / Selingkuh dengan Jin / Selingkuh dengan Jin_2

Share

Selingkuh dengan Jin_2

last update Last Updated: 2022-06-10 11:59:36

Selingkuh dengan Jin

Part_2

Aku sangat terkejut, secepatnya menatap Mas Satya.

"Maksud kamu, Mas?" tanyaku sambil mengernyitkan dahi. Aku benar-benar tak mengerti apa yang dikatakan oleh Mas Satya tadi.

Pria itu kembali mengangkat daguku agar mata kami kembali beradu. Debaran kencang kembali terjadi di dalam dadaku.

"Apakah kamu tetap akan memintaku datang kalau aku bukan manusia?" Mas Satya menatap mataku menyelidik.

Meski Mas Satya mengucapkannya dengan suara pelan, namun kata-katanya bagai belati yang menusuk ke jantungku.

Degup jantungku menjadi tak beraturan. Aku mundur beberapa langkah, sedikit menjauh dari Mas Satya.

Aku menggeleng dan kembali air mataku menetes. "Apa maksud dari ucapanmu, Mas? Aku nggak ngerti."

Pria dengan fisik dan segalanya yang menyerupai Mas Satya itu berbalik. Tanpa menjawab pertanyaanku, ia berlalu. Sempat menoleh sejenak kepadaku. Lalu ia berkata dengan suara yang bukan milik Mas Satya. "Aku adalah jin yang menyerupainya Satya — suamimu. Aku akan selalu datang jika kamu memang menginginkannya." Setelah itu ia menghilang di balik pintu.

Lemas rasanya lututku setelah mendengar penuturannya. Bulu kuduk juga terasa berdiri. Antara percaya dan tidak. Namun ini kenyataan yang kualami.

Jin? Jadi, selama ini yang lebih sering bersetu*uh denganku, Jin?

Tidak. Tidak mungkin! Ini tidak mungkin!

Astaghfirullah ....

Aku sangat frustasi dan syok. Terlebih lagi setelah mengetahui semuanya. Aku masih terpaku, berdiri sendiri di kamarku. Sambil menatap bagian belakang pintu yang menjadi tempat menghilangnya jin yang menyerupai Mas Satya.

Setelah cukup lama aku berdiam diri, segera kuputuskan untuk mandi. Membersihkan diri dari sisa-sisa dosa yang telah kulakukan. Memang aku dalam keadaan sadar saat melakukannya, namun aku tak peka bahwa yang bersamaku bukan Mas Satya asli. Aku telah melakukan dosa besar. Apalagi aku melakukannya dengan sesosok jin.

Di bawah guyuran air, aku menangis, menyesali semua yang telah kuperbuat. Aku malu pada diri sendiri. Jika Mas Satya tahu, entah apa yang kan terjadi. Sebodoh inikah aku, hingga dengan mudahnya masuk dalam perangkap setan. Bagaimana bisa aku kecolongan seperti ini?

"Mas Satya, maafkan aku!" ucapku lirih penuh penyesalan.

Setelah mandi, aku mencoba untuk beristirahat. Mencari ketenangan untuk diriku sendiri. Jangankan untuk bisa terlelap, memejamkan mata pun rasanya aku tak mampu. Ingatanku selalu saja melayang memikirkan apa yang sedang terjadi pada rumah tanggaku. Ucapan jin yang menyerupai Mas Satya masih terdengar jelas di telingaku. Bayangan kemesraan di ranjang juga selalu menghantuiku. Aku resah, gelisah. Aku benar-benar takut.

Jam sudah menunjukkan lewat tengah malam, tapi aku belum juga bisa terlelap. Mataku memang terpejam, tapi otakku masih berkeliaran kemana-mana. Aku harus apa?

Kuraih ponselku dari atas meja kecil di samping ranjang. Berselancar di dunia maya, mungkin lebih baik menurutku. Nyatanya, sudah dua jam aku bermain media sosial, kantuk belum juga kurasa. Yang ada aku makin terjaga.

Baru ketika menjelang Subuh dan terdengar suara tarkhim, aku mulai merasakan kantuk yang menyerangku.

Entah berapa lama aku tertidur. Ketika bangun, terlihat Mas Satya sudah berada di sampingku. Duduk di tepi ranjang sambil menatapku. Senyum manis Mas Satya terukir di wajahnya ketika melihatku membuka mata.

"Mas udah pulang kerja?" tanyaku.

"Sudah, Rita. Kamu lapar? Mas ambilkan makan, ya?" Mas Satya berlalu ketika kujawab tanyanya dengan anggukan.

Bersusah payah aku mencoba untuk duduk. Lalu, aku tercengang ketika melihat sebuah handuk kecil jatuh dari pelipisku. Bersamaan Mas Satya kembali ke kamar. Di tangannya, ia membawa nampan berisi segelas susu dan semangkuk makanan yang isinya aku belum tahu. Setelah kulihat ternyata mangkuk itu berisi bubur ayam kesukaanku.

"Aku kenapa, Mas? Kok, dikompres?" tanyaku penasaran.

Mas Satya tak menjawab. Ia masih sibuk dengan nampan di tangannya. Lalu, diletakkannya nampan berisi mangkuk bubur dan susu hangat itu ke atas meja. Kemudian mengambil posisi duduk di sampingku. Tangannya merangkul tubuhku dalam pelukan.

"Kamu ... sudah seharian tidak sadarkan diri, Rita." Jawaban yang membuatku kaget.

"Mas minta maaf, ya, Sayang," lanjutnya.

Aku sedikit mendongak, menatap wajah suamiku yang telah basah dengan air mata itu.

"Minta maaf buat apa, Mas?" tanyaku penasaran. Sambil berusaha meraih wajah Mas Satya dan menghapus air matanya.

"Maaf karena sering mengecewakanmu." Mas Satya memejamkan matanya. Seperti ada yang mengganggu pikirannya.

"Nggak papa, Mas. Rita udah maafin Mas kok," jawabku. Kini Mas Satya memelukku masih terisak.

***

Setelah makan disuapi Mas Satya, aku kembali berbaring. Kepalaku rasanya berat sekali.

"Aku ngantuk, Mas." Berharap Mas Satya mengizinkanku untuk melanjutkan tidurku. 

Ternyata aku salah, Mas Satya malah melarangku karena sebentar lagi akan masuk waktu magrib. Mas Satya menyarankan padaku agar aku tidur selepas magrib saja. Mau tak mau akhirnya aku menanggapinya dengan anggukan.

Lalu, Mas Satya izin kepadaku. Ia hendak keluar sebentar dan berjanji akan kembali secepatnya.

"Mas keluar sebentar, ya, Dek. Sebelum Maghrib Mas udah balik. Kamu jangan tidur dulu!" Setelah itu Mas Satya beranjak, hendak pergi.

Entah kenapa, perasaanku mulai tak enak. Ada rasa takut sendirian di rumah. Padahal biasanya aku tak begini.

"Mau kemana, Mas?" tanyaku cepat. Mas Satya menghentikan langkahnya. Ia berputar, kembali memandangku.

"Beli makanan buat makan malam," jawabnya.

"Aku ikut, ya, Mas?" pintaku ragu. Aku memandang Mas Satya dengan tatapan memohon. Namun Mas Satya tetap pada pendiriannya bahwa aku harus lebih banyak istirahat.

Setelah Mas Satya pergi, sakit di kepalaku semakin menjadi. Sampai aku tak kuasa menahan rasa sakitnya. Mataku pun berat, kantuk melanda. Kucoba untuk tetap menahan rasa kantukku, namun aku benar-benar tak tahan lagi. Godaan saat akan memasuki waktu magrib, benar-benar tak bisa kulawan.

Baru aku akan memejamkan mata, Mas Satya masuk kamar secara tiba-tiba. Aku terkejut. Namun ada sedikit kelegaan di hati karena Mas Satya kembali secepat ini.

"Loh, Mas gak jadi pergi?" Membuatku mengurungkan niat untuk mengistirahatkan mata dan tubuhku barang sebentar.

Bukannya menjawab pertanyaanku, Mas Satya malah menyeringai kepadaku. Membuatku merasakan ketakutan lagi. Aku jadi ragu, sebenarnya dia ... Mas Satya atau jin yang menyerupainya?

Next ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Selingkuh dengan Jin   Selingkuh dengan Jin_13

    Selingkuh dengan JinPart_13Rasa penasaran mendorongku untuk segera membuka pintu. Ternyata Mas Satya sedang bersama seorang ustaz. Untuk apa Mas Satya mengajak ustaz ke rumah kami malam-malam begini? Aku jadi curiga.Setelah ustaz masuk dan duduk di kursi ruang tamu, aku mengkode Mas Satya agar mengikutiku ke dalam kamar. Aku ingin tahu maksud Mas Satya mengundang ustaz ke rumah ini."Mas, ngapain malam-malam mengundang ustaz kemari?" tanyaku. Sengaja aku merendahkan suara. Agar tidak terdengar oleh ustaz yang menanti di depan sana."Aku mau kamu diruqyah, Rita! Kamu sudah dikuasai oleh makhluk jahat!"Pengakuan Mas Satya sungguh membuatku terkejut. Bagaimana mungkin ia mengundang seorang ustaz hanya untuk meruqyahku. Tidak! Aku tidak terima jika Mas Satya melakukan itu kepadaku. Bukan salahku jika aku sampai berbuat demikian. Bersekutu dengan jin."Nggak Mas! Aku waras, aku masih normal! Aku nggak mau diruqyah!" Tolakku mentah-mentah pada Mas Satya.Mengapa sekarang Mas Satya menya

  • Selingkuh dengan Jin   Selingkuh dengan Jin_12

    Selingkuh dengan JinPart_12Mataku terbelalak melihat sosok Mas Satya berada di ruangan kosong ini. Ia benar-benar sosok Mas Satya yang asli, suamiku sendiri.Bagaimana mungkin ia berada di sini. Jelas-jelas ia sudah pergi kira-kira setengah jam yang lalu."Rita! Apa yang kamu lakukan di kamar ini?" Tangan Mas Satya berusaha meraba ke dinding. Mencari saklar lampu ruangan ini. Tetapi aku segera mencegahnya. Kemudian aku mengajak Mas Satya keluar dari kamar ini.Degup jantungku berdetak cepat. Hampir saja semua perbuatanku ketahuan oleh Mas Satya. Untung saja kamar itu terlalu gelap. Tidak! Jangan sampai semua yang aku lakukan diketahui orang lain termasuk Mas Satya.Mas Satya kembali mengajukan pertanyaan yang sama padaku. Aku berpikir sejenak mencari alasan. Berusaha setenang mungkin agar Mas Satya tidak curiga."Tadi ada tikus, Mas. Masuk ke kamar itu, tapi sepertinya tikusnya udah keluar," jawabku beralasan."Tikus? Sejak kapan kamu berani sama tikus?" Pertanyaan Mas Satya membua

  • Selingkuh dengan Jin   Selingkuh dengan Jin_11

    Selingkuh dengan JinPart_11Setelah tersadar aku segera bangkit. Jantungku berdegup kencang. Ternyata aku sedang berada di ruangan gelap. Mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Ternyata aku berada di kamar kosong yang aku gunakan untuk tempat jin itu. Bagaimana bisa aku ada di kamar ini? Jelas-jelas tadi aku tidur di kamarku sendiri.Aku mencoba mengingat sesuatu. Apa yang aku alami barusan seperti nyata. Jin itu menampakkan wujud aslinya. Dari matanya terpancar sinar merah menyala sangat menyeramkan. Bertubuh besar, berbulu lebat, dan berkuku panjang. Ia juga menyeringai. Namun, tidak seperti biasanya. Ia menunjukkan taring-taring tajam membuatku bergidik ngeri.Perlahan aku bangkit. Duduk di atas lantai tanpa alas. Pandanganku tertuju pada sebuah kotak besar. Sama persis dengan yang aku lihat di mimpiku tadi. Mengapa bisa terjadi? Sebenarnya aku tadi mimpi atau benar mengalami hal nyata? Pergi ke alam gaib bersama jin itu.Penasaran, aku mendekati kotak itu. Aku membukanya perlahan

  • Selingkuh dengan Jin   Selingkuh dengan Jin_10

    Selingkuh dengan JinPart_10Pagi ini aku terlaSelingkuh dengan Jinmbat bangun. Malas rasanya jika melihat Mas Satya. Ingin aku melanjutkan tidurku, tetapi aku ingat bahwa hari ini aku ada janji dengan salah satu temanku.Saat membuka pintu kamar, tampak Mas Satya tertidur di sofa ruang televisi. Kondisi televisi juga masih menyala. Benar-benar pemborosan. Uang gaji yang tidak seberapa menurutku hanya akan habis untuk memenuhi kebutuhan bulanan saja. Belum juga untuk makan sehari-hari yang kadang masih jauh dari kata cukup. Bagaimana bisa Mas Satya mencukupi kebutuhan lahirku? Mimpi kali aku mengharapkan semua itu dari Mas Satya."Mas, bangun! Sudah siang. Mana televisi masih nyala. Kamu nggak mikir apa dengan begitu tagihan listrik bisa naik?" Aku mengomel serta mengguncang tubuh Mas Satya dengan keras.Mas Satya menggeliat, sedikit membuka matanya. Entah kenapa semakin hari aku semakin jijik terhadap dirinya. Lelaki yang tidak bisa diandalkan."Apa, sih, Rita! Pagi-pagi udah marah-

  • Selingkuh dengan Jin   Selingkuh dengan Jin_9

    Selingkuh dengan JinPart_9Spontan aku menoleh. Memastikan siapa yang datang. Tampak lelaki berdiri di belakangku. Ia melempar senyuman. Lama-lama senyuman itu berubah menjadi seperti menyeringai. Di situ aku paham siapa sebenarnya ia. Meski wajah serta fisik secara keseluruhan menyerupai suamiku. Tetapi aku paham benar, kepada jin yang selalu memberiku kehangatan."Rita, lagi apa kamu malam-malam di situ, Sayang?" tanya sosok yang menyerupai Mas Satya. Yang baru saja membuatku terkejut akan sentuhannya di pundakku."Lagi mempersiapkan sesajen yang kamu minta." Aku menatap wajahnya dalam kegelapan. Namun, meski gelap aku masih bisa mengenali wajah itu. Ada sedikit sinar lampu halaman belakang yang menembus masuk lewat celah jendala dapur.Degup jantungku berdetak kencang lagi. Menatap mata itu yang menyiratkan arti tersendiri. Sungguh aku terlena dibuatnya. Ia turut berjongkok menyejajarkan diri denganku. Tanpa kusadari bibir kami telah berpagut mesra berselimut gelap dan dingin mala

  • Selingkuh dengan Jin   Selingkuh dengan Jin_8

    Selingkuh dengan JinPart_8Otakku berpikir, alasan apa yang tepat untuk kukatakan kepada Mas Satya tentang perhiasan yang kupakai. Terbesit ide cemerlang yang akan kujadikan alasan. Aku tertawa terbahak-bahak meski tidak ada yang lucu. Itu kulakukan hanya untuk menutupi semua kecanggungan."Ah, ini hanya perhiasan imitasi,Mas. Mana ada aku punya barang mewah." Aku berkilah, memasang mimik wajah sedih. Berharap Mas Satya percaya dengan pengakuanku."Oh, Mas pikir semua itu milikmu. Sabar, ya, Sayang. Nanti kalau Mas sudah ada rezeki lebih, Mas janji akan belikan Rita emas." Mas Satya mengusap lembut pipiku. Aku hanya mengangguk dan tersenyum kecut."Nggak perlu, Mas. Apa yang aku mau sekarang bisa dengan mudah untuk kudapatkan," ucapku membatin.***Malam ini tak seperti biasanya. Hujan turun dengan lebat disertai angin kencang. Setengah jam lalu Mas Satya sudah pergi ke tempat kerjanya. Di dalam kamar ini aku sendiri merasa kesepian. Dinginnya malam juga sangat terasa menusuk hingga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status