Pedang iblis kembali akan menghunus tepat di leher Ayu. Namun, dia sangat terkejut melihat jembatan yang seharusnya dia gunakan untuk menyeberang, harus terputus.
“Ini tidak mungkin!” Ayu mengambil sebuah batu melemparkan tepat di wajah Jenderal dengan tiba-tiba. Namun, Jenderal dengan cepat bisa menangkapnya. Batu itu Jenderal lemparkan kembali menuju Ayu, tapi tidak mengenainya. Jenderal sengaja melakukannya. Bagaimanapun juga, dia juga tidak mau melukai Ayu. Jenderal hanya ingin mencegah Ayu menjadi kembali cantik agar dia tidak perlu melakukan janjinya. Karena, kecantikan Ayu pasti akan membuat Jenderal jatuh cinta.
"Aku tidak akan membuat dia menagih janjinya," batin Jenderal.
Ayu kembali melempar Jenderal dengan semua batu yang dia ambil. Jenderal masih saja menampisnya dengan mudah.
“Lemparan itu tidak akan melukaiku, Ayu!” jawab Jenderal membentak.
Ayu semakin kesal dan marah. Patih berusaha mencegah Ayu melawan Jend
Wajah cantik Ayu kembali dengan sempurna. Patih tersenyum bahagia melihat Ayu kembali lagi menjadi sebagai wanita tercantik yang pernah dia lihat. Ayu menghampiri Patih dan memegang pipinya."Aku masih belum bisa memberikan hatiku untukmu, Patih. Bagaimanapun juga, cinta itu akan datang dengan berjalannya waktu. Aku akan memberikan semua jika waktu itu telah tiba, Patih. Aku harap kau mengerti," kata Ayu membuat Patih menganggukkan kepalanya dengan perlahan."Kita akan pergi dari sini. Aku harus menyelesaikan sesuatu. Aku harap kau bisa membantuku. Tapi, aku harus menyelamatkan Rose dari tangan Jenderal itu," kata Ayu dengan pandangan kebencian saat mengingat Jenderal menyiksa Rose di hadapannya.Ayu mengambil kembali batu putih yang sempat masuk ke dalam sungai kecil yang kini sudah menjadi sebuah lobang besar tanpa air setetespun dan kering."Kau sangat harum, Ayu. Bunga mawar seakan tumbuh menyelimuti tubuhmu. Kau sangat berbeda dengan sebelumnya. Aku
Ayu mengikuti wanita itu dengan bergegas. Mereka berjalan memasuki dalam hutan melewati jalan yang sangat gelap dan rahasia. Ayu semakin terkejut dia berjalan mengikuti wanita itu yang semakin memasuki hutan, namun menembus halaman istana tepatnya di kebun.“Apa ini?” tanyanya heran masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ayu segera mengikuti wanita itu masuk ke dalam gudang istana yang selama ini selalu dia lewati. Wanita itu membuka pintu yang sangat mengejutkan Ayu. Sekali lagi dia melihat semua rakyat yang sangat miskin ternyata tinggal di dalam gudang dengan memakan hasil kebun yang tidak terpakai. Mereka semua bersembunyi selama bertahun-tahun di sana.“Kenapa mereka ada di sini?” tanya Ayu.“Di mana lagi kita tinggal. Pelayan yang terpenggal itu membawa kami ke sini. Dia yang membantu kami,” kata wanita itu semakin mengejutkan Ayu.“Dia?”Wanita itu menghentikan langkahnya saat Ayu berta
Adipati semakin terkejut melihat penari menggunakan topeng dengan indahnya meliukkan tubuhnya. Tariannya, seakan menghipnotis semua mata hingga terpana. Adipati mencengkeram jubahnya. Dia melihat sinar menyelimuti tubuh penari itu. Topeng yang selalu dia lihat, memastikannya jika memang itu adalah Ayu.“Tidak mungkin itu dia!” batinnya terus menatap tajam. Penari itu menggerakkan tangannya persis saat Adipati terpana dengan tarian Ayu pertama kalinya. Tarian yang membuatnya jatuh cinta dengan Ayu pertama kali menampilkan tariannya.Nafas Adipati mulai sesak. Jantungnya bergetar kencang. Semua dia tahan hingga akhirnya Adipati berdiri. “Hentikan!” teriaknya tiba-tiba.Semua pejabat istana, dengan pemain musik dan pelayan yang masih menikmati tarian begitu indahnya, diam seketika.Adipati menatap tajam. Dia masih saja bergetar dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Jenderal segera berlari mendekati Adipati. Dirinya juga sangat te
Wati sangat terkejut mendengar permintaan Adipati dengan tiba-tiba. Dia kebingungan bagaimana membawa Ayu yang dia sendiri tidak tahu bersembunyi di mana.“Adipati, hamba membutuhkan waktu. Malam ini, hamba rasa tidak mungkin bisa membawa Selir Ayu menuju ke sana.”“Jika kau tidak bisa membawanya ke sini, aku akan memenggalmu, Wati. Keluar!”Adipati membuat Wati keluar dengan ketakutan. Dia menutup pintu kamar Adipati dengan resah.“Bagaimana aku bisa mendapatkan Ayu?” batinnya mencari cara.Saat itu sebelum Wati membawa beberapa selir menuju aula pertunjukan, dia dihadang oleh beberapa selir level bawah yang mendukung Ayu. Wati sangat terkejut dan marah. Namun, salah satu wanita perampok bisa masuk ke dalam aula selir atas bantuan selir level bawah. Dia berdandan layaknya selir hingga bisa dengan mudah mengelabui pengawal yang berjaga.Semua pintu masuk aula terkunci hingga Wati juga tidak bisa keluar. Se
Adipati segera menanggalkan baju Ayu. Namun, Ayu mendorongnya. “Kau sudah berjanji tidak akan menyentuhku!” Ayu segera mengambil kebayanya dan akan memakainya. Adipati semakin menarik Ayu. Dia menahan Ayu untuk memakai kebayanya.“Krek!”Kebaya Ayu sobek dari tangan Adipati yang menariknya. Ayu akhirnya diam tidak bergerak. Dia hanya pasrah. Bagaimanapun juga, tubuh Adipati sangat kekar dan lebih kuat darinya.“Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa melawannya. Dia sangat kuat,” batin Ayu sudah dalam kekuasaan Adipati. Bibirnya dengan rakus sudah menikmati setiap inci kulitnya. Adipati mengangkat tubuh Ayu dan membawanya.“Buk!”Tubuh Ayu sudah terlentang di atas ranjang megah berbahan emas dengan kain sutra lembut sebagai alas. Adipati sudah menjelajahi semua hingga rintihan bercampur keringat miliknya semakin menjadi. Ayu berusaha menahan hasratnya yang tidak jelas kemana. Namun, dia membayangka
Jenderal tidak menyangka jika Adipati akan mengancam untuk memenggalnya. Kata pertama kali semasa dia bersama Adipati yang tidak pernah dia pikirkan sama sekali.“Adipati, hamba selalu mendukung anda. Apakah kepala hamba juga akan terpenggal?” tanyanya dengan pelan namun menyimpan kebencian. Bagaimanapun juga, dia tidak mau jika Adipati memperlakukannya seperti itu, apa lagi demi seorang wanita.“Aku akan memenggal siapapun juga jika memang aku harus melakukannya, Jenderal. Termasuk dirimu,” kata Adipati dengan jelas membuat Jenderal semakin menahan emosi hati kekecewaannya. Dia sedikit melirik Ayu yang membalas tatapannya.Jenderal menganggukkan kepalanya, pergi dari kamar Adipati. Dia menutupnya dengan tatapan dingin. Wajah kekecewaan masih saja tersirat dengan jelas. Jenderal berjalan meninggalkan kamar Adipati dan masuk ke dalam kamarnya.“Brak!”Semua barang di meja yang biasa dia gunakan untuk menulis, bers
Ayu berada di antara kedua penguasa yang akhirnya saling membenci. Selama ini kedua penguasa itu tidak pernah memperlihatkan kebencian antara keduanya.“Apakah sekarang kalian akan bermusuhan?” kata Ayu sambil menggelengkan kepalanya kepada Jenderal agar bisa mengalah kepada Adipati. Bagaimanapun juga, Adipati adalah penguasa istana dan dia bisa melakukan apapun juga.Jenderal bergeser dari posisinya. Adipati memalingkan wajahnya. Dia menuang minuman dan meneguknya hingga tidak bersisa.“Wati, katakan kepadaku! Apakah benar kau yang memanggil Ayu? Lalu, dari mana kau memanggilnya, sedangkan dia tidak berada di dalam istana,” tanya Adipati semakin membuat Wati kebingungan dan menatap Selir yang juga masih menundukkan kepalanya.“Wati, apa aku harus menanyakan untuk yang kedua kalinya?” tanya Adipati kembali berjalan mendekati Wati yang semakin bergetar.“Hamba meminta bantuan Selir, Adipati. Dia yang membawa
Jenderal menikmati liang Selir dengan hasratnya yang tidak tertahankan lagi. Kini, melakukan itu seperti candu baginya. Jenderal yang awal tidak pernah mau melakukan kontak fisik dengan wanita, kini meluapkan hasratnya adalah kebutuhan pokok baginya.“Kau hanya memanfaatkanku, Jenderal,” kata Selir segera membenarkan jaritnya setelah Jenderal sudah selesai dengan keinginannya. Jenderal menuang minuman berwarna merah memabukkan dan meneguknya dengan habis.“Kau mengatakan ingin menuntaskan apa keinginanmu. Sekarang aku sudah memenuhinya sebagai balas budiku padamu, saat menyelamatkanku di hadapan Adipati.”Selir mendekati Jenderal dan memeluknya dari belakang. “Aku akan melayanimu, asalkan dirimu. Apakah nanti malam kau mau melakukannya lagi?” rayu selir dengan sangat menggoda. Dada kekar Jenderal dia perlahan belai hingga nafas serak bercampur suara kenikmatan keluar dari mulut Jenderal.“Aku akan memanggilmu nant