Share

Selingkuh dengan Jin_8

Selingkuh dengan Jin

Part_8

Otakku berpikir, alasan apa yang tepat untuk kukatakan kepada Mas Satya tentang perhiasan yang kupakai. Terbesit ide cemerlang yang akan kujadikan alasan. Aku tertawa terbahak-bahak meski tidak ada yang lucu. Itu kulakukan hanya untuk menutupi semua kecanggungan.

"Ah, ini hanya perhiasan imitasi,Mas. Mana ada aku punya barang mewah." Aku berkilah, memasang mimik wajah sedih. Berharap Mas Satya percaya dengan pengakuanku.

"Oh, Mas pikir semua itu milikmu. Sabar, ya, Sayang. Nanti kalau Mas sudah ada rezeki lebih, Mas janji akan belikan Rita emas." Mas Satya mengusap lembut pipiku. Aku hanya mengangguk dan tersenyum kecut.

"Nggak perlu, Mas. Apa yang aku mau sekarang bisa dengan mudah untuk kudapatkan," ucapku membatin.

***

Malam ini tak seperti biasanya. Hujan turun dengan lebat disertai angin kencang. Setengah jam lalu Mas Satya sudah pergi ke tempat kerjanya. Di dalam kamar ini aku sendiri merasa kesepian. Dinginnya malam juga sangat terasa menusuk hingga ke tulang.  Kondisi seperti malam ini membuat rasa di dalam diri ini memuncak. Dengan keadaan sadar aku mengucap mantra. Tak butuh waktu lama sosok yang menyerupai Mas Satya kini ada di hadapanku.

"Kamu memanggilku, Sayang?" tanyanya. Matanya mengerling nakal kepadaku.

Tanpa ragu dan tanpa rasa malu lagi aku mengakui jika aku meminta kehadirannya. Aku menginginkannya malam ini, kehangatan yang aku rindukan.

Sosok itu membelai seluruh bagian wajahku begitu lembut. Memagut bibirku. Semua perlakuannya kini mendapatkan respons yang tak biasa dariku. Tidak ada lagi kecanggungan. Hingga itu terjadi. Aku sangat menikmatinya. Aku terpuaskan, aku benar-benar mulai jatuh cinta kepada sosok jin itu.

Saat berpikir waras aku membodohi diri sendiri. Namun, di dalam hati memang ada rasa yang tak bisa di ungkapkan. Tidak dapat kupungkiri, kebersamaan dengan sosok yang menyerupai Mas Satya akhir-akhir ini menumbuhkan rasa yang tidak biasa.

Hingga pagi menjelang, sosok itu baru pergi meninggalkan diriku. Sebenarnya aku ingin ia tinggal lebih lama lagi. Namun, ada batasan waktu yang harus aku pahami.

***

Setelah acara reuni itu, aku dengan beberapa teman-teman sekolah dulu mulai menjalin silaturahmi lagi. Sesekali mereka bertandang ke rumahku. Begitu juga sebaliknya. Kadang kami habiskan waktu untuk sakadar memanjakan diri. Berbelanja, nyalon, dan pergi ke tempat hiburan. Tentunya semua kulakukan atas izin suamiku.

Aku juga mulai berani mengikuti arisan-arisan. Padahal dulu sebelum aku mengenal sosok yang menyerupai Mas Satya aku sangat tidak ingin mengikuti kegiatan seperti itu. Selain tidak ada uang menurutku juga akan buang-buang waktu saja.

Sekarang kegiatan seperti itu malah menjadi bagian dari aktivitas yang penting bagiku. Mulai dari arisan mingguan, bulanan, tahunan semua aku ikut serta. Hiburan tersendiri untuk aku.

Tidak pernah sedikit pun aku kekurangan materi lagi seperti dulu. Bukan inginku mengganti posisi Mas Satya asli dengan sosok jin itu, tetapi entah mengapa aku mulai terjerat dalam perangkap dunia gaib.

***

Hari ini aku akan menghadiri undangan acara salah satu temanku. Semalam temanku bernama Sinta menghubungiku. Ia sangat mengharapkan kehadiranku di acaranya. Tidak  dapat aku menolak, akhirnya aku menyetujui undangan dari Sinta.

"Rita, masih pagi, kok, sudah rapi? Mau ke mana?" Mas Satya mengamati penampilanku yang sudah rapi dan bersih.

"Mau ada acara sama temen-temen, Mas. Boleh, ya?"

Awalnya Mas Satya menolak. Ia meminta diriku agar tidak pergi. Kesal aku dibuatnya, namun aku tak mengindahkan kata-kata Mas Satya. Aku tetap pergi meski tanpa izin darinya.

Acara ini sebenarnya tidak sangat penting. Hanya perkumpulan Ibu-ibu arisan kompleks. Sinta sengaja mengundangku hanya ingin menunjukkan macam-macam perhiasan berlian.

"Harganya murah, kok, Rita. Kamu sekarang kan udah kaya, masa berlian murah aja nggak mampu beli?" Sinta merayu. Ucapannya sedikit menyinggung perasaanku. Aku tidak terima, saat itu juga kuputuskan untuk memesan perhiasan yang harganya tak seberapa menurutku sekarang. Untungnya sosok yang menyerupai Mas Satya selalu memenuhi apapun permintaanku. Aku dijadikan ratu di hatinya.

Usai menghadiri acara Sinta, aku melanjutkan perjalanan ke mall bersama teman baruku yang kukenal di rumah Sinta tadi. Dilihat dari penampilannya, temanku ini memang dari kalangan berada. Ia—Risma tidak mudah bergaul dengan orang lain yang tidak selevel dengan dirinya. Melihat penampilanku yang dibilang mewah, Risma tertarik untuk menjadi temanku.

Memang semua dapat dibeli dan dinilai dengan UANG. Tanpa uang dan materi yang mewah, harga diri juga tak berarti. Dulu aku begitu rendah di mata teman-temanku. Namun, sekarang setelah aku mempunyai segalanya soelah semua berbalik.

Sesampainya di mall, aku dan Sinta segera berburu barang-barang branded. Harganya pun sangat fantastis. Tetapi tidak masalah untukku.

"Rita! Lihat, nih, tas cantik bentuknya unyu." Sinta menjinjing tas berwarna merah. Menunjukkan kepadaku.

Aku yang sedang melihat-lihat koleksi sepatu mendekati Sinta. Meraih barang yang dimaksud serta mengamatinya. Tertera barcode dengan harga setara dengan harga motor baru.

"Murah, ini, Sin. Mau satu, ah!" Setelah itu aku juga membeli berbagai macam barang mewah lainnya.

Setelah puas berbelanja aku segera pulang. Sekitar sepuluh tas belanjaan yang kubawa. Semuanya berisi barang mewah yang belum pernah kudapatkan dari Mas Satya selama aku menjadi istrinya. Namun kini semua barang-barang itu dengan mudah untuk aku miliki.

Tanpa mengucap salam langsung saja aku memasuki rumah. Tampak Mas Satya duduk sambil menonton televisi. Sadar akan kehadiranku, ia menoleh ke arahku.

"Rita! Dari mana saja kamu jam segini baru pulang, hah?" Mas Satya menegurku. Terpaksa aku menghentikan langkah. Mengurungkan niatku masuk ke dalam kamar. 

"Tadi aku kan udah pamit ke kamu, Mas! Aku habis dari acara teman!" jawabku ketus.

"Tapi ini ... kamu belanja segini banyak uang dari mana?" tanya Mas Satya menyelidik.

Entah kenapa rasanya aku kesal Mas Satya mencampuri urusanku. Tubuhku terasa lelah dan butuh istirahat. Maka kuputuskan meninggalkan Mas Satya.

"Rita! Rita!" Mas Satya memanggilku, tetapi tidak sedikit pun aku menanggapinya.

***

Malam ini aku kelabakan sendiri. Bagaimana tidak, seharusnya malam ini saatnya aku memberikan sesajen untuk sosok jin yang membersamaiku. Namun, aku lupa bahwa malam ini Mas Satya tidak pergi ke tempat kerjanya. Aku kesulitan, sejak tadi aku berpikir bagaimana caranya agar aku bisa meletakkan sesajen di ruang yang sudah tersedia. Salah satu cara adalah menunggu Mas Satya tertidur.

Tepat pukul 12:00 malam, aku mengendap ke dapur menyiapkan sesajen yang aku simpan di dalam lemari. Aku berjongkok dalam ruangan gelap. Menata satu persatu sesajen yang akan kupersembahkan untuk sosok yang mulai aku cintai. Bau kembang menguar ke seluruh ruangan.

Saat sedang fokus menata, tiba-tiba tangan seseorang menyentuh pundakku. Aku sangat terkejut. Mendadak degup jantungku menjadi lebih kencang dari biasanya.

Next ....

(Kira-kira siapa, ya, yang nyentuh pundak Rita? Deg-degan, nih, Rita.)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status